Presiden Soeharto menandatangani Letter of Intent (LoI) IMF pada tanggal 15 Januari 1998 di Jl. Cendana Jakarta, disaksikan oleh Managing Director IMF Michel Camdessus sambil
berkacak pinggang dan senyum kemenangan.. Setelah penandatanganan LoI
itu. media-media nasional dan internasional menyiarkan berita dengan
judul: “Soeharto tunduk pada IMF, salah satu pilar Kapitalisme Global“,
disertai foto kepongahan Bos IMF yang berdiri disamping Soeharto yang
selama ini sebagai figur “petunjuk” orang seklilingnya . Sesungguhnya
Pak Harto sedang berusaha mencari jalan untuk menyelamatkan Indonesia
dari kehancuran ekonomi, keterpksaan karena tidak ada pilihan lain atau
membiarkan bangsa ini menuju kehancuran. Yang terpikir oleh saya pada
waktu itu, bagaimana cara IMF dapat langsung membuat sebuah Action Plan
dalam waktu singkat untuk perbaikan ekonomi Indonesia. Paling tidak ,
karena pada waktu itu profesi saya bersentuhan dengan pinjaman2 World
Bank dan secara kebetulan juga tercebur dalam penanganan perbankan luar
negeri yang memberikan pinjaman kepada pengusaha2 nasional, sedikit
banyak saya melihat adanya kejanggalan. Sebab, menurut pandangan saya,
hanya untuk menyusun sebuah action Plan perbaikan ekonomi sebuah
propinsi saja membutuhkan waktu yang cukup lama . Apalagi seperti
Indonesia yang sangat lama mengalami penjajahan, karakter bangsa
sedikit banyak dipengaruhi oleh bangsa penjajah terlebih pada
birokrasinya. Maju tidaknya sebuah negara tidak terlepas dari karakter
birokrasinya itu. Secara sederhana dapat disimpulkan, jika birokrasi
yang terbentuk adalah birokrasi untuk merampok sumber alam, menindas
rakyat, membiarkan kemiskinan maka karakter yang akan terbentuk akan
seperti tujuan tersebut. Bertahun2 birokrasi bangsa penjajah membentuk
birokrasi seperti itu, dan ketika bangsa ini merdeka, birokrasi
peninggalan kolonial beralih pada pemerintahan Indonesia merdeka. Tidak
dapat serta merta menghapus pengaruh kolonial dalam waktu singkat sampai
kemakmuran bangsa dicapai.
Sepanjang pengalaman saya berkerja bersama para ekspatriat, banyak pertanyaan dibenak saya megenai peran mereka kecuali sebagai penyambug lidah untuk pelaporan ke kantor pusat World Bank di Washington DC. Sebab, dalam salah satu Loan yang diberikan oleh World Bank adalah untuk pembiayaan Study mengenai potensi keuangan untuk kemampuan pebayaran kembali pinjaman , namun terdapat Commitment Fee dalam persyaratan Loan tersebut. Logika saya, jika jaminan telah dilakukan oleh pemerintah maka commitment fee yang dikenakan kepada Indonesia maka seharusnya tidak diperlukan lagi study menyangkut potensi keuangan negara. Akhir tahun 1980 an, ada penawaran pinjaman2 luar negeri melalui perbankan pemerintah dalam paket pinjaman investasi dalam mata uang asing dengan grace period antara 3 sampai 5 tahun, bahkan ada yang sampai 8 tahun. Setelah saya selidiki, ternyata perbankan pemerintah hanya bertindak sebagai garantor yang mendapat fee dari perbankan luar negeri itu. Dugaan saya, IMF dapat cepat menyusun action plan untuk perbaikan ekonomi Indonesia karena sudah membaca potensi keuangan Indonesia sebelumnya dari study potensi keuangan yang antara lain dibiayai oleh worldbank itu . Untuk menjawab rasa penasaran saya, benarkah Pak Harto memang “dikerjai” oleh negara ” sahabat” yang mengaku sebagai negara donor serta pinjaman harus disebut bantuan. Rangkuman seluruh tulisan saya yang berseri2 yang telah saya posting, namun ragkuman tulisan ini telah saya edit dan penambahan isi artikel untuk lebih melengkapi tulisan berdasarkan riset pusataka sederhana di media online, berita2, pegalaman provesi dan opini pribadi. Tak ada tujuan dibalik tulisan ini kecuali hanya untuk sekedar sharing kepada siapaun untuk memahami keadaan yang sebenarnya terlepas dari tujuan politik. Pernah sebagai team leader dalam dalam study pengembangan perkotaan yang dibiayai oleh World Bank, menangani pinjaman2 luar negeri swasta, terjun langsung dalam dunia Industri dan terakhir dalam bisnis property. Sebagai owner sebuah usaha, tentunya harus berhadapan langsung dengan semua permasalahan usaha. Dari sekian banyak dunia usaha yang saya geluti, baik sebagai profesional maupun pemilik, pada dasarnya keberhasilan itu karena kita mampu memanfaatkan kesempatan yang ada. Ketika terjadi krisis moneter yang terparah pada tahun 1977, bagi seorang pekerja adalah berpikir bagaimana cara mecari kerja lagi setelah usaha tempatnya bekerja itu tutup. Tak bersedia bekerja tanpa digaji, tak mau tahu bagaima usaha harus survive itulah sifat pekerja yang umum, sementara pemilik usaha berfikir bagaimana menyelamatkan usaha. Seorag pengusaha akan langsung menjadi buruk dimata sosial ketika menghadapi kesulitan sebaliknya seorang penguasaha juga merasa berkuasa saat dia jaya. Dan ketika negara ini mengalami kesulitan, seorang pemimpin langsung menjadi buruk dan timbul penolakan yang dapat menimbulkan kekisruhan.
Umumnya krisis moneter di Indonesia tahu 1997 dipahami sebagai pengaruh dari krisis global. Tak salahlah pendapat tersebut jika dilihat secara umum. Namun, jika terjun langsung dalam dunia moneter, faktor uang yang beredar, arus keluar masuk valuta, situasi politik dapat mempengaruhi nilai tukar mata uang. Seperti Jepang misalnya, negara ini mempuyai bargaining yang kuat dalam perdagangan mengingat hasil industri dan tehnologi yang dikuasainya sulit tertandingi. Besarnya permintaan mata uang terhadap Yen karena tingginya permintaan produk industri negara ini akan memperkuat nilai mata uangnya. Penurunan nilai USD sebagai mata uang internasional akan mempengaruhi nilai mata uang dunia dan hal ini akan menurunkan pula pendapatan negara Amerika Serikat. Indonesia beberapa kali melakukan devaluasi rupiah dengan alasan agar produk eksport Indonesia dapat bersaing dipasar internasional. Kebijakan yang maksudnya agar mendapat rupiah lebih banyak, namun sebaliknya pemerintah harus membayar hutang luar negeri dengan rupiah yang lebih banyak lagi yang akan memperkuat nilai USD. Hutang Luar negeri inilah yang menjadi penyeban ambrolnya rupiah dan kemungkinan hutang luar negeri sektor swasta menjadi “bom” untuk meluluh lantakkan nilai rupiah yang berujung krisis ekonomi. Dan itu dapat dilakukan oleh George Soros, maka suatu ketika Suharto begitu berang atas komentar Soros dan menyatakan didepan publik bahwa pondasi ekonomi Indonesia cukup kuat. Apakah Soros berada dibalik krisis moneter di Indonesia, berikut kemungkinan itu.
Di Inggris, George Soros terkenal akan tindakannya yang mengguncang Bank Inggris, yang disebut pers sebagai peristiwa “hari rabu hitam” pada tahun 1992. Soros mempunyai cadangan uang yang sangat banyak dan membeli kemudian menjual Poundsterling yang mempunyai nilai sekitar 10 milliar Poundsterling. Banyak spekulan yang kebingungan darimana Soros bisa memiliki uang dalam jumlah besar. Ketua FED (Federal Reserve Department) yang pertama, Paul Volcker, pada tahun 2003 menulis sebuah kata pengantar dalam buku karangan Soros yang berjudul The Alchemy (yang diartikan sebagai filosofi dan disiplin spiritual ) of Finance menyatakan :
Selain sebagai pendiri lembaga Soros Fund Management dan Open Society Institute dan juga menjabat sebagai Direktur Utama dari lembaga Council on Foreign Relations, dia juga banyak memberi bantuan pada Partai Solidaritas Buruh di Polandia, Lembaga Kemanusiaan Charter 77 di Cekoslovakia (sekarang Rep. Ceko), dan kontribusi aktif pada suatu partai politik di Uni Soviet yang sangat berpengaruh. Dana dan organisasi dari lembaga Georgia’s Rose Revolution(lembaga ini disebut-sebut sebagai lembaga terbesar dari lembaga yang pernah didirikan) yang didirikannya juga berjalan dengan baik. Di Amerika Serikat ia juga dikenal sebagai penyumbang dana terbesar sejak era Presiden George W. Bush gagal dan terpilih kembali menjadi Presiden AS.
Berawal dari kedekatannya dengan Pangeran William IX dari Hesse-Hanau, salah seorang anggota kerajaan yang terkaya di Eropa, Mayer Amshel Rothschild mampu membangun kerajaan bisnis yang memegang peran di Amerika Serikat. Dinasti Rothchild yang dikenal sebagai dinasti yahudi tameng merah ini dalam kiprah bisnisnya sebagaimana yang dilakukan oleh para pendahulunya tak lepas dari keterlibatannya dalam dunia politik dan kekuasaan. Selain Soros yang lebih dahulu menancapkan kuku bisnisnya di Indonesia, bisnis yahudi di Indonesia juga diikuti oleh dinasti tameng merah ini. Melihat sejarah sepak terjang bisnis yahudi yang mampu mempengaruhi politik dimanapun mereka berada, bukan tidak mungkin perpolitikan Indonesia mampu dikendalikan oleh kelompok bisnis yahudi ini. Kuatnya lobby yahudi didalam perpolitikan Amerika Serikat memang faktanya Amerika Serikat menjadi negara pelindung Israel dimana hingga saat ini, setiap negara yang berkonflik dengan Israel maka akan berhadapan dengan Amerika Serikat.
Bagaimana kelompok yahudi ini memasuki perpolitikan Indonesia ?. Kita lihat sejarah politik luar negeri Indonesia pada era Sukarno yang lebih condong kepada blok Timur pimpinan Uni Soviet yang sedang dalam situasi perang dingin dengan Blok Barat dibawah Amerika Serikat. Kedekatan Indonesia pada era Sukarno dengan blok Timur ini menjadikan kekuatan militer Indonesia menjadi kekuatan yang besar. Namun politik Sukarno yang dikenal dengan Nasakom menjadikan Partai Komunis Indonesia memiliki tempat didalam kebijakan Sukarno yang merisaukan kelompok militer. Memuncaknya intrik politik antara militer dan PKI ditandai dengan peristiwa pembunuhan para Jenderal Angkatan Darat pada tanggal 30 September 1965 yang sekaligus menjadi tonggak sejarah perubahan politik Indonesia dan sekaligus menjadi awal pergantian kekuasaan dari Sukarno kepada Suharto. Suharto langsung mendapat dukungan politik dari negara2 barat yang memberikan bantuan peralatan militer taktis untuk melakukan pembersihan PKI. Infrastruktur militer dan keterbatasan personel maupun logistik untuk menangani tahanan PKI diduga sebagai landasan tindakan pembantaian terhadap lebih dari 500.000 jiwa yang dituding sebagai anggota PKI.
Suharto yang dikenal sebagai panglima Mandala dalam pembebasan Irian Barat tanpa pertempuran berarti berkat dukungan Amerika Serikat di PBB, setelah naik ketampuk kekuasaan langsung merubah kiblat politik luar negerinya menjadi sahabat negara adidaya pimpinan Blok Barat ini. Salah satu yang paling fenomenal menandakan kedekatan dengan Amerika Serikat adalah pemberian konsesi pertambangan emas dan tembaga kepada Freeport McMoran. Perusahaan tambang Amerika ini mendikte dan ikutcampur dalam kebijakan pertambangan di Indonesia. Salah satu buktinya adalah Kontrak Karya PT Freeport Indonesia ditetapkan sebelum diberlakukannya UU Nomor 11/1967 tentang Pertambangan umum. PT Freeport yang berlokasi di Grasberg dan Easberg, Pegunungan Jaya Wijaya ini, menguasai 81,28% saham, sedangkan PT Indocopper Investama sebesar 9,36%, dan pemerintah Indonesia yang notabene adalah pemilik alam hanya mempunyai saham sebesar 9,36%. Tidak tangung-tanggung, luas konsesi yang diberikan kepada Freeport pun luar biasa, 1,9 juta hektar lahan di Grasberg dan 100 km2 di Easberg.
Disisi lain, peralatan militer Indonesia juga beralih menggunakan peralatan buatan Amerika Serikat, walaupun tidak secara resmi, pelatihan pilot pesawat tempur Indonesia dilakukan di Israel menandakan adanya hubungan dengann Israel. Suharto yang dalam politiknya sangat anti PKI, dimanfaatkan pula sebagai garda depan membendung pengaruh komunis di Asia Tenggara oleh Amerika Serikat.
Apa yang didapat Suharto dari perannya ?. Pinjaman untuk membangun infrastruktur ekonomi dimana disatu sisi ada gerak pembangunan namun disisi lain pendekatan secara represive diterapkan untuk menjaga kestabilan politik. Amerika Serikat yang politik luar negerinya sangat dipengaruhi oleh lobby yahudi adalah pemegang saham mayoritas WorldBank yang merupakan penyalur pinjaman multilateral maupun bilateral baik dalam forum IGGI maupun forum yang lainnya. Walaupun pemerintahan dijalankan secara represive, namun adanya supporting dana2 pinjaman luar negeri itu, Suharto mampu mempertahankan kekuasaan selama 32 tahun tanpa rongrongan yag berarti.
Berakhirnya perang dingin blok timur dan barat dengan ditandai bubarnya Uni Soviet membawa perubahan pula dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Indonesia yang pada awalnya dimanfaatkan sebagai garda depan wilayah asia tenggara untuk membendung pengaruh komunis, peran Indonesia pasca bubarnya Uni Soviet menjadi tidak penting. Berbagai kritik diterima Suharto dalam penggunaan pinjaman luar negeri yang akhirnya Suharto memutuskan keluar dari IGGI yang merupakan kumpulan negara2 pemberi pinjaman kepada Indonesia. Demikian pula dengan penggunaan peralatan militer yang puncaknya pemerintah amerika serikat memberlakukan embargo suku cadang. Namun disisi lain, terutama negara 2 eropa barat makin memberikan peluang pinjaman untuk pengadaan barang modal sektor swasta dengan garansi perbankan nasional. Dengan kebijakan pemerintah memberikan penundaan pembayaran pajak import barang modal melalui BKPM ( Badan Koordinasi Penanaman Modal ), permainan mark up harga barang dapat berjalan mulus, masuk ke Indonesia tanpa harus membayar pajak. Mudahnya negara barat memberikan fasilitas pinjaman kepada sektor swasta yang diwarnai tindak korupsi seperti kasus Golden Key yang muncul kepermukaan dan Edi Tanzil sang aktor raib tak tentu rimbanya hingga kini.
Pada akhir tahun 80 an adalah masa emas “pengusaha” nasional mendapat tawaran pinjaman luar negeri dalam jumlah besar. Dalam prakteknya, pinjaman itu dilakukan lewat perbankan nasional yang dananya berasal dari pinjaman luar negeri dimana untuk jasa penjaminan tersebut perbankan nasional mengenakan tambahan bunga sekitar 4 % p.a. Jika diteliti lebih mendalam, begitu mudahnya syarat pinjaman, cukup dengan hipotik barang modal yang dibeli dengan pinjaman tersebut, pinjaman dapat dicairkan. Permainan mark up harga barang yang artinya ada selisih berupa uang tunai yang diterima yang umumnya tidak masuk ke Indonesia karena dimanfaatkan kepentingan lain, maka barang modal yang masuk ke Indonesia sebagai jaminan bank dapat dikatakan sebagai “sampah” yang tidak memiliki nilai sebanding dengan jumlah pinjaman. Umumnya kredit semacam itu mengalami kemacetan karena tidak didasarkan pada kelayakan bisnis dan yang menanggung resikonya adalah perbankan nasional yang bertindak sebagai garantor.
Ketika Bank Indonesia sebagai bank sentral tidak mampu melakukan intervensi untuk menahan tekanan terhadap rupiah akibat permintaan valas yang meningkat guna menutup pinjaman luar negeri, terutama yang jatuh tempo, hal ini menjadi malapetaka bagi perbankan nasional. Jika Soros mampu mengguncang perbankan Inggris pada tahun 1992 dengan memborong dan kemudian menjualnya lagi pounsterling dengan keuntungan besar, maka pinjaman2 luar negeri yang begitu mudahnya didapat oleh penguasaha Indonesia patut dicurigai sebagai bagian dari skenario politik terhadap Indonesia. Sebab, pada saat jatuh tempo, perbankan nasional “dipaksa” membeli valas dalam jumlah besar untuk menutup pinjaman luar negeri swasta yang digaransinya, tentunya dengan harga yang lebih mahal. Berawal dari kekacauan perbankan inilah yang kemudian merembet kesektor ekonomi lainya serta menimbulkan masalah sosial yang pada akhirnya menimbulkan masalah pula dalam politik.
Tentunya kita bertanya, apa yang sesungguhnya terjadi di Indonesia pada dekade tahun 1990 an ?. Jika kita melihat dari sudut pandang politik luar negeri Amerika Serikat, posisi Indonesia sudah tidak diperlukan sebagai pembendung pengaruh komunis seiring dengan berakhirnya perang dingin. Sebagai negara berpenduduk penganut Islam terbesar, tentunya Islam dianggap sebagai kelompok agama yang harus diwaspadai terkait dengan konflik timur tengah yang melibatkan Israel. Bagi negara barat, terutama bagi Amerika Serikat tidak berharap Indonesia menjadi negara kuat baik dari segi ekonomi maupun militer. Dari segi militer, dengan berbagai alasan Amerika Serikat memberlakukan embargo pengadaan peralatan militer dan suku cadangnya terhadap Indonesia. Tak pelak lagi, embargo yang dikenakan tersebut membuat peralatan militer Indonesia tak berfungsi kecuali dengan melakukan kanibal suku cadang yang menyebabkan penurunan kemampuan militer Indonesia. Dari segi ekonomi, penghancuran ekonomi Indonesia sangat mungkin sebagai bagian dari skenario pergantian kekuasaan di Indonesia. Jika kita lihat dari waktunya, antara penerapan embargo yang diberlakukan dan pinjaman perbankan luar negeri ( kemungkinan dana Soros yang disalurkan ) kepada pengusaha nasional terlihat ada korelasinya yaitu :
Dalam laporan IEO itu juga dikatakan, isi dari program pinjaman IMF didasarkan pada pandangan bahwa situasi Indonesia pada saat itu tidak serius dan dapat dengan mudah dipulihkan. Diprediksikan GDP Indonesia pada tahun 1997 akan tumbuh 5 persen dengan lebih tinggi lagi pada tahun 1998 meskipun GDP turun 13 persen dan krisis keuangan tak terhindarkan. Laporan itu juga menyebutkan, awal dari kesalahan teknis terjadi sebelum IMF datang ke Indonesia saat pemerintah secara tajam mengurangi jumlah uang beredar dan cadangan devisa yang membuat sistem keuangan kekurangan likuiditas. IMF bagaimanapun dinilai gagal untuk menghilangkan kesalahan yang telah dibuat ini saat datang untuk menolong Indonesia. Pada saat krisis, staf IMF membuat kunjungan yang pendek dengan jadwal yang sangat ketat dan harus bertanggng jawab pada laporan yang detail dan terkadang memperoleh intervensi dari seluruh jajaran Dewan IMF di Washington. IMF dinilai IEO telah belajar dari pengalamannya di Indonesia namun pelajaran itu datangnya terlambat untuk menghindari kemerosotan yang cepat pada perekonomian Indonesia.
Jika dilihat dari kebijakan orde baru yang memacu pembangunan dengan dana pinjaman luar negeri, laporan IEO tersebut adalah jawaban adanya alasan sebuah skenario kesengajaan menciptakan krisis moneter Indonesia. Turunnya IMF ada kemungkinan dilandasi hanya untuk menjaga agar Indonesia tetap dapat membayar kembali pinjaman luar negerinya “walaupun” dalam jumlah yang berlipat ganda oleh karena terdepresiasinya nilai rupiah. Seperti kita ketahui, beberapa kali pemerintah melakukan kebijakan devaluasi mata uang rupiah dengan alasan klasik agar produk eksport Indonesia dapat bersaing di pasar internasional. Padahal, jika kita mengkaji kebijakan pada waktu itu, percepatan pengembangan industri dengan slogan “tenaga kerja murah” serta kebijakan tax holiday untuk menarik minat investor tidak dibarengi iklim usaha yang sehat. Dunia usaha indutri yang dibarengi power kekuasaan menciptakan situasi usaha yang sangat rapuh. Industri yang terbangun oleh karena ketersediaan baku yang memang ada disekitarnya faktanya memang dapat bertahan pada masa krisis moneter lalu seperti sektor agro industri dan pengolahan hasil tambang, sementara industri yang berbahan baku import langsung gulung tikar. Industri yang dibangun secara instan yang menggunakan pinjaman luar negeri inilah sebagai triger yang merontokkan perbankan nasional yang bertindak sebagai garantor.
Dari sisi pinjaman pemerintah, masuknya pinjaman luar negeri akan memperkuat nilai tukar rupiah sebab penggunaan pinjaman tersebut harus dilakukan konversi sebelum dibayarkan. Penguatan rupiah karena gelontoran pinjaman menimbulkan problem lain yaitu menekan pasar export. Inilah problem moneter yang terjadi sehingga beberapa kali pemerintah mendevaluasi rupiah dengan alasan agar produk export Indonesia dapat bersaing dipasar Internasional. Namun, ketika pinjaman luar negeri itu jatuh tempo, maka akan terjadi pengurasan valas. Sayangnya, Badan Penyehatan Perbankan Nasional ( BPPN ) tak mampu melakukan verifikasi kredit macet perbankan nasional yang menjadi garantor pinjaman luar negeri swasta karena data dan agunan yang tidak jelas. Dan juga tidak ada political will untuk mengungkap kejahatan perbankan ini, baik pemberi pinjaman ( luar negeri ) maupun peminjam ( swasta nasional ). Sebuah kebijakan terpaksa diambil pemerintah dalam rangka “peyehatan ekonomi” yang dikehendaki IMF, semua tanggung jawab kredit macet yang berasal dari pinjaman luar negeri ditanggung APBN yang artinya sebuah konspirasi penghancuran ekonomi Indonesia ditutup dengan rapi. Yang menjadi pertanyaan kita, siapakah penyandang dana pinjaman luar negeri sektor swasta ini ?. Jika perbankan luar negeri itu bertindak sebagai penyalur dana milik Soros, hal ini adalah sebuah keberhasilan kolaborasi antara Amerika Serikat dan peguasaha Yahudi, menguasai ekonomi Indonesia melalui perputaran uang.
Program pinjaman IMF didasarkan pada pandangan bahwa situasi Indonesia pada saat itu tidak serius dan dapat dengan mudah dipulihkan merupakan pandangan yang bertolak belakang dimana hampir semua industri yang mengandung bahan baku import berhenti total. Sementara itu, degan tujuan untuk mencegah spekulan, pemerintah memberlakukan tigh money polecy yang pada dasarnya makin memperparah keadaan hingga rupiah terjun bebas mencapai level Rp. 15.000/ USD. Disadari atau tidak, kebijakan pengetatan uang yang beredar pada akhirnya membuat system moneter Indonesia menjadi kekurangan likwiditas dan kesempatan itu dimanfaatkan oleh pemodal asing masuk melakukan akuisisi perusahaan2 nasional. Masuknya permodalan asing melalui akuisisi atau program divestasi perbankan oleh pemerintah pada dasarnya pertahanan ekonomi Indonesia sudah beralih ketangan asinng. Ketika pemodal asing sudah memasuki usaha telekomunikasi, maka wilayah privasi itu telah tertembus dan sebuah keadaan bahwa saat ini Indonesia telah terseret dalam system neoliberalisme. Tak dapat dielakkan lagi, ketika ekonomi dapat dikendalikan oleh kekuatan asing, secara otomatis akan menyeret dunia politik Indonesia.
Gorge Soros, seorang penguasaha, politikus Yahudi Amerika Serikat ini menjadi perhatian dunia oleh aksinya memborong dan menjual kembali poundsterling yang sempat membuat kalangkabut bank sentral Inggris. Bukan hanya di Inggris, dia melakukan aksi yang sama dan oleh aksinya dia mendapat sangsi seperti di pengadilan Perancis. Tak ada yang dapat membuka asal usul uang soros, namun yang menonjol adalah namanya telah menjadi pemuka spekulan mata uang. Setiap terjadi aksinya akan diikuti oleh para spekulan sehingga mampu menarik para spekulan mengikuti aksinya yang tentunya uang terkumpul menjadi tidak terhingga. Dalam aksinya, Soros dapat bertindak sebagai spekulan murni yang mencari keuntungan dari selisih kurs konversi. Namun jika melihat garis politik Amerika Serikat pasca bubarnya Uni Soviet, Indonesia bukanlah sebagai pembendung komunis sebagaimana masa perang dingin. Artinya, kemungkinan politik luar negeri Amerika Serikat dengan aksi Soros bermain pasar uang di asia ada relevansinya terutama terhadap Indonesia sebagai negara Islam terbesar didunia.
Sebut saja Landes Bank, bank yang bermarkas di Frankfurt ini merupakan salah satu bank yang memberikan fasilitas pinjaman untuk pengadaan barang modal kepada pengusaha Indonesia dengan garansi Bank Bapindo milik pemerintah. Sebagai bank garantor, Bapindo mengenakan tambahan bunga sekitar 4 % dari bunga yang dikenakan oleh Landes Bank. Dari pengenaan bunga ini saja menggambarkan bahwa pinjaman itu itu adalah pinjaman yang luar biasa komersialnya, wajarnya sekitar 3 %. Sehingga total bunga yang harus dibayarkan oleh debitur nasional mencapai 7 %. Parahnya, jaminan yang diberikan adalah barang modal yang dibeli dari pinjaman itu melalui hypotik. Bagi penguasaha Indonesia, pinjaman ini tanpa resiko, sebab harga barang modal tersebut telah di mark up dan selisihnya diterima berupa uang yang tentu saja disimpan di luar negeri. Pinjaman yang penggunaannya cara demikian dipastikan macet dan ketika terjadi krisis moneter, pinjaman2 seperti ini diambil alih oleh pemerintah sebagai implementasi kesepakatan dengan IMF. Sesungguhnya, dari sini sudah terbaca, pinjaman “edan” ini adalah untuk menguras devisa Indonesia pada saat jatuh tempo dan sekaligus mengambrukkan perbankan nasional. Ditambah lagi, uang “liar” yang berasal dari pinjaman seperti itu tidak dapat masuk ke Indonesia mengingat Indonesia harus meratifikasi undang2 money loundering, yang sekaligus arus devisa negeri ini terkontrol oleh the Fed.
Jika dana yang disediakan oleh Landes Bank tersebut adalah milik Soros, maka dapat diyakini bahwa terdevaluasinya mata uang rupiah adalah sebuah penggarapan yang sangat rapi dengan memanfaatkan para pengusaha nasional yang bermental korup seperti Edi Tanzil untuk menghancurkan perbankan nasional. Kekacauan tatanan ekonomi dan system moneter Indonesia menjadi moment penguasaan ekonomi Indonesia melalui penguasaan perbankan dan sektor usaha vital lainnya seperti sektor telekomunikasi dengan melakukan kolaborasi dengan pengusaha nasional. Dilain sisi, tekanan politik terhadap Indonesia dengan dalih HAM dan demokrasi , Indonesia harus melaksanakan demokrasi yang dibarengi efori a reformasi telah menciptakan biaya politik yang mahal seperti saat ini. Prilaku pejabat Indonesia yang masih menganggap penguasaha sebagai sumber finansial menjadikan para penguasaha akhirnya merapat pada barisan politik Indonesia.
Sebagaimana umunya masyarakat Islam, ucapan para ulama masih menjadi panutan bahkan dibeberapa negara Islam, fatwa ulama masih dapat mempengaruhi peradilan. Begitu juga dalam masyarakat Islam Indonesia, kotbah keagamaan tak jarang mengungkap keburukan bangsa yahudi, terlebih menyangkut konflik antara Israel dan Palestina. Kebencian terhadap bangsa Yahudi ini yang dibangun melalui faham keagamaan memang faktanya memunculkan golongan Islam radikal yang melakukan perjuangan menurut kebenaran yang diyakininya. Sebuah fakta, masyarakat Islam Indonesia meyakini bangsa Yahudi adalah bangsa yang menjadi musuh agama, namun sebuah fakta pula bahwa bangsa ini melalui kekuatan uangnya mampu masuk menguasai bisnis di Indonesia dengan berkolaborasi dengan pengusaha nasional. Hal ini menunjukkan bahwa, selain dengan kekuatan militer Amerika Serikat, bangsa ini juga melakukan penguasaan ekonomi dunia melalaui kepiawaian otak yang dimilikinya.
Adalah hal yang sangat lumrah, setiap bangsa atau siapaun yang merasa tertindas akan berusaha keluar dari tindasan itu termasuk bangsa Indonesia yang berjuang memerdekakan diri dari kekuasaan kolonialisme belanda dan jepang. Bangsa Yahudi yang hanya berjumlah tidak sebanding dengan kaum islam ini tentu saja akan mencari jalan agar dapat survive, salah satunya dengan menguasai dunia mlalui kekuatan ekonominya. Satu orang seperti Gorges Soros saja, paling tidak dia mampu menguasai perekonomian Indonesia yang secara otomatis juga akan mempengaruhi politik Indonesia. Yang menjadi pertanyaan kita, apakah politik kita sudah dikuasai oleh kaum yahudi ini ?. Tidak sulit mencirikan pengaruh Yahudi dalam politik Indonesia. Untuk melihat hal ini kita menengok latar belakang sejarah bangsa Indonesia. Selama 350 tahun bangsa ini dapat dijajah, salah satunya karena bangsa kita mudah diadu domba sehingga banyak bangsa kita yang bersedia dijadikan kaki tangan kolonial untuk menjajah bangsanya sendiri. Republik Indonesia berdiri juga dengan memanfaatkan pegawai2 peninggalan kolonial yang mentalnya sudah terbentuk sebagai mental penghianat. Mental ini akhirya mnjadi budaya yang turunn temurun, jabatan bukan amanat rakyat, tetapi menjadi kekuasaan yang bernilai ekonomis sehingga transaksi jabatan sudah menjadi hal yang biasa. Inilah ciri original warisan kolonial sementara yahudi menguasai sumber hajat hidup untuk mengendalikan bangsa lain. Artinya, selama negeri ini masih penuh koruptor, yakinlah bahwa mereka bukan antek yahudi. Justru yang patut kita curigai berkolaborasi dengan Yahudi adalah mereka yang tidak korupsi tetapi mampu bertahan dalam kancah politik Indonesia yang membutuhkan biaya tinggi
Radikalisme telah menjadi gejala umum di dunia Islam, termasuk di Indonesia. Serial insiden bom yang terjadi di Indonesia mulai dari bom bali sampai JW Mariott dan Ritz Carlton pada dasarnya memiliki sasaran yang sama yaitu kepentingan Amerika Serikat. Aksi radikalisme semacam ini dapat merupakan murni aksi perlawanan kepada kelompok yang mengancam eksistensi mereka atau dapat juga hasil sebuah rekayasa intelejen memancing agar menimbulkan aksi untuk selanjutnya melakukan penumpasan. Dua kemungkinan latar belakang aksi ini dapat menjadi latar belakang gerakan Islam di Indonesia dimana pada gilirannya Indonesia mendapat “batuan” baik tehnis, biaya serta persenjataan untuk mengatasi gerakan Islam radikal itu. Sementara itu, disisi lain kontrak karya pertambangan dan bisnis lainnya terus berjalan dengan aman, walaupun banyak kontrak karya pertambangan dinilai tidak menguntungkan bangsa kita atau hanya menguntungkan segelintir bangsa kita yang bersedia berkolaborasi untuk dijadikan tameng. Para kolaborator ini akan berada pada lingkaran kekuasaan sehingga akan terjadi perlindungan terhadap kepentingan dirinya sendiri maupun untuk kepentingan pihak asing yang telah masuk dalam tatanan ekonomi Indonesia.
Menyikapi keadaan Indonesia saat ini, sangat jelas terlihat dua kubu yang saling bertolak belakang pandangan politiknya. Itu sangat terlihat dalam argumentasi terhadap sebuah keputusan. Elit politik yang berlatar belakang cendikia dan non partisan berpendapat bahwa krisis ekonomi Amerika Serikat akan berdampak pada ekonomi Indonesia. Pandangan ini didasarkan sebuah kajian panjang kebijakan ekonomi dan moneter yang dilakukan oleh pemerintahan orde baru hingga terjadinya krisis moneter di Indonesia serta implikasi oleh kebijakan yang diambil pemerintahan pasca reformasi terutama kebijkan yang terikat oleh adanya kesepakatan dengan IMF pasca orde baru. Catatan historical sebuah perjalanan ekonomi dan moneter Indonesia dijadikan landasan keputusan bailout bank century misalnya , telah menjadi peristiwa politik besar di negeri ini karena harus berhadapan dengan logika penguasaha. Bagi pengusaha, pinjaman2 luar negeri swasta sudah diganti dengan penanaman modal asing yang artinya para penguasaha asing tentunya akan melindungi kepentingannya di Indonesia. Jaminan perlindungan terhadap ekonomi Indonesia inilah yang mendasari keyakinan bahwa krisis di Amerika Serikat tidak berpengaruh kepada ekonomi Indonesia. Benturan pandangan antara cendikia dan logika pengusaha ini telah membuat Sri Mulyani hengkang menjadi Direktur Pelaksana World Bank. Tentu saja hal ini atas restu Amerika Serikat sebagai pemegang saham terbesar lembaga keuangan ini. Sebuah tindakan strategi “pegamanan” yang cantik oleh Amerika Serikat yang kemungkinan besar dipengaruhi oleh Lobby yahudi. Sebab, kebijakan moneter yang dimotori oleh Budiono dan Sri Mulyani lambat laun akan melepaskan diri dari ketergantungan ekonomi Amerika Serikat dengan sendirinya, bukan berdasarkan kepentingan perlindungan investasi sebagaimana pandangan pengusaha.
Pengaruh keagamaan dan politik dari konflik Timur Tengah ke Indonesia telah menjadi pemicu munculnya gerakan anti Yahudi di Indonesia. Gerakan Islam di Indonesia sesungguhnya telah berubah menjadi gerakan politik dengan sasaran kepentingan Amerika Serikat yang dinilai sebagai musuh Islam. Dengan berbagai dalih, Amerika Serikatpun berupaya mengendalikan negara2 Islam dengan berkedok resolusi PBB. Menguasai sumber2 ekonomi adalah sebuah cara pengendalian atau penguasaan terhadap Islam. Semasa perang dingin, negara2 Islam lebih condong berkiblat kepada Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet. yang mensupplay peralatan militer ke negara2 arab semasa konflik memuncak di Timur Tengah. Bubarnya Uni Soviet membawa pula perubahan pandangan bahwa yang harus dihadapi adalah Islam. Indonesia menjadi target penguasaan karena sejak Islam masuk ke Nusantara, hubngan masyarakat Indonesia dengan Timur Tengah sangat kental. Transmisi itu dimungkinkan karena posisi Timur Tengah sebagai sentrum yang selalu menjadi rujukan umat Islam, baik untuk berhaji, ziarah, maupun belajar. Dari aktivitas tersebut, lalu muncul berbagai bentuk jaringan, baik jaringan keulamaan, jaringan gerakan dakwah, maupun jaringan gerakan politik. Kini, gerakan radikal Islam telah terfragmentasi dalam beragam organisasi. Ada sejumlah benang merah yang bisa ditarik dari berbagai kelompok Islam radikal. Yaitu, pemahaman yang sangat literal terhadap ajaran Islam, keyakinan yang sangat kuat bahwa Islam adalah satu-satunya solusi untuk menyelesaikan berbagai krisis di negeri ini, perjuangan yang tak kenal lelah menegakkan syariat Islam, resistensi terhadap kelompok yang berbeda pemahaman dan keyakinan serta penolakan dan kebencian yang nyaris tanpa cadangan terhadap segala sesuatu yang berbau Barat. Umat Islam tengah mencari jalan, namun Yahudi telah terlanjur datang mencengkeramkan kkuatan ekonominya , maka yang harus dipikirkan oleh umat islam adalah bagaimana memanfaatkan akal sehat agar bangsa kita lepas dari kendali siapapun, termasuk bangsa Yahudi.
Selama ini, pandangan Islam Fundamental diterima umum sebagai Islam yang sesuai dengan situasi dunia hari ini. Padahal, Semua aliran ini adalah hasil analisis pemikir semata-mata untuk melabel hasil pemikirannya serta kecenderungan melakukan gerakan Islam. Pada perkembanganya, Islam di dunia pada hari ini di mana Islam dilabel sebagai agama pengganas, kemiskinan dan sebagainya atau terorisme. Fenomena pemikiran Islam yang liberal sebenarnya tidak begitu jelas sebagai satu aliran pemikiran yang sekata. Muslim yang memanggil diri mereka sebagai progresif boleh dikatakan mengamalkan Islam yang liberal kerana mereka telah mencetuskan beberapa pemikiran liberal dalam Islam. Sejatinya, Islam liberal di Indonesia baru marak diperbincangkan ketika ada komunitas yang mengatasnamakan dirinya Jaringan Islam Liberal (JIL), walaupun benih-benih liberalisme Islam sudah lama. Pada tahun 60-an Greg Balton telah membahas gagasan Islam liberal di Indonesia. Berawal dari penelitian Desertasi Greg Balton, bertebarlah buku-buku wacana gerakan pemikiran umat Islam Indonesia.
Pada dasarnya, kebebasan pendapat yang berkembang saat ini, tanpa disadari telah menciptakan umat Islam Indonesia menjadi umat Islam liberal yang sesungguhnya. Disatu sisi meginginkan Islam dijalankan secara murni, dilain sisi menginginkan pemikiran Islam yang baru. Dua pemikiran Islam yang sedemikian rupa pada gilirannya menempatkan fatwa para ulama sebagai “ucapan” yang tidak perlu dipatuhi, terlebih fatwa itu dinilai bernuansa politis. Tidak jarang terjadi pro kontra ditengah publik menyikapi fatwa ulama. Dalam keadaan seperti ini, friksi dan intrik antara umat islam sering menjadi latar belakang konflik diantara umat Islam itu sendiri. Berbagai kasus kekerasan diantara umat Islam , bertumbuhan ormas2 Islam yang sering melakukan aksi atas nama Islam telah mewarnai kehidupan masyarakat justru pada masa yang disebut reformasi dan demokrasi. Selain itu, pengaruh globalisasi yang tidak mungkin dapat dibendung mengharuskan masyarakat Islam indonesia harus lebih mampu bersaing telah menciptakan keadaan sosial masyarakat lebih sensitif. Dalam masyarakat yang demikian, sedikit gesekan akan dengan mudah menciptakan kerusuhan besar. Tak dapat dipungkiri, prilaku masyarakat Islam yang sudah terpecah ini menjadi sangat mudah digerakkan, baik untuk kepentingan politik dan ekonomi.
Berbagai gejolak perburuhan sering berakhir dengan tindakan anarkisme yang dipicu oleh batasan upah yang ditetapkan pemerintah. Batasan upah yang dimaksudkan untuk menciptakan citra biaya rendah justru akan berbalik menakutkan investor. Jika diperhatikan masuknya investasi pengusaha Yahudi ke Indonesia pada masa krisis ekonomi, bukan tidak mungkin akan terjadi lagi gelombang masuknya investasi yahudi pada masa krisis perburuhan. Situasi seperti ini menjadi lahan subur menanamkan pemahaman liberalisme yang tidak sesuai denga Islam yang dikaitkan dengan dunia barat.
Jika kita lihat fenomena yang berkembang dalam masyarakat Idonesia paska reformasi, dinamika politik yang terjadi selama ini menggema sikap anti liberalisme yang tidak pernah terdegar sebelumnya. Terlebih setelah terjadi kemunduran ekonomi Amerika Serikat, banyak analis muslim menggambarkan sebagai kegagalan liberalisme dan kapitalisme dengan berbagai argumentasinya. Namun jika dilihat dari kemungkinan yang lain, mundurnya ekonomi Amerika Serikat karena kegagalan Amerika Serikat mengatasi krisis akibat melambungnya harga minyak sementara Anggaran militernya makin meningkat. Pendudukan Iraq dan Afghanistan yang dianggap sebagai sarang teroris secara militer telah menyebabkan defisit anggaran yang ditengarai sebagai biang keladi kemerosotan ekonomi negeri adidaya itu. Pendudukan kedua negara itu, walaupun atas mandat PBB, faktanya kedua negara tersebut berpenduduk mayoritas Islam. Sebut saja sebagai upaya menundukkan Islam secara militer, maka merupakan sebuah pelajaran yang sangat berharga bahwa untuk menundukkan Islam dapat menghancurkan ekonomi negara itu. Sehingga, penguasaan ekonomi sebuah negara yang mayoritas berpenduduk Islam mayoritas seperti Indonesia akan menjadi pilihan yang paling realistis dari segi pembiayaan.
Munculnya komuitas Yahudi di Indonesia yang didukung oleh Israel dapat merupakan sebuah pengenalan eksistensi Yahudi dan rencana sebuah expansi melalui penguasaan ekonomi mengingat tidak memungkinkan dengan jalan militer. Namun, harus disadari pula, bahwa apa yang dilakukan oleh bangsa Yahudi tersebut merupakan sebuah reaksi imbal balik sejak sebelum zaman mesir kuno. Lahirnya Islam, melalui pendekatan paradigma dan doktrin keagamaan, bangsa Arab mampu membuat bangsa Yahudi ini tercerai berai. Sejarah panjang bangsa ini yang jatuh bangun akhirnya menjadi tulang punggung ekonomi Amerika Serikat. Masuknya faham Islam yang lahir di Jazirah Arab ke Indonesia juga mempengaruhi pandangan terhadap bangsa Yahudi ini. Sebagai negara yang dengan mayoritas Islam terbesar didunia, menjadi hal yang lumrah apabila Indonesia menjadi target penguasaan Yahudi, bukan secara militer, tetapi secara ekonomi yang pada gilirannya mengendalikan politik dan kekuasaan di Indonesia.
Setelah menumbangkan kekuasaan Shah Mohamad Reza Pahlevi yang dianggap
boneka Inggris pada tahun 1979, pemerintahan Iran yang dikuasai oleh
para Mullah mulai menunjukkan diri sebagai negara yang anti Israel.
Retorika2 politik penguasa Iran selama lebih dari 30 tahun sejak
terjadinya revolusi memang nyatanya membuat pejabat Israel berang.
Bahkan, Iran diyakini sebagai pemasok bantuan untuk faksi militer
palestina dalam perlawanan terhadap Israel yang mendorong terjadinya
invasi militer Israel ke Lebanon beberapa waktu silam. Retorika
provokasi yang terus menerus telah mempengaruhi pula gerakan rakyat
diberbagai negara Arab yang pro Israel untuk melakukan gerakan
perlawanan terhadap pemerintahan yang berkuasa. Iran yang memiliki
kekayaan cadangan minyak yang besar ini pada dasarnya secara ekonomi
tidak memiliki ketergantungan kepada Amerika Serikat . Hal ini
tentunya sangat berbeda dengan Indonesia dimana gerakan anti Amerika
Serikat dan Yahudi hanya sebatas “retorika” jalanan yang secara politis
tidak mempengaruhi hubungan antar pemerintahan. Kekhawatiran Amerika
Serikat terhadap komflik yang berkepanjangan antara Iran dan Israel
memang cukup beralasan memunculkan dua momentum baru yang penting,
yaitu berkobarnya gerakan rakyat di berbagai negara Arab dan yang
terkini, ancaman Israel melakukan ofensif militer terhadap
fasilitas-fasilitas nuklir Iran. Gelombang protes rakyat di
negara-negara Arab menyediakan medan tempur baru bagi mereka. Kedua
negara itu sejak awal berupaya memengaruhi jalannya revolusi dan
pelembagaan hasil-hasil gerakan pascarevolusi. Seperti di Tunisia, dan
terutama di Mesir, Israel berupaya membantu rezim yang berkuasa agar
bertahan. Negara itu jelas menginginkan status quo sebab perubahan
dapat berarti ancaman terhadap hubungan ”dekat” yang selama ini
dinikmati. Iran sejak awal revolusi di Mesir menginginkan sebaliknya,
yakni tumbangnya rezim Mubarak dan lahirnya Mesir baru yang tidak lagi
berorientasi pada AS dan dekat dengan Israel.
Kita bisa membayangkan seandainya Iran mengerahkan kekuatan militernya yang sangat besar dan dilengkapi senjata modern, termasuk mobilisasi kelompok penekan seperti Hamas, Jihad Islami, dan Hizbullah. Hujan roket dan rudal hampir dipastikan akan mengguyur seluruh wilayah Israel. Pada titik itu, pengambil kebijakan Israel, hingga saat ini, tampaknya masih berupaya bersikap rasional sehingga tidak segera melakukan penyerangan. Banyak analis, serangan terhadap Iran akan memicu penggunaan pemusnah massal yang dapat menyebabkan perang dahsyat dikawasan Timur Tengah. Tak pelak lagi, solidaritas Islam akan memicu perang Islam dan Yahudi yang permusuhan itu berakar dari ajaran agama. Sepanjang sejarah Persia yang dimulai sejak sekitar tahun 250 SM, tak ada catatan sejarah bangsa Perseia berkonflik dengan bangsa Yahudi. Sebagaimana di negara Islam umumnya, peran ulama masih dipandang penting dalam kehidupan sosial politik, bahkan seperti di Arab Saudi, fatwa ulama masih menjadi rujukan peradilan. Demikian pula dengan Iran, fatwa ulama masih menjadi panutan masyarakatnya, berawal dari gerakan agama inilah yang kemudian berubah menjadi gerakan politik dimana Israel adalah representasi Yahudi.
Dapat dipastikan, pandangan politik masyarakat Islam Indonesia akan berpihak pada Iran yang Islam dalam konflik ini. Pemerintah Indonesia kemungkinan akan bersikap netral sebagaimana garis politik luar negeri yang selama ini dijalankan. Sikap pemerintah yang netral inilah yang akan mendorong gerakan Islam Fundamentalis di Indonesia untuk melakukan aksi2 kekaerasan sebagai bentuk “protes” berdasarkan kebenarannya. Disini sesungguhnya perlu pendekatan oleh pihak keamanan sebagai tindakan antisipatif agar masyarakat dapat membedakan antara gerakan agama yang dipolitisir dengan politik internal sebuah bangsa. Sikap pemerintah yang netral ini didasarkan pada kepentingan ekonomi yang juga merupakan syarat keutuhan NKRI. Memang sebuah keadaan yang dilematis, disatu sisi Indonesia adalah pemerintahan sekular yang menjamin kehidupan warganegara tanpa memandang ras, dilain sisi kebebasan agama menjamin melindungi keyakinan walaupun didalamnya terjadi pertentangan rasial. Konflik kepentingan inilah yang seharusnya menjadi perhatian agar tidak berujung pada kekerasan seperti aksi2 peledakan bom.
Haruslah dipahami, selama masih berlangsung konflik di Timur Tengah, selama itu sel2 Islam radikal terus berkembang di Indonesia. Sebuah pengaruh dari konflik yang berawal dari perebutan wilayah di zaman modern ini telah berubah menjadi konflik agama. Jika kita melihat sejarah masuknya Islam di Indonesia yang disebarkan oleh bangsa2 dari wilayah arab, maka kita akan melihat pula bahwa ajaran Hindu/budha telah lebih dahulu menjadi keyakinan masyarakat di Nusantara sebagaimana peninggalan candi2 sebagai bukti sejarah. Artinya, sebelum masuknya ajaran Islam yang dibawa oleh bangsa Arab, masyarakat Nusantara tak mengenal bangsa Yahudi. Maka, semua kembali pada masyarakat muslim Indonesia, menjadikan bangsa Yahudi sebagai bangsa yang prilakunya tak patut ditiru atau menjadi musuh yang sesungguhnya sebagai landasan kebenaran ikut dalam konflik antara bangsa Arab dan Yahudi. Siapapun bangsa itu, secara naluri akan memproteksi diri, melumpuhkan musuh adalah salah satu bentuk perlindungan diri. Maka, menjadi hal yang wajar jika bangsa Yahudi berusaha melumpuhkan bangsa Indonesia sebagai sebuah reaksi untuk mempertahankan diri. Paling tidak, secara ekonomi bangsa ini mampu menguasai ekonomi Indonesia dimana dalam era globalisasi pemerintah tak dapat ikut campur dalam mekanisme pasar. Sikap netral yang diambil adalah sebagai pilihan untuk melindungi kepentingan ekonomi itu.
Sepanjang pengalaman saya berkerja bersama para ekspatriat, banyak pertanyaan dibenak saya megenai peran mereka kecuali sebagai penyambug lidah untuk pelaporan ke kantor pusat World Bank di Washington DC. Sebab, dalam salah satu Loan yang diberikan oleh World Bank adalah untuk pembiayaan Study mengenai potensi keuangan untuk kemampuan pebayaran kembali pinjaman , namun terdapat Commitment Fee dalam persyaratan Loan tersebut. Logika saya, jika jaminan telah dilakukan oleh pemerintah maka commitment fee yang dikenakan kepada Indonesia maka seharusnya tidak diperlukan lagi study menyangkut potensi keuangan negara. Akhir tahun 1980 an, ada penawaran pinjaman2 luar negeri melalui perbankan pemerintah dalam paket pinjaman investasi dalam mata uang asing dengan grace period antara 3 sampai 5 tahun, bahkan ada yang sampai 8 tahun. Setelah saya selidiki, ternyata perbankan pemerintah hanya bertindak sebagai garantor yang mendapat fee dari perbankan luar negeri itu. Dugaan saya, IMF dapat cepat menyusun action plan untuk perbaikan ekonomi Indonesia karena sudah membaca potensi keuangan Indonesia sebelumnya dari study potensi keuangan yang antara lain dibiayai oleh worldbank itu . Untuk menjawab rasa penasaran saya, benarkah Pak Harto memang “dikerjai” oleh negara ” sahabat” yang mengaku sebagai negara donor serta pinjaman harus disebut bantuan. Rangkuman seluruh tulisan saya yang berseri2 yang telah saya posting, namun ragkuman tulisan ini telah saya edit dan penambahan isi artikel untuk lebih melengkapi tulisan berdasarkan riset pusataka sederhana di media online, berita2, pegalaman provesi dan opini pribadi. Tak ada tujuan dibalik tulisan ini kecuali hanya untuk sekedar sharing kepada siapaun untuk memahami keadaan yang sebenarnya terlepas dari tujuan politik. Pernah sebagai team leader dalam dalam study pengembangan perkotaan yang dibiayai oleh World Bank, menangani pinjaman2 luar negeri swasta, terjun langsung dalam dunia Industri dan terakhir dalam bisnis property. Sebagai owner sebuah usaha, tentunya harus berhadapan langsung dengan semua permasalahan usaha. Dari sekian banyak dunia usaha yang saya geluti, baik sebagai profesional maupun pemilik, pada dasarnya keberhasilan itu karena kita mampu memanfaatkan kesempatan yang ada. Ketika terjadi krisis moneter yang terparah pada tahun 1977, bagi seorang pekerja adalah berpikir bagaimana cara mecari kerja lagi setelah usaha tempatnya bekerja itu tutup. Tak bersedia bekerja tanpa digaji, tak mau tahu bagaima usaha harus survive itulah sifat pekerja yang umum, sementara pemilik usaha berfikir bagaimana menyelamatkan usaha. Seorag pengusaha akan langsung menjadi buruk dimata sosial ketika menghadapi kesulitan sebaliknya seorang penguasaha juga merasa berkuasa saat dia jaya. Dan ketika negara ini mengalami kesulitan, seorang pemimpin langsung menjadi buruk dan timbul penolakan yang dapat menimbulkan kekisruhan.
Umumnya krisis moneter di Indonesia tahu 1997 dipahami sebagai pengaruh dari krisis global. Tak salahlah pendapat tersebut jika dilihat secara umum. Namun, jika terjun langsung dalam dunia moneter, faktor uang yang beredar, arus keluar masuk valuta, situasi politik dapat mempengaruhi nilai tukar mata uang. Seperti Jepang misalnya, negara ini mempuyai bargaining yang kuat dalam perdagangan mengingat hasil industri dan tehnologi yang dikuasainya sulit tertandingi. Besarnya permintaan mata uang terhadap Yen karena tingginya permintaan produk industri negara ini akan memperkuat nilai mata uangnya. Penurunan nilai USD sebagai mata uang internasional akan mempengaruhi nilai mata uang dunia dan hal ini akan menurunkan pula pendapatan negara Amerika Serikat. Indonesia beberapa kali melakukan devaluasi rupiah dengan alasan agar produk eksport Indonesia dapat bersaing dipasar internasional. Kebijakan yang maksudnya agar mendapat rupiah lebih banyak, namun sebaliknya pemerintah harus membayar hutang luar negeri dengan rupiah yang lebih banyak lagi yang akan memperkuat nilai USD. Hutang Luar negeri inilah yang menjadi penyeban ambrolnya rupiah dan kemungkinan hutang luar negeri sektor swasta menjadi “bom” untuk meluluh lantakkan nilai rupiah yang berujung krisis ekonomi. Dan itu dapat dilakukan oleh George Soros, maka suatu ketika Suharto begitu berang atas komentar Soros dan menyatakan didepan publik bahwa pondasi ekonomi Indonesia cukup kuat. Apakah Soros berada dibalik krisis moneter di Indonesia, berikut kemungkinan itu.
Masuknya Imperium Yahudi di Indonesiaa.
George Soros adalah seorang kapitalis radikal, pelaku bisnis keuangan
dan ekonomi, penanam modal saham, dan aktivis politik yang
berkebangsaan Amerika Serikat keturunan Yahudi Hungaria. Dia pernah
dipenjarakan sewaktu saat Perang Dunia. George Soros (Shorosh)
dilahirkan pada tanggal 12 Agustus 1930 di Budapest,
Hungaria. Perusahaan-perusahaannya di Indonesia antara lain PT Bumi
Resources Tbk, PT Fatrapolindo Nusa Industri, Ricky Putra Group, Bank
CIC ( kemudian merger menjadi Bank Century ), Bhakti Investama, PT
Globla Putra Int dan perkebunan sawit di Aceh. Di Asia, George Soros
terkenal akan tindakannya yang dituding sebagai biang keladi kekacauan
ekonomi di Asia dekade 1990 an lalu yang efeknya masih dirasakan
hingga saat ini terutama bagi Indonesia yang membawa dampak pula pada
perpolitikan Indonesia. Beberapa negara yang paling terkena dampaknya
selain adalah Korea Selatan, dan Thailand, yang menyebabkan mata uang
ketiga negara tersebut terdevaluasi. Yang paling parah adalah
Indonesia, dari kurs sebelum krisis sebesar kisaran Rp. 1300 /USD 1,
menjadi kisaran Rp. 9000 saat ini yang artinya hutang luar negeri
Indonesia harus dikembalikan dalam jumlah lebih dari 6 kali lipatnya,
sementara industri yang mengandalkan bahan baku import gulung tikar
karena kekacauan harga. Hong Kong, Malaysia, dan Filipina juga
terpengaruh tapi tidak sebesar tiga negara sebelumnya. RRC, Taiwan, dan
Singapura hampir tidak terpengaruh. Jepang tidak terpengaruh banyak
tapi mengalami kesulitan ekonomi jangka panjang. Umumnya di
negara-negara seperti Thailand dan Indonesia, Soros dianggap sebagai
kriminal ekonomi yang membuat ketidakstabilan ekonomi Asia, karena
dengan jumlah simpanan uangnya yang besar mengguncang nilai mata uang
Asia. Yang menjadi pertanyaan kita, mungkinkah kekuatan uang seseorang
mampu mempengaruh mata uang lainnya , seperti mata uang rupiah ?.Di Inggris, George Soros terkenal akan tindakannya yang mengguncang Bank Inggris, yang disebut pers sebagai peristiwa “hari rabu hitam” pada tahun 1992. Soros mempunyai cadangan uang yang sangat banyak dan membeli kemudian menjual Poundsterling yang mempunyai nilai sekitar 10 milliar Poundsterling. Banyak spekulan yang kebingungan darimana Soros bisa memiliki uang dalam jumlah besar. Ketua FED (Federal Reserve Department) yang pertama, Paul Volcker, pada tahun 2003 menulis sebuah kata pengantar dalam buku karangan Soros yang berjudul The Alchemy (yang diartikan sebagai filosofi dan disiplin spiritual ) of Finance menyatakan :
”George Soros telah berhasil membuat dirinya sebagai spekulan sukses terbesar didunia, dimana dia juga berhasil mendapatkan banyak uang dari investasinya tersebut. Bagian terbesar dari kesuksesannya itu membuat masyarakat dunia menjadi sadar untuk “membuka mata” terhadap dunia perdagangan dan juga yang lebih penting yaitu bersedia menerima ide-ide baru dari segala pemikiran dan kebiasaan dalam berinvestasi yang terus berkembang dengan pesat.”Pria berkebangsaan Yahudi Kelahiran Hungaria ini banyak mengalami pahit getirnya kekejaman Nazi, pendudukan Sovyet dan terlunta-luntanya hidup di London, yang membentuk kepribadiannya seperti sekarang ini. Tahun 1947 meninggalkan Hungaria menuju London. Disini dia mengenyam pendidikan di London School of Economics. Pada saat itulah dia berkenalan secara langsung dengan filsuf Karl Popper, yang menulis buku berjudul ”The Open Society and Its Enemies.” Pada usia mendekati 50 tahun kekayaan George Soros mendekati US $ 100 juta, sepertiganya merupakan kekayaan pribadi. Suatu jumlah yang lebih dari cukup untuk kehidupan keluarga Soros. Dari sini mulai berpikir, apa yang akan dilakukan. Akhirnya diputuskan membentuk Open Society Institute dengan tujuan memajukan masyarakat tertutup; menjadikan masyarakat terbuka lebih mampu bertahan hidup; mempromosikan mode berpikir kritis.Dengan yayasannya itu Soros membantu negara-negara (bekas) satelit Uni Sovyet di Eropa Timur berdiri serta negara-negara lain di Asia dan Amerika Latin Beberapa berhasil tetapi ada juga yang gagal. Terakhir adalah ketika dia berkampanye untuk menentang pemilihan kembali Presiden George W. Bush tahun 2004. Seperti diakuinya, peranannya yang bagaikan seorang negarawan tanpa negara ini karena pada dirinya terdapat tiga hal. Pertama mempunyai kemampuan dalam hal mengembangkan kerangka konseptual, kedua peletak keyakinan-keyakinan etis dan politis yang teguh dan ketiga karena mempunyai banyak uang.
Selain sebagai pendiri lembaga Soros Fund Management dan Open Society Institute dan juga menjabat sebagai Direktur Utama dari lembaga Council on Foreign Relations, dia juga banyak memberi bantuan pada Partai Solidaritas Buruh di Polandia, Lembaga Kemanusiaan Charter 77 di Cekoslovakia (sekarang Rep. Ceko), dan kontribusi aktif pada suatu partai politik di Uni Soviet yang sangat berpengaruh. Dana dan organisasi dari lembaga Georgia’s Rose Revolution(lembaga ini disebut-sebut sebagai lembaga terbesar dari lembaga yang pernah didirikan) yang didirikannya juga berjalan dengan baik. Di Amerika Serikat ia juga dikenal sebagai penyumbang dana terbesar sejak era Presiden George W. Bush gagal dan terpilih kembali menjadi Presiden AS.
Berawal dari kedekatannya dengan Pangeran William IX dari Hesse-Hanau, salah seorang anggota kerajaan yang terkaya di Eropa, Mayer Amshel Rothschild mampu membangun kerajaan bisnis yang memegang peran di Amerika Serikat. Dinasti Rothchild yang dikenal sebagai dinasti yahudi tameng merah ini dalam kiprah bisnisnya sebagaimana yang dilakukan oleh para pendahulunya tak lepas dari keterlibatannya dalam dunia politik dan kekuasaan. Selain Soros yang lebih dahulu menancapkan kuku bisnisnya di Indonesia, bisnis yahudi di Indonesia juga diikuti oleh dinasti tameng merah ini. Melihat sejarah sepak terjang bisnis yahudi yang mampu mempengaruhi politik dimanapun mereka berada, bukan tidak mungkin perpolitikan Indonesia mampu dikendalikan oleh kelompok bisnis yahudi ini. Kuatnya lobby yahudi didalam perpolitikan Amerika Serikat memang faktanya Amerika Serikat menjadi negara pelindung Israel dimana hingga saat ini, setiap negara yang berkonflik dengan Israel maka akan berhadapan dengan Amerika Serikat.
Bagaimana kelompok yahudi ini memasuki perpolitikan Indonesia ?. Kita lihat sejarah politik luar negeri Indonesia pada era Sukarno yang lebih condong kepada blok Timur pimpinan Uni Soviet yang sedang dalam situasi perang dingin dengan Blok Barat dibawah Amerika Serikat. Kedekatan Indonesia pada era Sukarno dengan blok Timur ini menjadikan kekuatan militer Indonesia menjadi kekuatan yang besar. Namun politik Sukarno yang dikenal dengan Nasakom menjadikan Partai Komunis Indonesia memiliki tempat didalam kebijakan Sukarno yang merisaukan kelompok militer. Memuncaknya intrik politik antara militer dan PKI ditandai dengan peristiwa pembunuhan para Jenderal Angkatan Darat pada tanggal 30 September 1965 yang sekaligus menjadi tonggak sejarah perubahan politik Indonesia dan sekaligus menjadi awal pergantian kekuasaan dari Sukarno kepada Suharto. Suharto langsung mendapat dukungan politik dari negara2 barat yang memberikan bantuan peralatan militer taktis untuk melakukan pembersihan PKI. Infrastruktur militer dan keterbatasan personel maupun logistik untuk menangani tahanan PKI diduga sebagai landasan tindakan pembantaian terhadap lebih dari 500.000 jiwa yang dituding sebagai anggota PKI.
Suharto yang dikenal sebagai panglima Mandala dalam pembebasan Irian Barat tanpa pertempuran berarti berkat dukungan Amerika Serikat di PBB, setelah naik ketampuk kekuasaan langsung merubah kiblat politik luar negerinya menjadi sahabat negara adidaya pimpinan Blok Barat ini. Salah satu yang paling fenomenal menandakan kedekatan dengan Amerika Serikat adalah pemberian konsesi pertambangan emas dan tembaga kepada Freeport McMoran. Perusahaan tambang Amerika ini mendikte dan ikutcampur dalam kebijakan pertambangan di Indonesia. Salah satu buktinya adalah Kontrak Karya PT Freeport Indonesia ditetapkan sebelum diberlakukannya UU Nomor 11/1967 tentang Pertambangan umum. PT Freeport yang berlokasi di Grasberg dan Easberg, Pegunungan Jaya Wijaya ini, menguasai 81,28% saham, sedangkan PT Indocopper Investama sebesar 9,36%, dan pemerintah Indonesia yang notabene adalah pemilik alam hanya mempunyai saham sebesar 9,36%. Tidak tangung-tanggung, luas konsesi yang diberikan kepada Freeport pun luar biasa, 1,9 juta hektar lahan di Grasberg dan 100 km2 di Easberg.
Disisi lain, peralatan militer Indonesia juga beralih menggunakan peralatan buatan Amerika Serikat, walaupun tidak secara resmi, pelatihan pilot pesawat tempur Indonesia dilakukan di Israel menandakan adanya hubungan dengann Israel. Suharto yang dalam politiknya sangat anti PKI, dimanfaatkan pula sebagai garda depan membendung pengaruh komunis di Asia Tenggara oleh Amerika Serikat.
Apa yang didapat Suharto dari perannya ?. Pinjaman untuk membangun infrastruktur ekonomi dimana disatu sisi ada gerak pembangunan namun disisi lain pendekatan secara represive diterapkan untuk menjaga kestabilan politik. Amerika Serikat yang politik luar negerinya sangat dipengaruhi oleh lobby yahudi adalah pemegang saham mayoritas WorldBank yang merupakan penyalur pinjaman multilateral maupun bilateral baik dalam forum IGGI maupun forum yang lainnya. Walaupun pemerintahan dijalankan secara represive, namun adanya supporting dana2 pinjaman luar negeri itu, Suharto mampu mempertahankan kekuasaan selama 32 tahun tanpa rongrongan yag berarti.
Berakhirnya perang dingin blok timur dan barat dengan ditandai bubarnya Uni Soviet membawa perubahan pula dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Indonesia yang pada awalnya dimanfaatkan sebagai garda depan wilayah asia tenggara untuk membendung pengaruh komunis, peran Indonesia pasca bubarnya Uni Soviet menjadi tidak penting. Berbagai kritik diterima Suharto dalam penggunaan pinjaman luar negeri yang akhirnya Suharto memutuskan keluar dari IGGI yang merupakan kumpulan negara2 pemberi pinjaman kepada Indonesia. Demikian pula dengan penggunaan peralatan militer yang puncaknya pemerintah amerika serikat memberlakukan embargo suku cadang. Namun disisi lain, terutama negara 2 eropa barat makin memberikan peluang pinjaman untuk pengadaan barang modal sektor swasta dengan garansi perbankan nasional. Dengan kebijakan pemerintah memberikan penundaan pembayaran pajak import barang modal melalui BKPM ( Badan Koordinasi Penanaman Modal ), permainan mark up harga barang dapat berjalan mulus, masuk ke Indonesia tanpa harus membayar pajak. Mudahnya negara barat memberikan fasilitas pinjaman kepada sektor swasta yang diwarnai tindak korupsi seperti kasus Golden Key yang muncul kepermukaan dan Edi Tanzil sang aktor raib tak tentu rimbanya hingga kini.
Melengserkan Suharto.
Yang menjadi pertanyaan, mengapa begitu mudahnya pengusaha swasta
Indonesia mendapat pinjaman dari luar negeri ?. Tak lain karena
pinjaman2 tersebut digaransi oleh pemerintah melalui perbankan nasional.
Bank Bapindo adalah salah satu bank pemerintah yang memberikan garansi
kepada pengusaha nasional yang mendapatkan pinjaman luar negeri.
Penyebab utama dari bangkrutnya bank pelat merah ini karena penjaminan
pinjaman luar negeri itu yang dalam bentuk valas. Ketika rupiah
terdevaluasi, seluruh bank devisa mengalami kerugian selisih kurs yang
luar biasa yang berlanjut dengan krisis ekonomi. Tindakan pemerintah
pada waktu itu adalah membailout semua perbankan devisa melalui BPPN
yang pada dasarnya adalah mengambil alih kewajiban perbankan nasional
terkait dengan pinjaman luar negeri.Pada akhir tahun 80 an adalah masa emas “pengusaha” nasional mendapat tawaran pinjaman luar negeri dalam jumlah besar. Dalam prakteknya, pinjaman itu dilakukan lewat perbankan nasional yang dananya berasal dari pinjaman luar negeri dimana untuk jasa penjaminan tersebut perbankan nasional mengenakan tambahan bunga sekitar 4 % p.a. Jika diteliti lebih mendalam, begitu mudahnya syarat pinjaman, cukup dengan hipotik barang modal yang dibeli dengan pinjaman tersebut, pinjaman dapat dicairkan. Permainan mark up harga barang yang artinya ada selisih berupa uang tunai yang diterima yang umumnya tidak masuk ke Indonesia karena dimanfaatkan kepentingan lain, maka barang modal yang masuk ke Indonesia sebagai jaminan bank dapat dikatakan sebagai “sampah” yang tidak memiliki nilai sebanding dengan jumlah pinjaman. Umumnya kredit semacam itu mengalami kemacetan karena tidak didasarkan pada kelayakan bisnis dan yang menanggung resikonya adalah perbankan nasional yang bertindak sebagai garantor.
Ketika Bank Indonesia sebagai bank sentral tidak mampu melakukan intervensi untuk menahan tekanan terhadap rupiah akibat permintaan valas yang meningkat guna menutup pinjaman luar negeri, terutama yang jatuh tempo, hal ini menjadi malapetaka bagi perbankan nasional. Jika Soros mampu mengguncang perbankan Inggris pada tahun 1992 dengan memborong dan kemudian menjualnya lagi pounsterling dengan keuntungan besar, maka pinjaman2 luar negeri yang begitu mudahnya didapat oleh penguasaha Indonesia patut dicurigai sebagai bagian dari skenario politik terhadap Indonesia. Sebab, pada saat jatuh tempo, perbankan nasional “dipaksa” membeli valas dalam jumlah besar untuk menutup pinjaman luar negeri swasta yang digaransinya, tentunya dengan harga yang lebih mahal. Berawal dari kekacauan perbankan inilah yang kemudian merembet kesektor ekonomi lainya serta menimbulkan masalah sosial yang pada akhirnya menimbulkan masalah pula dalam politik.
Tentunya kita bertanya, apa yang sesungguhnya terjadi di Indonesia pada dekade tahun 1990 an ?. Jika kita melihat dari sudut pandang politik luar negeri Amerika Serikat, posisi Indonesia sudah tidak diperlukan sebagai pembendung pengaruh komunis seiring dengan berakhirnya perang dingin. Sebagai negara berpenduduk penganut Islam terbesar, tentunya Islam dianggap sebagai kelompok agama yang harus diwaspadai terkait dengan konflik timur tengah yang melibatkan Israel. Bagi negara barat, terutama bagi Amerika Serikat tidak berharap Indonesia menjadi negara kuat baik dari segi ekonomi maupun militer. Dari segi militer, dengan berbagai alasan Amerika Serikat memberlakukan embargo pengadaan peralatan militer dan suku cadangnya terhadap Indonesia. Tak pelak lagi, embargo yang dikenakan tersebut membuat peralatan militer Indonesia tak berfungsi kecuali dengan melakukan kanibal suku cadang yang menyebabkan penurunan kemampuan militer Indonesia. Dari segi ekonomi, penghancuran ekonomi Indonesia sangat mungkin sebagai bagian dari skenario pergantian kekuasaan di Indonesia. Jika kita lihat dari waktunya, antara penerapan embargo yang diberlakukan dan pinjaman perbankan luar negeri ( kemungkinan dana Soros yang disalurkan ) kepada pengusaha nasional terlihat ada korelasinya yaitu :
- Embargo peralatan militer kepada Indonesia adalah sinyal pudarnya dukungan kepada Suharto karena komunis tidak berbahaya bagi amerika serikat paska bubarnya Uni Soviet.
- Gejolak Timor Timur dibuat makin memanas untuk menciptakan sangsi lainnya atas pelanggaran HAM sebagai alasan penundaan pinjaman dan embargo.
- Bersamaan dengan tekanan politik, pinjaman2 luar negeri sektor swasta jatuh tempo yang dibarengi juga gerakan Soros mengacau mata uang asia yang diikuti para spekulan mata uang.
- Rupiah terus tertekan yang menyebabkan rush berbarengan dengan kewajiban bank harus membayar kredit luar negeri yang digaransinya. Ambruknya perbankan nasional inilah yang menjadi penyebab kekacauan ekonomi yang diikuti oleh datangnya IMF sementara politik terus memanas yang berujung kerusuhan.
Masuknya Yahudi Dalam Lingkaran Kekuasan.
Krisis ekonomi yang diawali kehancuran perbankan nasional akibat
terdepresiasinya nilai rupiah yang merembet kedalam sektor ekonomi
lainnya pada akhirnyamenimbulkan krisis sosial dan politik. Setelah
berusaha meyakinkan rakyat dengan pernyataan bahwa pondasi ekonomi
Indonesia cukup kuat mengatasi krisis ekonomi tidak membawa pengaruh,
akhirnya Pak Harto menyerah dan menanda tangani letter of Intent ( LOI )
dengan IMF. Seperti kita ketahui bahwa IMF merupakan lembaga keuangan
yang saham terbesarnya dikuasai oleh Amerika Serikat. ” Penyehatan
Ekonomi ” begitulah istilah yang dipakai untuk keterlibatan IMF dimana
kebijakan ekonomi Indonesia harus mengacu pada ketentuan yang
disepakati. Artinya, kesepakatan tersebut menjadikan Indonesia dibawah
kendali IMF karena ketergantungan keuangan. Dilain sisi, krisis sosial
politik mulai meningkat, gerakan massa menentang kekuasaan yang
diikuti dengan kerusuhan menjadikan posisi Pak Harto berada pada
tekanan. Terlebih setelah Pak Harto merencanakan perubahan kabinet yang
tidak direspon. Tak ada pilihan lain, Pak Harto mengundurkan diri.
Peran IMF sendiri banyak dipertanyakan
dan ditentang karena dinilai mengarahkan ekonomi Indonesia mengikuti
faham neoliberalisme. Neoliberalisme adalah bentuk baru dari paham
ekonomi pasar liberal, yang merupakan salah satu bentuk varian dari
Kapitalisme, di mana Kapitalisme merupakan suatu ideology atau paham
yang percaya bahwa modal merupakan sumber utama untuk dapat menjalankan
sistem perekonomian di suatu negara. Disatu sisi , penghapusan
monopoli dan tata niaga memang merupakan hal yang menguntungkan rakyat,
namun disisi lain perlindungan terhadap modal kuat menjadikan poisisi
rakyat hanya sebagai sapi perah. Dalam prakteknya, priatisasi BUMN
seperti privatisasi perusahaan telekomunikasi ketangan asing
menimbulkan tanda tanya sebab itu artinya pihak asing telah menembus
wilayah privat sebuah bangsa. Tak ada lagi proteksi, siapapun boleh
masuk ke Indonesia dan siapapun boleh berkolaborasi dengan pengusaha
Indonesia termasuk perusahaan dari Israel.
Seprti kita ketahui, dinas rahasia
Israel Mossad sangat tidak diragukan reputasinya dalam menggarap sebuah
pemerintahan. Sebut saja Elie Cohen yang diberikan gelar pahlawan oleh
Israel sementara bagi Syria, dia adalah seorang penghianat dan mati
ditiang gantungan. Elie Cohen adalah seorang yahudi yang disusupkan
kedalam lingkaran kekuasaan Syria dan nyaris menjadi presiden Syria
jika rahasianya tidak terbongkar berkat informasi intelejen Uni Soviet
seteru Amerika Serikat. Seperti halnya Gorge Soros dapat saja
berperan ganda, disamping sebagai penguasaha juga dapat saja berperan
demi kepentingan bangsa yahudi. Jika dikaitkan dengan reputasinya yang
mampu menggoncang poundsterling pada tahun 1992, sangat mungkin dia
mampu menggoncang rupiah juga karena gerak soros diikuti pula oleh para
spekulan. Sumber dana yang dipakai oleh Gorge Soros untuk mengguncang
poudsterling hingga saat ini masih menjadi tanda tanya yang artinya
Soros kemungkinan besar memiliki dana politik yang tidak terbatas untuk
kepentingan bangsanya.
Jika kita melihat dari sisi misi
International Monetary Fund ( IMF ) adalah lembaga sentral dari sistem
moneter internasional, yaitu system pembayaran dan nilai tukar
internasional diantara mata-mata uang internasional yang dimungkinkan
dilaksanakannya kegiatan bisnis diantara Negara-negara di dunia. Pada
masa krisis moneter melanda Indonesia 1997, Indonesia tidak bisa keluar
dari gejolak moneter yang mengharuskan Indonesia untuk meminta
bantuan kepada IMF, dan IMF menyodorkan Paket kebijakan kepada
Indonesia berupa paket standard yang juga diberlakukan di berbagai
negara lainnya yang mendapatkan penanganan serupa. Namun jika kita
melihat paket kebijakan tersebut yang salah satunya adalah
menghentikan dukungan pemerintah untuk program strategis seperti halnya
program pengembangan Industri pesawat terbang ( IPTN ), secara ekonomi
memang masuk diakal untuk penghematan keuangan negara. Namun, secara
nasional untuk kepentingan yang lebih besar lagi seperti untuk
kepentingan pertahanan nasional memang merugikan Indonesia. Sebab,
pada waktu yang bersamaan Indonesia mendapat embargo peralatan dan suku
cadang militer. Dilain segi, secara umum paket kebijakan yang harus
diikuti oleh Indonesia yang lebih mengarahkan ekonomi secara liberal
menjadikan rakyat harus bersaing dengan kemampuannya sendiri. Artinya,
rakyat miskin harus mampu mencari solusi bagi dirinya sendiri oleh
karena adanya pengurangan2 subsidy. Pengaruh dari paket kebijakan IMF
tersebut, cepat atau lambat, pada akhirnya kekuatan modal akan
menguasai ekonomi dan politik Indonesia.
Keberhasilan Infiltrasi Yahudi.
Walaupun secara resmi Indonesia telah mengakhiri kerjasama degan IMF
pada Nopember 2003, namun Indonesia tetap melanjutkan kerja sama dalam
bentuk post programme monitoring. Tentang kerjasama dengan IMF ini,
sesungguhnya ada hal dirasakan cukup janggal, yaitu begitu cepatnya
IMF menyusun point2 LOI yang dikatakan sebagai sebuah langkah
penyehatan ekonomi. Kemungkinan besar, krisis moneter di Indonesia
adalah hasil sebuah penggarapan yang systematis dimana LOI tersebut
sudah dipersiapkan jauh hari untuk kepentingan politik dibaliknya.
Kemungkinan ini diperkuat oleh laporan Independen Evaluation Office
(IOE), lembaga independen yang memonitor aktivitas IMF yang menyatakan
bahwa IMF tidak memberikan nasihat terbaiknya saat membantu Indonesia
keluar dari krisis ekonomi terburuknya pada tahun 1997, selain itu
disebutkan, selain kesalahan teknis, IMF juga telah gagal untuk
mengerti iklim permasalahan dan membuat kesalahan pada langkah pembuatan
kebijakannya IMF telah memberikan paket bantuannya sebesar US$ 43
miliar agar Indonesia bisa keluar dari krisis ekonomi yang terparah
pada tahun 1997.Dalam laporan IEO itu juga dikatakan, isi dari program pinjaman IMF didasarkan pada pandangan bahwa situasi Indonesia pada saat itu tidak serius dan dapat dengan mudah dipulihkan. Diprediksikan GDP Indonesia pada tahun 1997 akan tumbuh 5 persen dengan lebih tinggi lagi pada tahun 1998 meskipun GDP turun 13 persen dan krisis keuangan tak terhindarkan. Laporan itu juga menyebutkan, awal dari kesalahan teknis terjadi sebelum IMF datang ke Indonesia saat pemerintah secara tajam mengurangi jumlah uang beredar dan cadangan devisa yang membuat sistem keuangan kekurangan likuiditas. IMF bagaimanapun dinilai gagal untuk menghilangkan kesalahan yang telah dibuat ini saat datang untuk menolong Indonesia. Pada saat krisis, staf IMF membuat kunjungan yang pendek dengan jadwal yang sangat ketat dan harus bertanggng jawab pada laporan yang detail dan terkadang memperoleh intervensi dari seluruh jajaran Dewan IMF di Washington. IMF dinilai IEO telah belajar dari pengalamannya di Indonesia namun pelajaran itu datangnya terlambat untuk menghindari kemerosotan yang cepat pada perekonomian Indonesia.
Jika dilihat dari kebijakan orde baru yang memacu pembangunan dengan dana pinjaman luar negeri, laporan IEO tersebut adalah jawaban adanya alasan sebuah skenario kesengajaan menciptakan krisis moneter Indonesia. Turunnya IMF ada kemungkinan dilandasi hanya untuk menjaga agar Indonesia tetap dapat membayar kembali pinjaman luar negerinya “walaupun” dalam jumlah yang berlipat ganda oleh karena terdepresiasinya nilai rupiah. Seperti kita ketahui, beberapa kali pemerintah melakukan kebijakan devaluasi mata uang rupiah dengan alasan klasik agar produk eksport Indonesia dapat bersaing di pasar internasional. Padahal, jika kita mengkaji kebijakan pada waktu itu, percepatan pengembangan industri dengan slogan “tenaga kerja murah” serta kebijakan tax holiday untuk menarik minat investor tidak dibarengi iklim usaha yang sehat. Dunia usaha indutri yang dibarengi power kekuasaan menciptakan situasi usaha yang sangat rapuh. Industri yang terbangun oleh karena ketersediaan baku yang memang ada disekitarnya faktanya memang dapat bertahan pada masa krisis moneter lalu seperti sektor agro industri dan pengolahan hasil tambang, sementara industri yang berbahan baku import langsung gulung tikar. Industri yang dibangun secara instan yang menggunakan pinjaman luar negeri inilah sebagai triger yang merontokkan perbankan nasional yang bertindak sebagai garantor.
Dari sisi pinjaman pemerintah, masuknya pinjaman luar negeri akan memperkuat nilai tukar rupiah sebab penggunaan pinjaman tersebut harus dilakukan konversi sebelum dibayarkan. Penguatan rupiah karena gelontoran pinjaman menimbulkan problem lain yaitu menekan pasar export. Inilah problem moneter yang terjadi sehingga beberapa kali pemerintah mendevaluasi rupiah dengan alasan agar produk export Indonesia dapat bersaing dipasar Internasional. Namun, ketika pinjaman luar negeri itu jatuh tempo, maka akan terjadi pengurasan valas. Sayangnya, Badan Penyehatan Perbankan Nasional ( BPPN ) tak mampu melakukan verifikasi kredit macet perbankan nasional yang menjadi garantor pinjaman luar negeri swasta karena data dan agunan yang tidak jelas. Dan juga tidak ada political will untuk mengungkap kejahatan perbankan ini, baik pemberi pinjaman ( luar negeri ) maupun peminjam ( swasta nasional ). Sebuah kebijakan terpaksa diambil pemerintah dalam rangka “peyehatan ekonomi” yang dikehendaki IMF, semua tanggung jawab kredit macet yang berasal dari pinjaman luar negeri ditanggung APBN yang artinya sebuah konspirasi penghancuran ekonomi Indonesia ditutup dengan rapi. Yang menjadi pertanyaan kita, siapakah penyandang dana pinjaman luar negeri sektor swasta ini ?. Jika perbankan luar negeri itu bertindak sebagai penyalur dana milik Soros, hal ini adalah sebuah keberhasilan kolaborasi antara Amerika Serikat dan peguasaha Yahudi, menguasai ekonomi Indonesia melalui perputaran uang.
Program pinjaman IMF didasarkan pada pandangan bahwa situasi Indonesia pada saat itu tidak serius dan dapat dengan mudah dipulihkan merupakan pandangan yang bertolak belakang dimana hampir semua industri yang mengandung bahan baku import berhenti total. Sementara itu, degan tujuan untuk mencegah spekulan, pemerintah memberlakukan tigh money polecy yang pada dasarnya makin memperparah keadaan hingga rupiah terjun bebas mencapai level Rp. 15.000/ USD. Disadari atau tidak, kebijakan pengetatan uang yang beredar pada akhirnya membuat system moneter Indonesia menjadi kekurangan likwiditas dan kesempatan itu dimanfaatkan oleh pemodal asing masuk melakukan akuisisi perusahaan2 nasional. Masuknya permodalan asing melalui akuisisi atau program divestasi perbankan oleh pemerintah pada dasarnya pertahanan ekonomi Indonesia sudah beralih ketangan asinng. Ketika pemodal asing sudah memasuki usaha telekomunikasi, maka wilayah privasi itu telah tertembus dan sebuah keadaan bahwa saat ini Indonesia telah terseret dalam system neoliberalisme. Tak dapat dielakkan lagi, ketika ekonomi dapat dikendalikan oleh kekuatan asing, secara otomatis akan menyeret dunia politik Indonesia.
Gorge Soros, seorang penguasaha, politikus Yahudi Amerika Serikat ini menjadi perhatian dunia oleh aksinya memborong dan menjual kembali poundsterling yang sempat membuat kalangkabut bank sentral Inggris. Bukan hanya di Inggris, dia melakukan aksi yang sama dan oleh aksinya dia mendapat sangsi seperti di pengadilan Perancis. Tak ada yang dapat membuka asal usul uang soros, namun yang menonjol adalah namanya telah menjadi pemuka spekulan mata uang. Setiap terjadi aksinya akan diikuti oleh para spekulan sehingga mampu menarik para spekulan mengikuti aksinya yang tentunya uang terkumpul menjadi tidak terhingga. Dalam aksinya, Soros dapat bertindak sebagai spekulan murni yang mencari keuntungan dari selisih kurs konversi. Namun jika melihat garis politik Amerika Serikat pasca bubarnya Uni Soviet, Indonesia bukanlah sebagai pembendung komunis sebagaimana masa perang dingin. Artinya, kemungkinan politik luar negeri Amerika Serikat dengan aksi Soros bermain pasar uang di asia ada relevansinya terutama terhadap Indonesia sebagai negara Islam terbesar didunia.
Sebut saja Landes Bank, bank yang bermarkas di Frankfurt ini merupakan salah satu bank yang memberikan fasilitas pinjaman untuk pengadaan barang modal kepada pengusaha Indonesia dengan garansi Bank Bapindo milik pemerintah. Sebagai bank garantor, Bapindo mengenakan tambahan bunga sekitar 4 % dari bunga yang dikenakan oleh Landes Bank. Dari pengenaan bunga ini saja menggambarkan bahwa pinjaman itu itu adalah pinjaman yang luar biasa komersialnya, wajarnya sekitar 3 %. Sehingga total bunga yang harus dibayarkan oleh debitur nasional mencapai 7 %. Parahnya, jaminan yang diberikan adalah barang modal yang dibeli dari pinjaman itu melalui hypotik. Bagi penguasaha Indonesia, pinjaman ini tanpa resiko, sebab harga barang modal tersebut telah di mark up dan selisihnya diterima berupa uang yang tentu saja disimpan di luar negeri. Pinjaman yang penggunaannya cara demikian dipastikan macet dan ketika terjadi krisis moneter, pinjaman2 seperti ini diambil alih oleh pemerintah sebagai implementasi kesepakatan dengan IMF. Sesungguhnya, dari sini sudah terbaca, pinjaman “edan” ini adalah untuk menguras devisa Indonesia pada saat jatuh tempo dan sekaligus mengambrukkan perbankan nasional. Ditambah lagi, uang “liar” yang berasal dari pinjaman seperti itu tidak dapat masuk ke Indonesia mengingat Indonesia harus meratifikasi undang2 money loundering, yang sekaligus arus devisa negeri ini terkontrol oleh the Fed.
Jika dana yang disediakan oleh Landes Bank tersebut adalah milik Soros, maka dapat diyakini bahwa terdevaluasinya mata uang rupiah adalah sebuah penggarapan yang sangat rapi dengan memanfaatkan para pengusaha nasional yang bermental korup seperti Edi Tanzil untuk menghancurkan perbankan nasional. Kekacauan tatanan ekonomi dan system moneter Indonesia menjadi moment penguasaan ekonomi Indonesia melalui penguasaan perbankan dan sektor usaha vital lainnya seperti sektor telekomunikasi dengan melakukan kolaborasi dengan pengusaha nasional. Dilain sisi, tekanan politik terhadap Indonesia dengan dalih HAM dan demokrasi , Indonesia harus melaksanakan demokrasi yang dibarengi efori a reformasi telah menciptakan biaya politik yang mahal seperti saat ini. Prilaku pejabat Indonesia yang masih menganggap penguasaha sebagai sumber finansial menjadikan para penguasaha akhirnya merapat pada barisan politik Indonesia.
Gorge Soros sebagai politikus adalah
bagian dari lobby yahudi yang dapat mempengaruhi kebijakan luar negeri
Amerika Serikat ini suatu saat muncul di Istana Tampak Siring menemui
SBY. Soros dapat bertemu dengan seorang pimpinan sebuah negara
menunjukkan bahwa bisnisnya dinegara ini mempunyai peran penting dalam
pembangunan ekonomi Indonesia. Sebuah kenyataan bahwa Soros telah
menancapkan kuku bisnisnya di Indonesia mengingat situasi ekonomi
Amerika Serikat dan Eropa makin memburuk. Bebagai kalangan memprediksi
Amerika Serikat akan menjadi bagian masa lalu sejarah kebesaran.
Amerika Serikat yang ingin menjadi negara polisi dunia harus membiayai
pasukannya diseluruh dunia yang pada akhirnya menggerus
perekonomiannya. Prediksi kebangkrutan ekonomi Amerika Serikat ini
tentu saja merisaukan bangsa yahudi dan menjadi sebuah pelajaran yang
sangat berharga bahwa dunia tidak dapat ditaklukan dengan kekuatan
militer. Kondisi yang memburuk di negara-negara Barat ini, yang
menyebabkan George Soros, yang merupakan tokoh yang sangat
berpengaruh di dunia bisnis finansiil, mulai melakukan relokasi
usahanya di negara-negara Asia, termasuk Indonesia. Tentu, bukan hanya
bisnis semata, tetapi Soros yang Yahudi itu, ingin membangun
‘networking’ dengan berbagai partners strategisnya di Asia, sekaligus
menanamkan pengaruhnya dan jaringan dari kalangan pengusaha Yahudi,
yang tujuan akhirnya menguasai negara-negara Asia, sesudah Eropa dan
AS bangkrut.
Tumbuhnya Radikalisme Islam.
Dari sudut pandang bisnis, apa yang dilakukan oleh Soros adalah hal yang
wajar untuk pengembangan usahanya kemanapun yang diinginkan. Namun
sejarah mencatat bagaimana bangsa Yahudi ini tercerai berai keseluruh
penjuru dunia oleh konflik dengan bangsa arab maupun romawi. Bangsa ini
mulai menyatu dengan munculnya gerakan politik kaum yahudi yang
tercerai berai itu untuk menyatu kembali lagi ke Zion, sebuah bukit
dimana kota Yerusalem berdiri.. Gerakan yang muncul di abad ke-19 ini
semula ingin mendirikan sebuah negara Yahudi di Afrika kemudian berubah
di tanah Palestina yang kala itu dikuasai Kekaisaran Ottoman (Khalifah Ustmaniah) Turki.. Dr. Theodor Herzl menyusun doktrin Zionisme sejak 1882 yang kemudian disistematisasikan dalam bukunya “Der Judenstaat”
(Negara Yahudi) (1896). Doktrin ini dikonkritkan melalui Kongres
Zionis Sedunia pertama di Basel, Swiss, tahun 1897. Setelah berdirinya
negara Israel pada tanggal 15 Mei 1948, maka tujuan kaum zionis berubah
menjadi pembela negara baru ini. Berdirinya negara Israel yang
dikatakan mengokupasi tanah Palstina menimbulkan konflik
berkepanjangan hingga saat ini yang pada akhirnya dipandang sebagai
perang agama oleh kaum Islam, termasuk kaum Islam Indonesia.Sebagaimana umunya masyarakat Islam, ucapan para ulama masih menjadi panutan bahkan dibeberapa negara Islam, fatwa ulama masih dapat mempengaruhi peradilan. Begitu juga dalam masyarakat Islam Indonesia, kotbah keagamaan tak jarang mengungkap keburukan bangsa yahudi, terlebih menyangkut konflik antara Israel dan Palestina. Kebencian terhadap bangsa Yahudi ini yang dibangun melalui faham keagamaan memang faktanya memunculkan golongan Islam radikal yang melakukan perjuangan menurut kebenaran yang diyakininya. Sebuah fakta, masyarakat Islam Indonesia meyakini bangsa Yahudi adalah bangsa yang menjadi musuh agama, namun sebuah fakta pula bahwa bangsa ini melalui kekuatan uangnya mampu masuk menguasai bisnis di Indonesia dengan berkolaborasi dengan pengusaha nasional. Hal ini menunjukkan bahwa, selain dengan kekuatan militer Amerika Serikat, bangsa ini juga melakukan penguasaan ekonomi dunia melalaui kepiawaian otak yang dimilikinya.
Adalah hal yang sangat lumrah, setiap bangsa atau siapaun yang merasa tertindas akan berusaha keluar dari tindasan itu termasuk bangsa Indonesia yang berjuang memerdekakan diri dari kekuasaan kolonialisme belanda dan jepang. Bangsa Yahudi yang hanya berjumlah tidak sebanding dengan kaum islam ini tentu saja akan mencari jalan agar dapat survive, salah satunya dengan menguasai dunia mlalui kekuatan ekonominya. Satu orang seperti Gorges Soros saja, paling tidak dia mampu menguasai perekonomian Indonesia yang secara otomatis juga akan mempengaruhi politik Indonesia. Yang menjadi pertanyaan kita, apakah politik kita sudah dikuasai oleh kaum yahudi ini ?. Tidak sulit mencirikan pengaruh Yahudi dalam politik Indonesia. Untuk melihat hal ini kita menengok latar belakang sejarah bangsa Indonesia. Selama 350 tahun bangsa ini dapat dijajah, salah satunya karena bangsa kita mudah diadu domba sehingga banyak bangsa kita yang bersedia dijadikan kaki tangan kolonial untuk menjajah bangsanya sendiri. Republik Indonesia berdiri juga dengan memanfaatkan pegawai2 peninggalan kolonial yang mentalnya sudah terbentuk sebagai mental penghianat. Mental ini akhirya mnjadi budaya yang turunn temurun, jabatan bukan amanat rakyat, tetapi menjadi kekuasaan yang bernilai ekonomis sehingga transaksi jabatan sudah menjadi hal yang biasa. Inilah ciri original warisan kolonial sementara yahudi menguasai sumber hajat hidup untuk mengendalikan bangsa lain. Artinya, selama negeri ini masih penuh koruptor, yakinlah bahwa mereka bukan antek yahudi. Justru yang patut kita curigai berkolaborasi dengan Yahudi adalah mereka yang tidak korupsi tetapi mampu bertahan dalam kancah politik Indonesia yang membutuhkan biaya tinggi
Radikalisme telah menjadi gejala umum di dunia Islam, termasuk di Indonesia. Serial insiden bom yang terjadi di Indonesia mulai dari bom bali sampai JW Mariott dan Ritz Carlton pada dasarnya memiliki sasaran yang sama yaitu kepentingan Amerika Serikat. Aksi radikalisme semacam ini dapat merupakan murni aksi perlawanan kepada kelompok yang mengancam eksistensi mereka atau dapat juga hasil sebuah rekayasa intelejen memancing agar menimbulkan aksi untuk selanjutnya melakukan penumpasan. Dua kemungkinan latar belakang aksi ini dapat menjadi latar belakang gerakan Islam di Indonesia dimana pada gilirannya Indonesia mendapat “batuan” baik tehnis, biaya serta persenjataan untuk mengatasi gerakan Islam radikal itu. Sementara itu, disisi lain kontrak karya pertambangan dan bisnis lainnya terus berjalan dengan aman, walaupun banyak kontrak karya pertambangan dinilai tidak menguntungkan bangsa kita atau hanya menguntungkan segelintir bangsa kita yang bersedia berkolaborasi untuk dijadikan tameng. Para kolaborator ini akan berada pada lingkaran kekuasaan sehingga akan terjadi perlindungan terhadap kepentingan dirinya sendiri maupun untuk kepentingan pihak asing yang telah masuk dalam tatanan ekonomi Indonesia.
Menyikapi keadaan Indonesia saat ini, sangat jelas terlihat dua kubu yang saling bertolak belakang pandangan politiknya. Itu sangat terlihat dalam argumentasi terhadap sebuah keputusan. Elit politik yang berlatar belakang cendikia dan non partisan berpendapat bahwa krisis ekonomi Amerika Serikat akan berdampak pada ekonomi Indonesia. Pandangan ini didasarkan sebuah kajian panjang kebijakan ekonomi dan moneter yang dilakukan oleh pemerintahan orde baru hingga terjadinya krisis moneter di Indonesia serta implikasi oleh kebijakan yang diambil pemerintahan pasca reformasi terutama kebijkan yang terikat oleh adanya kesepakatan dengan IMF pasca orde baru. Catatan historical sebuah perjalanan ekonomi dan moneter Indonesia dijadikan landasan keputusan bailout bank century misalnya , telah menjadi peristiwa politik besar di negeri ini karena harus berhadapan dengan logika penguasaha. Bagi pengusaha, pinjaman2 luar negeri swasta sudah diganti dengan penanaman modal asing yang artinya para penguasaha asing tentunya akan melindungi kepentingannya di Indonesia. Jaminan perlindungan terhadap ekonomi Indonesia inilah yang mendasari keyakinan bahwa krisis di Amerika Serikat tidak berpengaruh kepada ekonomi Indonesia. Benturan pandangan antara cendikia dan logika pengusaha ini telah membuat Sri Mulyani hengkang menjadi Direktur Pelaksana World Bank. Tentu saja hal ini atas restu Amerika Serikat sebagai pemegang saham terbesar lembaga keuangan ini. Sebuah tindakan strategi “pegamanan” yang cantik oleh Amerika Serikat yang kemungkinan besar dipengaruhi oleh Lobby yahudi. Sebab, kebijakan moneter yang dimotori oleh Budiono dan Sri Mulyani lambat laun akan melepaskan diri dari ketergantungan ekonomi Amerika Serikat dengan sendirinya, bukan berdasarkan kepentingan perlindungan investasi sebagaimana pandangan pengusaha.
Pengaruh keagamaan dan politik dari konflik Timur Tengah ke Indonesia telah menjadi pemicu munculnya gerakan anti Yahudi di Indonesia. Gerakan Islam di Indonesia sesungguhnya telah berubah menjadi gerakan politik dengan sasaran kepentingan Amerika Serikat yang dinilai sebagai musuh Islam. Dengan berbagai dalih, Amerika Serikatpun berupaya mengendalikan negara2 Islam dengan berkedok resolusi PBB. Menguasai sumber2 ekonomi adalah sebuah cara pengendalian atau penguasaan terhadap Islam. Semasa perang dingin, negara2 Islam lebih condong berkiblat kepada Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet. yang mensupplay peralatan militer ke negara2 arab semasa konflik memuncak di Timur Tengah. Bubarnya Uni Soviet membawa pula perubahan pandangan bahwa yang harus dihadapi adalah Islam. Indonesia menjadi target penguasaan karena sejak Islam masuk ke Nusantara, hubngan masyarakat Indonesia dengan Timur Tengah sangat kental. Transmisi itu dimungkinkan karena posisi Timur Tengah sebagai sentrum yang selalu menjadi rujukan umat Islam, baik untuk berhaji, ziarah, maupun belajar. Dari aktivitas tersebut, lalu muncul berbagai bentuk jaringan, baik jaringan keulamaan, jaringan gerakan dakwah, maupun jaringan gerakan politik. Kini, gerakan radikal Islam telah terfragmentasi dalam beragam organisasi. Ada sejumlah benang merah yang bisa ditarik dari berbagai kelompok Islam radikal. Yaitu, pemahaman yang sangat literal terhadap ajaran Islam, keyakinan yang sangat kuat bahwa Islam adalah satu-satunya solusi untuk menyelesaikan berbagai krisis di negeri ini, perjuangan yang tak kenal lelah menegakkan syariat Islam, resistensi terhadap kelompok yang berbeda pemahaman dan keyakinan serta penolakan dan kebencian yang nyaris tanpa cadangan terhadap segala sesuatu yang berbau Barat. Umat Islam tengah mencari jalan, namun Yahudi telah terlanjur datang mencengkeramkan kkuatan ekonominya , maka yang harus dipikirkan oleh umat islam adalah bagaimana memanfaatkan akal sehat agar bangsa kita lepas dari kendali siapapun, termasuk bangsa Yahudi.
Islam Diantara Politik Dan Keyakinan.
Belakangan, komunitas Yahudi makin menunjukkan eksistensinya di
Indonesa, tak hanya dari kalangan masyarakat biasa, kalangan artis dan
pejabat juga ada yang ikut komunitas ini. Namun demikian, banyak yang
masih menututipi indetitasnya karena keberadaan mereka tidak
“diterima” oleh kalangan muslim. Sikap anti Yahudi masyarakat muslim
Indonesia semakin menonjol manakala terjadi serangan2 militer Israel
terhadap bangsa Palestina. Pertikaian antara Negara Palestina dan
Israel yang telah berlangsung bertahun2 , yang faktanya adalah
memperebutkan wilayah, telah berubah menjadi perang agama. Tentunya,
ada aksi dan reaksi yang saling berkesinambungan selama masih terjadi
konflik antara Israel dan Palestina. Lambat laun, satu persatu negara
pendukung Israel di Wilayah Timur Tengah dapat dikuasai oleh Amerika
Serikat baik dengan cara diplomatis maupun kekuatan militer. Yang
terakhir, Moamar Khadafy yang sangat anti Israel tewas terbunuh oleh
pasukan pemberontak yang didukung NATO, pakta pertahanan yang
dibentuk oleh Amerika Serikat yang semula untuk menghadapi perang
dingin dengan Uni Soviet. Bubarnya Uni Soviet menandakan surutnya
komunisme yang dipandang sebagai musuh liberalisme Amerika Serikat dan
saat ini pandangan anti liberalisme diarahkan kepada Islam. Namun
didalam Islam sendiri terjadi perpecahan, disatu sisi terjadi pemikiran
bahwa Islam adalah agama yang universal dan dinamis, namun disisi lain
berpikiran pada kemurnian Islam dan kehidupan dijalankan sesuai Syariat
Islam. Bahwa pemikiran Islam dapat berkembang dimana saja dibelahan
dunia yang memahami bahwa ajaran agama adalah menyangkut hubungan
antara manusia dengan sang Khaliq, sementara dilain fihak berpendapat
bahwa kehidupan adalah urusan agama. Pertentangan pendapat seperti ini
juga terjadi di Indonesia yang menyulut aksi2 ditengah masyarakat
Islam.Selama ini, pandangan Islam Fundamental diterima umum sebagai Islam yang sesuai dengan situasi dunia hari ini. Padahal, Semua aliran ini adalah hasil analisis pemikir semata-mata untuk melabel hasil pemikirannya serta kecenderungan melakukan gerakan Islam. Pada perkembanganya, Islam di dunia pada hari ini di mana Islam dilabel sebagai agama pengganas, kemiskinan dan sebagainya atau terorisme. Fenomena pemikiran Islam yang liberal sebenarnya tidak begitu jelas sebagai satu aliran pemikiran yang sekata. Muslim yang memanggil diri mereka sebagai progresif boleh dikatakan mengamalkan Islam yang liberal kerana mereka telah mencetuskan beberapa pemikiran liberal dalam Islam. Sejatinya, Islam liberal di Indonesia baru marak diperbincangkan ketika ada komunitas yang mengatasnamakan dirinya Jaringan Islam Liberal (JIL), walaupun benih-benih liberalisme Islam sudah lama. Pada tahun 60-an Greg Balton telah membahas gagasan Islam liberal di Indonesia. Berawal dari penelitian Desertasi Greg Balton, bertebarlah buku-buku wacana gerakan pemikiran umat Islam Indonesia.
Pada dasarnya, kebebasan pendapat yang berkembang saat ini, tanpa disadari telah menciptakan umat Islam Indonesia menjadi umat Islam liberal yang sesungguhnya. Disatu sisi meginginkan Islam dijalankan secara murni, dilain sisi menginginkan pemikiran Islam yang baru. Dua pemikiran Islam yang sedemikian rupa pada gilirannya menempatkan fatwa para ulama sebagai “ucapan” yang tidak perlu dipatuhi, terlebih fatwa itu dinilai bernuansa politis. Tidak jarang terjadi pro kontra ditengah publik menyikapi fatwa ulama. Dalam keadaan seperti ini, friksi dan intrik antara umat islam sering menjadi latar belakang konflik diantara umat Islam itu sendiri. Berbagai kasus kekerasan diantara umat Islam , bertumbuhan ormas2 Islam yang sering melakukan aksi atas nama Islam telah mewarnai kehidupan masyarakat justru pada masa yang disebut reformasi dan demokrasi. Selain itu, pengaruh globalisasi yang tidak mungkin dapat dibendung mengharuskan masyarakat Islam indonesia harus lebih mampu bersaing telah menciptakan keadaan sosial masyarakat lebih sensitif. Dalam masyarakat yang demikian, sedikit gesekan akan dengan mudah menciptakan kerusuhan besar. Tak dapat dipungkiri, prilaku masyarakat Islam yang sudah terpecah ini menjadi sangat mudah digerakkan, baik untuk kepentingan politik dan ekonomi.
Berbagai gejolak perburuhan sering berakhir dengan tindakan anarkisme yang dipicu oleh batasan upah yang ditetapkan pemerintah. Batasan upah yang dimaksudkan untuk menciptakan citra biaya rendah justru akan berbalik menakutkan investor. Jika diperhatikan masuknya investasi pengusaha Yahudi ke Indonesia pada masa krisis ekonomi, bukan tidak mungkin akan terjadi lagi gelombang masuknya investasi yahudi pada masa krisis perburuhan. Situasi seperti ini menjadi lahan subur menanamkan pemahaman liberalisme yang tidak sesuai denga Islam yang dikaitkan dengan dunia barat.
Jika kita lihat fenomena yang berkembang dalam masyarakat Idonesia paska reformasi, dinamika politik yang terjadi selama ini menggema sikap anti liberalisme yang tidak pernah terdegar sebelumnya. Terlebih setelah terjadi kemunduran ekonomi Amerika Serikat, banyak analis muslim menggambarkan sebagai kegagalan liberalisme dan kapitalisme dengan berbagai argumentasinya. Namun jika dilihat dari kemungkinan yang lain, mundurnya ekonomi Amerika Serikat karena kegagalan Amerika Serikat mengatasi krisis akibat melambungnya harga minyak sementara Anggaran militernya makin meningkat. Pendudukan Iraq dan Afghanistan yang dianggap sebagai sarang teroris secara militer telah menyebabkan defisit anggaran yang ditengarai sebagai biang keladi kemerosotan ekonomi negeri adidaya itu. Pendudukan kedua negara itu, walaupun atas mandat PBB, faktanya kedua negara tersebut berpenduduk mayoritas Islam. Sebut saja sebagai upaya menundukkan Islam secara militer, maka merupakan sebuah pelajaran yang sangat berharga bahwa untuk menundukkan Islam dapat menghancurkan ekonomi negara itu. Sehingga, penguasaan ekonomi sebuah negara yang mayoritas berpenduduk Islam mayoritas seperti Indonesia akan menjadi pilihan yang paling realistis dari segi pembiayaan.
Munculnya komuitas Yahudi di Indonesia yang didukung oleh Israel dapat merupakan sebuah pengenalan eksistensi Yahudi dan rencana sebuah expansi melalui penguasaan ekonomi mengingat tidak memungkinkan dengan jalan militer. Namun, harus disadari pula, bahwa apa yang dilakukan oleh bangsa Yahudi tersebut merupakan sebuah reaksi imbal balik sejak sebelum zaman mesir kuno. Lahirnya Islam, melalui pendekatan paradigma dan doktrin keagamaan, bangsa Arab mampu membuat bangsa Yahudi ini tercerai berai. Sejarah panjang bangsa ini yang jatuh bangun akhirnya menjadi tulang punggung ekonomi Amerika Serikat. Masuknya faham Islam yang lahir di Jazirah Arab ke Indonesia juga mempengaruhi pandangan terhadap bangsa Yahudi ini. Sebagai negara yang dengan mayoritas Islam terbesar didunia, menjadi hal yang lumrah apabila Indonesia menjadi target penguasaan Yahudi, bukan secara militer, tetapi secara ekonomi yang pada gilirannya mengendalikan politik dan kekuasaan di Indonesia.
Islam Dalam Era Globalisasi.
Neoliberalisme kerap dikaitkan dengan
globalisasi, yang mengindikasi penguatan dalam arus modal dan
perdagangan dunia. Ini mengakibatkan beralihkan perimbangan kekuasaan
dari negara kepada pasar. Pemerintah pada titik ini memiliki sedikit
pilihan, dan memutuskan untuk mengadopsi kebijakan Neoliberal dalam
rangka mencapai daya saing ekonomi. Neoliberal, sebab itu, memberi
kepercayaan yang demikian besar kepada perusahan-perusahan untuk
berinvestasi dan “memperluas” usaha. Dampak dari kebijakan Neoliberal
adalah, negara yang tidak memiliki daya saing ekonomi akan tunduk pada
pemodal dari negara lain. Kondisi ini kemudian menciptakan
ketergantungan dan kemiskinan di negara tanpa daya saing tersebut. Tak
dapat dihindarkan, bahwa mau tidak mau Indonesia harus menghadapi
persaingan global, terutama setelah pemberlakuan perdagangan bebas. Indonesia yang merupakan salah satu anggota ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan China-Asean Free Trade Area (CAFTA),
bagi sebagian besar masyarakatnya, perjanjian yang ditandatangani
pada AFTA dan CAFTA tersebut sangat berpengaruh buruk bagi produsen
lokal. Peranjian ini menegaskan pentingnya suatu produktifitas
diiringi asas persamaan, keadilan, perlindungan hak-hak asasi manusia
dan lingkungan hidup. Perdagangan bebas sendiri sebenarnya bentuk
penjabaran ekonomi suatu Negara yang mekanisme kebijakan
perekonomiannya diserahkan kepada kebijakan pasar. Intinya adalah
akumulasi modal dengan keniscayaan memperoleh keuntungan secara
maksimal karena pasar mengatur dirinya sendiri.
Secara tidak kita sadari, sesungguhnya
perdagangan bebas ini membuat perekonomian meningkat empat kali lipat.
Memacu pertumbuhan ekonomi dan nilai ekspor hampir dua sampai tiga
kali lipat tiap tahunnya. Inilah yang mendasari optimisme pemerintah
saat ini yang memprediksi nilai eksport Indonesia tidak terpengaruh
oleh adanya krisis ekonomi yang melanda Eropa dan Amerika Serikat.
Namun, untuk dapat survive dalam gejolak ekonomi dunia seperti saat
ini , pemerintah harus memiliki strategi2 yang dilakukan melalui
regulasi dalam menciptakan iklim usaha yang sehat. Salah satunya
dengan menerapkan standar untuk produk dalam negeri. Ini merupakan hal
mutlak karena perdagangan bebas sangat menitik beratkan transparansi
tentang semua program dan peraturan yang berpengaruh langsung terhadap
perdagangan internasional. Maka harus ada standar atau kesepakatan
internasional yang menjadi tolak ukur transparansi tersebut.
Standarisasi melindungi produk Nasional itu merupakan hal mutlak.
Produsen dalam negeri harus mampu bersaing dan mencari jalan keluar
sendiri dimana pemerintah sifatnya hanya melakukan proteksi pada
kesepakatan2 antar negara. China, adalah negara yang paling banyak
memiliki jaringan distribusi didunia melalui etnis China yang tersebar
diseluruh penjuru dunia termasuk di Indonesia dan hampir seluruh sentra
distribusi dikuasai oleh etnik ini.
Jika
etnik China sudah dapat dikatakan mampu membaur dalam masyarakat
Indonesia, namun tidak demikian dengan Yahudi. Sentimen rasial yang
berakar dari pemahaman ajaran keyakinan merembet kesegala aspek,
termasuk aspek ekonomi dan politik. Liberalisme dinilai tidak sesuai
dengan Islam yang pada gilirannya dikaitkan dengan dunia politik dan
dunia barat. Etnik China yang sudah masuk ke Indonesia berabad lalu
bukan tanpa tantangan, beberapa kali peristiwa sejarah harus menghadapi
perjuangan fisik untuk mempertahankan eksistensinya selama pendudukan
kolonial di Indonesia. Pada masa orde baru, kebebasan etnik ini sangat
dibatasi baik dalam budaya maupun politik. Namun, sebaliknya kedekatan
dengan penguasa, beberapa dari kalangan mereka mampu menguasai ekonomi
Indonesia. Dibatasai dalam budaya dan politik tetapi mendapat tempat
dalam ekonomi Indonesia telah menimbulkan kecemburuan sosial yang
meledak pada kerusuhan 1998. Faktanya, kasus2 BLBI juga melibatkan
etnis ini yang hingga saat ini tidak ada penyelesaian. Kedekatan etnik
ini negara Singapura, menjadikan negara ini sebagai tempat perlindungan
hukum mengingat tidak adanya perjanjian ekstradisi antara kedua
negara. Belum lupa dari ingatan, ketika Indonesia mengalami kekacauan
moneter terparah 1997, kesempatan ini digunakan pula oleh para debitur
“nakal” yang mendapat pinjaman luar negeri sebagai alasan usahanya
macet. Padahal, hasil mark up dari pembelian barang modal yang didanai
dari pinjaman2 itu dikuasai mereka sementara pengembalian pinjaman
telah ditalangi APBN. Hasil kejahatan perbankan yang parkir diluar
negeri ini tertutup kemungkinan untuk masuk ke Indonesia kecuali jika
diketahui asal usul uangnya setcara jelas setelah Indonesia menanda
tangani Viena Convension 1988 yaitu menyetujui keikutsertaannya
didalam undang2 internasional tentang pemberantasan kejahatan pencucian
uang ( money loundering ) pada tahun 2001. Dengan terpantaunya arus
keluar masuk dana ke Indonesia secara Internasional, salah satu siasat
debitu “nakal ” untuk menghindarkan tindakan hukum adalah memindahkan
basis usaha ke Singapura. Berlindung ke Singapura untuk menghindarkan
dari jeritan huum bukan hanya dilakukan oleh etnik China teapi juga
oleh bangsa asli Indonesia juga.
Indonesia
adalah negara sekular yang nasionalis yang tidak membedakan suku
bangsa bagi warganegaranya, mempertentangkan SARA adalah tindakan
melawan hukum. Namun faktanya, untuk bangsa Yahudi adalah kekecualian
karena masalah keyakinan dari ajaran agama. Sikap yang dibangun yang
berakar dari ajaran agama ini tentunya dapat mengundang kemarahan bangsa
Yahudi. Jika bangsa Yahudi ingin menguasai ekonomi Indonesia sebagai
reaksi dari sikap bangsa Indonesia adalah menjadi hal yang wajar. Yang
harus menjadi pelajaran disini, bahwa bisnis tak mengenal nasionalisme
dan agama dan harus mampu belajar dari fakta bahwa etnis China mampu
eksis dan dominan dalam kehidupan ekonomi Indonesia walaupun banyak
dibatasi kebebasannya. Ketakutan pengaruh barat dan liberalisme justru
menunjukkan bahwa bangsa ini mengalami kebingungan dalam persaingan
bebas seperti saat ini.
Etnis
China sendiri sudah masuk ke tanah jawa pada zaman Kerajaan Majapahit
yang Hindu/Budha dengan mendirikan komunitas2 berbaur dengan komunitas
Arab sepanjang pesisir Pulau Jawa. Hal ini menandakan bahwa geliat
perekonomian kerajaan Majapahit sudah dikenal keberbagai penjuru
dunia. Keruntuhan kerajaan Majapahit sebagaimana catatan sejarah oleh
karena perebutan kekuasaan diantara keluarga kerajaan. Terlebih
datangnya invasi bangsa kolonial, pengendalian ekonomi pada akhirya
dikuasai oleh bangsa asing. Artinya, bahwa stabilitas politik sangat
berperan dalam perkembangan ekonomi sebuah negara. Ketika Indonesia
mencapai kemerdekaannya, bahwa kemajuan ekonomi itu sangat bergantung
dari stabilitas politik dan karakter dari para penguasa. Sehingga,
dapatlah difahami bahwa maju mundurnya ekonomi Indonesia bukanlah
terkait dengan agama ataupun systemnya. Liberalisme akan berkembang jika
ekonomiya berkembang, sebaliknya jika syariat Islam dilaksanakab dapat
membuat ekonomi berkembang maka dengan sendirinya akan menjadi pedoman
ekonomi. Demikian juga dengan etnis China, sesungguhnya kemampuan
etnis China untuk menguasai ekonomi Indonesia karena faktor etnisya,
tetapi lebih disebabkan karena pola pikirnya.
Tak dapat ditampik lagi bahwa
pengaruh bisnis Israel sudah masuk ke Indonesia. Sebagaimana dikutip
dari Kompas.com (16/11/2010), PT Bakrie and Brothers Tbk dan beberapa
perusahaan dalam Kelompok Usaha Bakrie menandatangani perjanjian jual
beli saham dengan Vallar Plc—perusahaan investasi milik Rothschild,
salah satu keluarga bankir terkaya di dunia yang kita tahu memegang
peran penting dalam bisnis keuangan di Amerika serikat. Bisnis Yahudi
bukan hanya bekerjasama dengan Group Bakrie, sebagian sektor
telekomunikasi Indonesia juga ditengarai sudah dimasuki kelompok bisnis
Yahudi ini. Bagi Yahudi, bisnis tak semata mata bisnis untuk mencari
keuntungan namun ada tujuan pokok dibaliknya yakni mengkooptasi
kekuasaan. Mereka berusaha menancapkan kuku kekuasaannya di seluruh
dunia untuk memuluskan ide besar mereka membangun tata pemeritahan
tunggal dengan mendompleng politik luar negeri adidaya ini. Novus Ordo Seclorum
yang berada di bawah Kendali Zionisme Internasional inilah yang
bergerak melalui kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Upaya
mengkooptasi kekuasaan, bahkan dengan cara makar sekalipun, pernah
dilakukan Dinasti Yahudi di negara-negara Eropa dan Amerika. Awalnya
lewat pengusaan lewat sektor bisnis strategis, seperti telekomunikasi,
sumber daya alam, perbankan, persenjataan, pertaniaan, dan sebagainya,
yang berujung pada kooptasi kekuasaan.
Jika kita menengok sejarah Indonesia
masa kolonial, Tjarda van Starkenborch Stachouwer adalah
Gubernur-Jendral pemerintahan kolonial Hindia Belanda yang ke 66 dan
yang memerintah dari tahun 1936 – 1942, secara resmi disebut berasal
dari keluarga bangsawan Oranye, namun ditengarai memiliki darah Yahudi.
Pada masa pemerintahannya banyak berdatangan bangsa Yahudi dari
wilayah Arab ( waktu itu belum berdiri negara Israel ) baik sebagai
penguasaha, pedagang maupun bergabung kedalam pasukan KNIL. Diantara
pasukan KNIL yang berasal dari kaum Yahudi ini kemudian bergabung
kedalam pasukan TNI. Artinya, bahwa nyatanya kaum Yahudi ini telah
membaur dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia sebagaimana etnis
China sejak berdirinya NKRI. Kehidupan sosial masyarakat yang terbuka
seperti bangsa Indonesia pada dasarnya tidak membedakan asal usul
kebangsaan, tidak sebagaimana ajaran Islam yang meyakini bahwa bangsa
Yahudi adalah musuh agama. Antara realitas kehidupan masyarakat dan
pandangan ajaran agama memungkinkan bangsa Yahudi ini hidup secara
tenang di Indonesia. Dalam pemahaman sosiologi politik dalam pandangan
liberal, seseoang berhasil menjadi pemimpin memerlukan syarat bahwa dia
harus pandai, kaya, kuat dan licik. Apabila syarat itu dimiliki oleh
kaum Yahudi, mereka mampu memimpin di Indonesia menjadi sebuah
kewajaran. Artinya, keberhasilan bangsa Yahudi menguasai bangsa
Indoesia akan tergantung dari bangsa Indonesia juga. Jika bangsa ini
mampu mempengaruhi kebijakan luar negeri Amerika Serikat, bukan tidak
mungkin mereka juga mampu mengendalikan kebijakan pemerintah Indonesia.
Memang sudah sejak lama, banyak analis
meyakini bahwa kelompok lobi Zionis sangat berpengaruh di AS dan mampu
mengendalikan kebijakan-kebijakan luar negeri AS. Berbagai tulisan
sudah mengungkap tentang hal ini, dan yang terbaru ditulis oleh Henri
Astier yang dimuat di BBC. Dalam artikel yang berjudul “US Storm Over Book on Israel Lobby“,
Astier menulis bahwa banyak komentator yang membantah kuatnya lobi
Zionis di pemerintahan AS, meski banyak fakta yang membuktikan bahwa
kalangan Yahudi AS telah memainkan peran yang sangat besar, meski jumlah
mereka sedikit hanya sekitar 2 persen dari jumlah populasi AS. Dalam
artikelnya Astir juga menulis, “Bagaimana lobi itu dilakukan? Apakah
pengaruhnya benar-benar legendaris atau hanya legenda? Dua akademisi
AS, John Mearsheimer dari Universitas Chicago dan Stephen Walt dari
Universitas Harvard, punya jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu, dan
akibatnya memicu kontroversi. “ Dalam bukunya berjudul “The Israel Lobby and US Foreign Policy”
kedua penulis AS itu menulis bahwa AS harus menjelaskan alasannya
mendukung Israel. AS selama ini memberikan bantuan sebesar 3 milyar
dollar per tahun atau sekitar seperenam dari anggaran bantuang langsung
AS, untuk keperluan militer Israel. Tapi menurut Mearsheimer dan Walt,
AS hanya mendapat keuntungan sedikit dari kebijakannya itu dan mereka
menolak pendapat yang mengatakan bahwa Israel adalah sekutu kuat AS
dalam “perang melawan teror.” Menurut analisa Mearsheimer dan Walt
dalam bukunya, lobi-lobi Israel terutama berpengaruh pada finansial dan
keengganan AS untuk mengkritik Israel. Mereka menambahkan, sama
seperti kelompok-kelompok kepentingan lainnya, lobi Israel juga
mempengaruhi perdebatan di kalangan politisi dan komentator yang
mengecam Israel, namun lobi Israel menyebarkan pengaruhnya dengan
efektif dan mainstream media membalikkan opini negative kepada kedua
penulis ini. Sebagaimana seperti yang terjadi selama ini, Amerika
Serikat tetap melanjutkan kebijakan luar negerinya terhadap konflik
Timur Tengah yang menguntungkan Israel.
Keberhasilan bangsa Yahudi menguasai
Indonesia sesungguhnya sangat tergantung dari karakter bangsa Indonesia
sendiri. Mental korupsi, kolusi dan nepotisme yang sudah terbentuk
sejak zaman pemerintahan kolonial ini menjadi lahan empuk masuknya
kekuasaan bangsa asig termasuk bangsa Yahudi. Terlebih, selama bangsa
ini tidak dapat mensejajrkan dengan bangsa lain terutama dalam ekonomi,
ketergantungan ekonomi ini menjadikan bangsa Indonesia mempunyai
bargaining yang rendah terhadap bangsa lain. Seperti halnya terhadap
Singapura yang menjadi tempat perlindungan para koruptor atau
menggadaikan wilayah udara Indonesia kepada malysia dengan alasan bisnis
adalah sebagai bukti lemahnya bargaining pemerintah saat ini. Belum
lagi soal wilayah perbatasan yang masih terjadi silang sengketa, semakin
menggambarkan bahwa krisis moneter yang dialami oleh Indonesia telah
berimbas pada martabat bangsa.
Pengaruh Politik Konflik Timur Tengah.
Kita bisa membayangkan seandainya Iran mengerahkan kekuatan militernya yang sangat besar dan dilengkapi senjata modern, termasuk mobilisasi kelompok penekan seperti Hamas, Jihad Islami, dan Hizbullah. Hujan roket dan rudal hampir dipastikan akan mengguyur seluruh wilayah Israel. Pada titik itu, pengambil kebijakan Israel, hingga saat ini, tampaknya masih berupaya bersikap rasional sehingga tidak segera melakukan penyerangan. Banyak analis, serangan terhadap Iran akan memicu penggunaan pemusnah massal yang dapat menyebabkan perang dahsyat dikawasan Timur Tengah. Tak pelak lagi, solidaritas Islam akan memicu perang Islam dan Yahudi yang permusuhan itu berakar dari ajaran agama. Sepanjang sejarah Persia yang dimulai sejak sekitar tahun 250 SM, tak ada catatan sejarah bangsa Perseia berkonflik dengan bangsa Yahudi. Sebagaimana di negara Islam umumnya, peran ulama masih dipandang penting dalam kehidupan sosial politik, bahkan seperti di Arab Saudi, fatwa ulama masih menjadi rujukan peradilan. Demikian pula dengan Iran, fatwa ulama masih menjadi panutan masyarakatnya, berawal dari gerakan agama inilah yang kemudian berubah menjadi gerakan politik dimana Israel adalah representasi Yahudi.
Dapat dipastikan, pandangan politik masyarakat Islam Indonesia akan berpihak pada Iran yang Islam dalam konflik ini. Pemerintah Indonesia kemungkinan akan bersikap netral sebagaimana garis politik luar negeri yang selama ini dijalankan. Sikap pemerintah yang netral inilah yang akan mendorong gerakan Islam Fundamentalis di Indonesia untuk melakukan aksi2 kekaerasan sebagai bentuk “protes” berdasarkan kebenarannya. Disini sesungguhnya perlu pendekatan oleh pihak keamanan sebagai tindakan antisipatif agar masyarakat dapat membedakan antara gerakan agama yang dipolitisir dengan politik internal sebuah bangsa. Sikap pemerintah yang netral ini didasarkan pada kepentingan ekonomi yang juga merupakan syarat keutuhan NKRI. Memang sebuah keadaan yang dilematis, disatu sisi Indonesia adalah pemerintahan sekular yang menjamin kehidupan warganegara tanpa memandang ras, dilain sisi kebebasan agama menjamin melindungi keyakinan walaupun didalamnya terjadi pertentangan rasial. Konflik kepentingan inilah yang seharusnya menjadi perhatian agar tidak berujung pada kekerasan seperti aksi2 peledakan bom.
Haruslah dipahami, selama masih berlangsung konflik di Timur Tengah, selama itu sel2 Islam radikal terus berkembang di Indonesia. Sebuah pengaruh dari konflik yang berawal dari perebutan wilayah di zaman modern ini telah berubah menjadi konflik agama. Jika kita melihat sejarah masuknya Islam di Indonesia yang disebarkan oleh bangsa2 dari wilayah arab, maka kita akan melihat pula bahwa ajaran Hindu/budha telah lebih dahulu menjadi keyakinan masyarakat di Nusantara sebagaimana peninggalan candi2 sebagai bukti sejarah. Artinya, sebelum masuknya ajaran Islam yang dibawa oleh bangsa Arab, masyarakat Nusantara tak mengenal bangsa Yahudi. Maka, semua kembali pada masyarakat muslim Indonesia, menjadikan bangsa Yahudi sebagai bangsa yang prilakunya tak patut ditiru atau menjadi musuh yang sesungguhnya sebagai landasan kebenaran ikut dalam konflik antara bangsa Arab dan Yahudi. Siapapun bangsa itu, secara naluri akan memproteksi diri, melumpuhkan musuh adalah salah satu bentuk perlindungan diri. Maka, menjadi hal yang wajar jika bangsa Yahudi berusaha melumpuhkan bangsa Indonesia sebagai sebuah reaksi untuk mempertahankan diri. Paling tidak, secara ekonomi bangsa ini mampu menguasai ekonomi Indonesia dimana dalam era globalisasi pemerintah tak dapat ikut campur dalam mekanisme pasar. Sikap netral yang diambil adalah sebagai pilihan untuk melindungi kepentingan ekonomi itu.
Jika Israel menggunakan kekuatan militer dan pengaruh loby Yahudi
terhadap kebijakan luar negeri Amerika Serikat dalam menghadapi
perebutan wilayah dengan palestina, maka Hamas salah satu faksi
militer palestina juga memiliki strategi untuk menghadapinya. Sikap
Israel yang menggunakan kekerasan senjata, bagaimanapun bukan menjadi
tandingan gerilyawan Hamas dan itu mestinya sangat disadari oleh
Hamas. Yang menjadi pertanyaan kita, apakah gerilyawan Hamas ini
adalah orang2 yang berani mati demi bangsanya ?. Bukan. Apa yang
mereka lakukan juga merupakan sebuah strategi dalam menghadapi Israel,
makin banyak korban makin mengundang simpati umat muslim, juga umat
muslim di Indonesia. Korban sipil yang begitu banyak, memang berhasil
membangun simpati, terlebih dengan pendekatan persaudaraan umat muslim
telah mendorong sikap kaum Islam yang militan. Gerakan Islam militan
inilah yang umumnya disebut sebagai gerakan terorisme dan gerakan ini
juga terjadi di Indonesia. Di wilayah yang penuh dengan kemarahan
terhadap Israel dan sekutu baratnya, Hamas tidak akan menerima usul
apapun yang akan membatasi aksi yang menurut mereka
merupakan hak untuk berjuang. Kelompok ini ingin mengirim pesan bahwa
mereka tidak terintimidasi dan akan terus berjuang demi seluruh pihak
di dunia yang marah dengan aksi Israel. Strategi
yang cerdik pimpinan Hamas, untuk sementara waktu berhasil membuat
kerumitan Amerika Serikat yang memancing aksi2 Islam radikal
mengganggu kepentingan barat diseluruh dunia.
Keberhasilan Hamas memancing reaksi militer Amerika Serikat, bagi amerika Serikat tentunya membutuhkan anggaran untuk mendukung aksi militernya. Startegi Hamas dengan anggaran dan peralatan yang terbatas, target politiknya tercapai yaitu selain memancing reaksi militer juga mengundang simpati umat Islam seluruh dunia. Aksi2 teror adalah bagian dari strategi menghadapi kekuatan militer yang besar dan strategi yang dilakukan oleh kelompok Islam ini pada akhirya menyedot anggaran yang besar yang besar faktanya saat ini ekonomi Amerika Serikat dan negara2 mengalami kemunduran. Kesempatan ini digunakan pula sebagai bahan propaganda oleh mereka yang menentang faham liberalisme dan kapitalisme dengan mengangkat kemerosotan ekonomi Eropa dan Amerika Serikat sebagai kegagalan liberalisme. Propaganda seperti ini biasa dijumpai di internet yang saat ini merupakan sarana yang paling efektif untuk penyebaran sebuah faham setelah bubarnya Uni Soviet. Namun demikian, bayak faktor yang dapat mempengaruhi keadaan ekonomi, perang berkepanjangan bisa jadi sebagai salah satu sebab. Seperti halnya krisis ekonomi di Indonesia , umumnya dipahami sebagai akibat dari krisis moneter. Namun jika dilihat lebih dalam lagi, krisis moneter Indonesia dapat diakibatkan oleh krisis hutang luar negeri. Artinya, untuk mengetahui penyebab kemunduran ekonomi sebuah negara tidak dapat langsung tunjuk hidung liberalismelah penyebabnya. Sebab, memang faktanya, leberaisme dan capitalisme memang telah menciptakan negara2 menjadi maju. Jepang dan Korea misalnya, dua negara ini menjadi pangkalan militer Amerika Serikat mampu memanfaatkan “proteksi” militer Amerika Serikat secara tepat sehingga dua negara ini menjadi negara yang menguasai tehnologi maju.Demikian pula dengan China yang militernya bersifat defensif kini sudah menjelma menjadi kekuatan ekonomi dunia. Dengan kata lain, faktor kemajuan sebuah bangsa sesungguhnya bukan karena fahanya, tetapi lebih disebabkan oleh mental bangsa itu sendiri.
Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi dan ketidak efisienan yang tinggi, walaupun ada yang menyatakan bahwa korupsi mengurangi ongkos (niaga) dengan mempermudah birokrasi, konsensus yang baru muncul berkesimpulan bahwa ketersediaan sogokan menyebabkan pejabat untuk membuat aturan-aturan baru dan hambatan baru. Dalam dunia usaha saat ini, sogokan dapat berarti mengamankan usaha sekaligus kepastian income. Buka menjadi rahasia lagi, semua yang berhubungan dengan birokrasi akan menemui biaya yang tidak jelas, mulai dari perizinan sampai perhitungan pajak. Terlebih dalam era otonomi daerah, setiap saat terjadi perubahan tariff pungutan yang menyebabkan usaha tida dapat direnanakan secara baik dan sehat. Sesungguhnya korupsi menyebabkan inflasi ongkos usaha, korupsi juga mengacaukan lapangan usaha. Persoalan yang sangat krusial bagi bangsa ini justru menjadi lahan baru pejualan tenaga kerja Indonesia keluar negeri yang mendatangkan devisa nomor dua dibawah migas.
Korupsi juga menimbulkan distorsi (kekacauan) di dalam sektor publik dengan mengalihkan investasi publik ke proyek-proyek yang memang diciptakan untuk dikorupsi.Hanya “seorang” Nazaruddin saja mampu menguasai proyek senilai Rp 6,037 triliun. Pejabat mungkin menambah kompleksitas proyek masyarakat untuk menyembunyikan praktek korupsi, yang akhirnya menghasilkan lebih banyak kekacauan. Korupsi juga mengurangi pemenuhan syarat-syarat keamanan bangunan, lingkungan hidup, atau aturan-aturan lain. Korupsi juga mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan dan infrastruktur; dan menambahkan tekanan-tekanan terhadap anggaran pemerintah. Dan ketika jembatan Sungai Mahakam runtuh, baru tergerak untuk menyelidiki kasus korupsinya dan sudah diduga pemborongnya yang harus bertanggung jawab, bukan pemberi keputusan.
Para pakar ekonomi memberikan pendapat bahwa salah satu faktor keterbelakangan pembangunan ekonomi di Afrika dan Asia, terutama di Afrika, adalah korupsi yang berbentuk penagihan sewa yang menyebabkan perpindahan penanaman modal (capital investment) ke luar negeri, bukannya diinvestasikan ke dalam negeri Seperti halnya Soeharto yang sering mengambil satu potongan dari semuanya (meminta sogok) melalui tangan yayasan2nya, walaupun lebih memberikan kondisi untuk pembangunan, melalui investasi infrastruktur, ketertiban hukum, dan lain-lain, namun prilaku tersebut ditiru oleh orang2 sekelilingnya untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya.
Keberhasilan Hamas memancing reaksi militer Amerika Serikat, bagi amerika Serikat tentunya membutuhkan anggaran untuk mendukung aksi militernya. Startegi Hamas dengan anggaran dan peralatan yang terbatas, target politiknya tercapai yaitu selain memancing reaksi militer juga mengundang simpati umat Islam seluruh dunia. Aksi2 teror adalah bagian dari strategi menghadapi kekuatan militer yang besar dan strategi yang dilakukan oleh kelompok Islam ini pada akhirya menyedot anggaran yang besar yang besar faktanya saat ini ekonomi Amerika Serikat dan negara2 mengalami kemunduran. Kesempatan ini digunakan pula sebagai bahan propaganda oleh mereka yang menentang faham liberalisme dan kapitalisme dengan mengangkat kemerosotan ekonomi Eropa dan Amerika Serikat sebagai kegagalan liberalisme. Propaganda seperti ini biasa dijumpai di internet yang saat ini merupakan sarana yang paling efektif untuk penyebaran sebuah faham setelah bubarnya Uni Soviet. Namun demikian, bayak faktor yang dapat mempengaruhi keadaan ekonomi, perang berkepanjangan bisa jadi sebagai salah satu sebab. Seperti halnya krisis ekonomi di Indonesia , umumnya dipahami sebagai akibat dari krisis moneter. Namun jika dilihat lebih dalam lagi, krisis moneter Indonesia dapat diakibatkan oleh krisis hutang luar negeri. Artinya, untuk mengetahui penyebab kemunduran ekonomi sebuah negara tidak dapat langsung tunjuk hidung liberalismelah penyebabnya. Sebab, memang faktanya, leberaisme dan capitalisme memang telah menciptakan negara2 menjadi maju. Jepang dan Korea misalnya, dua negara ini menjadi pangkalan militer Amerika Serikat mampu memanfaatkan “proteksi” militer Amerika Serikat secara tepat sehingga dua negara ini menjadi negara yang menguasai tehnologi maju.Demikian pula dengan China yang militernya bersifat defensif kini sudah menjelma menjadi kekuatan ekonomi dunia. Dengan kata lain, faktor kemajuan sebuah bangsa sesungguhnya bukan karena fahanya, tetapi lebih disebabkan oleh mental bangsa itu sendiri.
Korupsi.
Bangsa Indonesia saat ini sesungguhnya sedang menghadapi masalah korupsi
yang kronis dan harus diakui bahwa pemberantasan korupsi selalu
mengalami ganjalan dari waktu kewaktu sejak republik ini berdiri.
Dipandang dari dari sudut sosiologi kemayarakat, bahwa sebuah perbuatan
walaupun perbuatan itu sangat merugikan, jika secara sosial dalam
kemasyarakatan dapat diterima sebagai perbuatan yang biasa, maka
perbuatan itu tak memiliki sangsi sosial. Sejarah panjang bangsa
Indonesia yang diperintah oleh bangsa kolonial, memeras rakyat,
membiarkan rakyat miskin, korupsi, merampok kekayaan alam adalah
perbuatan yang dilakukan bangsa kolonial. Dalam pemerintahan kolonial
yang berlangsung lama maka terciptalah birokrat kolonnial bangsa
pribumi yang mempunyai mental seperti “Tuannya”. Ketika bangsa
Indonesia berhasil mencapai cita2 kemerdekaan, tak pilihan lain harus
melaksanakan pemerintahan dengan memanfaatkan para birokrat warisan
pemerintahan kolonial. Menggertak rakyat, membiarkan rakyat miskin,
korupsi, merampok kekayaan alam yang sudah menjadi hal yang biasa
didalam pemerintahan kolonial, ternyata mental itu ta dapat hilang
ketika bangsa ini telah merdeka dan masih menjadi ciri hingga saat ini.
Apapun dalihnya, tidak ada bangsa kolonial yang igin memajukan bangsa
yang dijajahnya. Begitu juga dengan bangsa Yahudi, memasuki bisnis di
Indonesia pada dasarnya untuk mendapatkan untung yang sebesar2nya.
Ketika keuntungan itu hanya dinikmati kaki tangannya di Indonesia dan
bangsa Yahudi, maka tak tepat harus menyalahkan bangsa Yahudi. Sebab,
masuknya bangsa Yahudi ke negeri ini karena memang diberi kesempatan.
Maksudnya, kita sebagai bangsa Indonesia selama belum mampu bersaing
dengan bangsa lain, selama itu bangsa ini akan menjadi taklukan.
Sebagaimana nasib TKW bangsa di Indonesia di Arab Saudi, bangsa kita
menunjukkan kemarahan ketika bangsa Arab Saudi memperlakukan TKW tidak
semestinya.Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi dan ketidak efisienan yang tinggi, walaupun ada yang menyatakan bahwa korupsi mengurangi ongkos (niaga) dengan mempermudah birokrasi, konsensus yang baru muncul berkesimpulan bahwa ketersediaan sogokan menyebabkan pejabat untuk membuat aturan-aturan baru dan hambatan baru. Dalam dunia usaha saat ini, sogokan dapat berarti mengamankan usaha sekaligus kepastian income. Buka menjadi rahasia lagi, semua yang berhubungan dengan birokrasi akan menemui biaya yang tidak jelas, mulai dari perizinan sampai perhitungan pajak. Terlebih dalam era otonomi daerah, setiap saat terjadi perubahan tariff pungutan yang menyebabkan usaha tida dapat direnanakan secara baik dan sehat. Sesungguhnya korupsi menyebabkan inflasi ongkos usaha, korupsi juga mengacaukan lapangan usaha. Persoalan yang sangat krusial bagi bangsa ini justru menjadi lahan baru pejualan tenaga kerja Indonesia keluar negeri yang mendatangkan devisa nomor dua dibawah migas.
Korupsi juga menimbulkan distorsi (kekacauan) di dalam sektor publik dengan mengalihkan investasi publik ke proyek-proyek yang memang diciptakan untuk dikorupsi.Hanya “seorang” Nazaruddin saja mampu menguasai proyek senilai Rp 6,037 triliun. Pejabat mungkin menambah kompleksitas proyek masyarakat untuk menyembunyikan praktek korupsi, yang akhirnya menghasilkan lebih banyak kekacauan. Korupsi juga mengurangi pemenuhan syarat-syarat keamanan bangunan, lingkungan hidup, atau aturan-aturan lain. Korupsi juga mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan dan infrastruktur; dan menambahkan tekanan-tekanan terhadap anggaran pemerintah. Dan ketika jembatan Sungai Mahakam runtuh, baru tergerak untuk menyelidiki kasus korupsinya dan sudah diduga pemborongnya yang harus bertanggung jawab, bukan pemberi keputusan.
Para pakar ekonomi memberikan pendapat bahwa salah satu faktor keterbelakangan pembangunan ekonomi di Afrika dan Asia, terutama di Afrika, adalah korupsi yang berbentuk penagihan sewa yang menyebabkan perpindahan penanaman modal (capital investment) ke luar negeri, bukannya diinvestasikan ke dalam negeri Seperti halnya Soeharto yang sering mengambil satu potongan dari semuanya (meminta sogok) melalui tangan yayasan2nya, walaupun lebih memberikan kondisi untuk pembangunan, melalui investasi infrastruktur, ketertiban hukum, dan lain-lain, namun prilaku tersebut ditiru oleh orang2 sekelilingnya untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya.
Kesimpulan.
Sebagaimana telah saya singgung pada
bagian pendahuluan tulisan ini, tulisan ini didorong oleh rasa ingin
tahu penyebab krisis moneter Indonesia yang berujung pada krisis multi
dimensional yang harus dialami oleh bangsa ini. Tak hendak mengecilkan
arti dari berbagai sumber pustaka online baik sebagai referensi tulisan
ataupun sebagai komparasi pemikiran saya terutama Wikeipedia,
AntaraNews, Detik Finance, Inilah.Com, Kompas Com dan berbagai situs
Islam bahwa sesungguhnya krisis moneter di Indonesia tidak
semata2 disbabkan oleh krisis global , tetapi lebih disebabkan oleh
krisis hutang luar negeri yang mengambrukan perbankan nasional akibat
prilaku korupsi bangsa Indonesia sendiri. Tidak ada kaitannya
dengan Neoliberalisme ataupun kapitalisme yang hanya merupakan sistem
dalam ekonomi yang akan diikuti jika memang dapat memajukan ekonomi.
Siappapun dapat mengacaukan ekonomi Indonesia, bukan hanya bangsa
Yahudi. Ketahanan ekonomi Indonesia hanya dapat ditunjukkan manakala
prilaku korupsi dapat dihilangkan. Musuh Umat Islam Indonesia
sesungguhnya bukan manusia2 seperti Yahudi, China, Amerika Serikat dan
lainnya, musuh umat muslim Indonesia sesungguhnya adalah hawa nafsu,
nafsu korupsi !.sumber
Selesai.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar