Yahudi dalam Politik Indonesia (Selengkapnya)

Pendahuluan.
        Presiden Soeharto menandatangani Letter of Intent (LoI) IMF pada tanggal 15 Januari 1998 di Jl. Cendana Jakarta,  disaksikan oleh Managing Director IMF Michel Camdessus  sambil berkacak pinggang dan senyum kemenangan.. Setelah penandatanganan LoI itu. media-media nasional dan internasional menyiarkan berita dengan judul: “Soeharto tunduk pada IMF, salah satu pilar Kapitalisme Global“, disertai foto kepongahan Bos IMF yang berdiri disamping Soeharto  yang selama ini sebagai figur “petunjuk” orang seklilingnya .  Sesungguhnya Pak Harto  sedang berusaha mencari  jalan  untuk menyelamatkan Indonesia dari kehancuran ekonomi, keterpksaan karena tidak ada pilihan lain atau membiarkan bangsa ini menuju kehancuran. Yang terpikir oleh saya pada waktu itu, bagaimana cara IMF dapat  langsung membuat sebuah Action Plan dalam waktu singkat untuk perbaikan ekonomi Indonesia. Paling tidak , karena pada waktu itu profesi saya bersentuhan dengan pinjaman2  World Bank dan secara kebetulan juga tercebur dalam penanganan perbankan luar negeri yang memberikan pinjaman kepada pengusaha2 nasional, sedikit banyak saya melihat adanya kejanggalan.  Sebab, menurut pandangan saya, hanya untuk menyusun sebuah action Plan perbaikan ekonomi sebuah propinsi saja membutuhkan waktu yang cukup lama .  Apalagi seperti Indonesia yang sangat lama mengalami penjajahan, karakter bangsa sedikit  banyak dipengaruhi oleh bangsa penjajah terlebih pada birokrasinya.  Maju  tidaknya sebuah negara tidak terlepas dari karakter birokrasinya itu. Secara sederhana dapat disimpulkan, jika birokrasi yang terbentuk adalah birokrasi untuk merampok sumber alam, menindas rakyat, membiarkan kemiskinan  maka karakter yang akan terbentuk akan seperti tujuan tersebut.  Bertahun2 birokrasi bangsa penjajah membentuk birokrasi seperti itu, dan ketika bangsa ini merdeka, birokrasi peninggalan kolonial beralih pada pemerintahan Indonesia merdeka. Tidak dapat serta merta menghapus pengaruh kolonial dalam waktu singkat sampai kemakmuran bangsa dicapai.
Sepanjang pengalaman saya berkerja bersama para ekspatriat, banyak pertanyaan dibenak saya megenai peran mereka kecuali sebagai penyambug lidah untuk pelaporan ke kantor pusat World Bank di Washington DC. Sebab, dalam salah satu Loan yang diberikan oleh World Bank adalah  untuk pembiayaan Study mengenai potensi keuangan untuk  kemampuan pebayaran kembali  pinjaman , namun terdapat Commitment Fee dalam persyaratan Loan tersebut. Logika saya, jika jaminan telah dilakukan oleh pemerintah maka commitment fee yang dikenakan kepada Indonesia maka seharusnya tidak diperlukan lagi study menyangkut potensi keuangan negara. Akhir tahun 1980 an, ada penawaran pinjaman2 luar negeri melalui perbankan pemerintah dalam paket pinjaman investasi dalam mata uang asing dengan grace period antara 3  sampai 5 tahun, bahkan ada yang sampai 8 tahun. Setelah saya selidiki, ternyata perbankan pemerintah hanya  bertindak sebagai garantor yang mendapat fee dari perbankan luar negeri itu. Dugaan saya, IMF dapat cepat menyusun action plan untuk perbaikan ekonomi Indonesia  karena sudah membaca potensi keuangan Indonesia sebelumnya dari study potensi keuangan yang antara lain dibiayai oleh worldbank itu . Untuk menjawab rasa penasaran saya, benarkah Pak Harto memang “dikerjai” oleh  negara ” sahabat” yang mengaku sebagai negara donor serta pinjaman harus disebut bantuan.   Rangkuman seluruh tulisan saya yang berseri2  yang telah saya posting,  namun ragkuman tulisan ini  telah saya edit dan  penambahan isi artikel untuk lebih melengkapi tulisan berdasarkan riset pusataka  sederhana di media online, berita2, pegalaman provesi dan  opini pribadi. Tak ada tujuan dibalik tulisan ini kecuali hanya untuk sekedar  sharing kepada siapaun untuk memahami keadaan yang sebenarnya terlepas dari tujuan politik.  Pernah sebagai team leader dalam dalam study pengembangan perkotaan yang dibiayai oleh World Bank, menangani pinjaman2 luar negeri swasta, terjun langsung dalam dunia Industri dan terakhir dalam bisnis property. Sebagai owner sebuah usaha, tentunya harus berhadapan langsung dengan  semua permasalahan usaha.  Dari sekian banyak dunia usaha yang saya geluti, baik sebagai profesional maupun pemilik, pada dasarnya  keberhasilan itu karena kita mampu memanfaatkan kesempatan yang ada. Ketika terjadi krisis moneter yang terparah pada tahun 1977, bagi seorang pekerja adalah berpikir bagaimana cara mecari kerja lagi setelah usaha tempatnya bekerja itu tutup. Tak bersedia bekerja tanpa digaji, tak mau tahu bagaima usaha harus survive itulah sifat pekerja  yang umum, sementara pemilik usaha berfikir bagaimana menyelamatkan usaha. Seorag pengusaha akan langsung menjadi buruk dimata sosial ketika menghadapi kesulitan sebaliknya seorang penguasaha juga merasa berkuasa saat dia jaya.  Dan ketika negara ini mengalami kesulitan, seorang pemimpin langsung menjadi buruk dan timbul penolakan yang dapat menimbulkan kekisruhan.
Umumnya krisis moneter di Indonesia tahu 1997  dipahami sebagai pengaruh dari krisis  global. Tak salahlah pendapat tersebut jika dilihat secara umum. Namun, jika  terjun langsung dalam dunia moneter, faktor uang yang beredar, arus keluar masuk valuta, situasi politik dapat mempengaruhi  nilai tukar mata uang. Seperti Jepang misalnya, negara ini mempuyai bargaining yang kuat dalam perdagangan mengingat hasil industri dan tehnologi yang dikuasainya sulit tertandingi.  Besarnya permintaan mata uang terhadap Yen  karena tingginya permintaan produk industri negara ini akan memperkuat nilai mata uangnya. Penurunan nilai USD sebagai mata uang internasional akan mempengaruhi nilai mata uang dunia dan hal ini akan menurunkan pula pendapatan negara Amerika Serikat. Indonesia beberapa kali melakukan devaluasi rupiah dengan alasan agar produk eksport Indonesia dapat bersaing dipasar internasional. Kebijakan yang maksudnya agar mendapat rupiah lebih banyak, namun sebaliknya pemerintah harus membayar hutang luar negeri dengan rupiah yang lebih banyak lagi yang akan memperkuat nilai USD.  Hutang Luar negeri inilah yang menjadi penyeban ambrolnya rupiah dan kemungkinan hutang luar  negeri sektor swasta  menjadi “bom” untuk meluluh lantakkan nilai rupiah yang berujung krisis ekonomi. Dan itu dapat dilakukan oleh George Soros, maka suatu ketika Suharto begitu berang atas komentar Soros dan menyatakan didepan publik bahwa pondasi ekonomi Indonesia cukup kuat.  Apakah Soros berada dibalik krisis moneter di Indonesia, berikut kemungkinan itu.

Masuknya Imperium Yahudi di Indonesiaa.
     George Soros adalah seorang kapitalis radikal, pelaku bisnis keuangan dan ekonomi, penanam modal saham, dan aktivis politik yang berkebangsaan Amerika Serikat keturunan Yahudi Hungaria. Dia pernah dipenjarakan sewaktu saat Perang Dunia. George Soros (Shorosh) dilahirkan pada tanggal 12 Agustus 1930 di Budapest, Hungaria. Perusahaan-perusahaannya di Indonesia antara lain PT Bumi Resources Tbk, PT Fatrapolindo Nusa  Industri, Ricky Putra Group, Bank CIC ( kemudian merger menjadi Bank Century ), Bhakti Investama,  PT Globla Putra Int  dan perkebunan sawit di Aceh. Di Asia, George Soros terkenal akan tindakannya  yang dituding sebagai biang keladi kekacauan ekonomi  di Asia dekade 1990 an lalu yang efeknya masih dirasakan hingga saat ini terutama bagi Indonesia yang membawa dampak pula pada perpolitikan Indonesia. Beberapa negara yang paling terkena dampaknya  selain adalah Korea Selatan,  dan Thailand, yang menyebabkan mata uang ketiga negara tersebut  terdevaluasi. Yang paling parah  adalah Indonesia, dari kurs sebelum krisis sebesar kisaran  Rp. 1300 /USD 1, menjadi kisaran Rp. 9000 saat ini  yang artinya hutang luar negeri Indonesia harus dikembalikan dalam jumlah lebih dari 6 kali lipatnya, sementara industri yang mengandalkan bahan baku import gulung tikar karena kekacauan harga.   Hong Kong, Malaysia, dan Filipina juga terpengaruh tapi tidak sebesar tiga negara sebelumnya. RRC, Taiwan, dan Singapura hampir tidak terpengaruh. Jepang tidak terpengaruh banyak tapi mengalami kesulitan ekonomi jangka panjang. Umumnya di negara-negara seperti Thailand dan Indonesia, Soros dianggap sebagai kriminal ekonomi yang membuat ketidakstabilan ekonomi Asia, karena dengan jumlah simpanan uangnya yang besar mengguncang nilai mata uang Asia. Yang menjadi pertanyaan kita, mungkinkah kekuatan uang seseorang mampu mempengaruh mata uang lainnya , seperti mata uang rupiah ?.
Di Inggris, George Soros terkenal akan tindakannya yang mengguncang Bank Inggris, yang disebut pers sebagai peristiwa “hari rabu hitam” pada tahun 1992. Soros mempunyai cadangan uang yang sangat banyak dan membeli kemudian menjual Poundsterling yang mempunyai nilai sekitar 10 milliar Poundsterling. Banyak spekulan yang kebingungan darimana Soros bisa memiliki uang dalam jumlah besar. Ketua FED (Federal Reserve Department) yang pertama, Paul Volcker, pada tahun 2003 menulis sebuah kata pengantar dalam buku karangan Soros yang berjudul The Alchemy (yang diartikan sebagai filosofi dan disiplin spiritual ) of Finance menyatakan :
”George Soros telah berhasil membuat dirinya sebagai spekulan sukses terbesar didunia, dimana dia juga berhasil mendapatkan banyak uang dari investasinya tersebut. Bagian terbesar dari kesuksesannya itu membuat masyarakat dunia menjadi sadar untuk “membuka mata” terhadap dunia perdagangan dan juga yang lebih penting yaitu bersedia menerima ide-ide baru dari segala pemikiran dan kebiasaan dalam berinvestasi yang terus berkembang dengan pesat.”
Pria berkebangsaan Yahudi Kelahiran Hungaria ini banyak mengalami pahit getirnya kekejaman Nazi, pendudukan Sovyet dan terlunta-luntanya hidup di London, yang membentuk kepribadiannya seperti sekarang ini. Tahun 1947 meninggalkan Hungaria menuju London. Disini dia mengenyam pendidikan di London School of Economics. Pada saat itulah dia berkenalan secara langsung dengan filsuf Karl Popper, yang menulis buku berjudul ”The Open Society and Its Enemies.” Pada usia mendekati 50 tahun kekayaan George Soros mendekati US $ 100 juta, sepertiganya merupakan kekayaan pribadi. Suatu jumlah yang lebih dari cukup untuk kehidupan keluarga Soros. Dari sini mulai berpikir, apa yang akan dilakukan. Akhirnya diputuskan membentuk Open Society Institute dengan tujuan memajukan masyarakat tertutup; menjadikan masyarakat terbuka lebih mampu bertahan hidup; mempromosikan mode berpikir kritis.Dengan yayasannya itu  Soros membantu negara-negara (bekas) satelit Uni Sovyet di Eropa Timur berdiri serta negara-negara lain di Asia dan Amerika Latin Beberapa berhasil tetapi ada juga yang gagal. Terakhir adalah ketika dia berkampanye untuk menentang pemilihan kembali Presiden George W. Bush tahun 2004. Seperti diakuinya, peranannya yang bagaikan seorang negarawan tanpa negara ini karena pada dirinya terdapat tiga hal. Pertama mempunyai kemampuan dalam hal mengembangkan kerangka konseptual, kedua peletak keyakinan-keyakinan etis dan politis yang teguh dan ketiga karena mempunyai banyak uang.
Selain sebagai pendiri lembaga Soros Fund Management dan Open Society Institute dan juga menjabat sebagai Direktur Utama dari lembaga Council on Foreign Relations, dia juga banyak memberi bantuan pada Partai Solidaritas Buruh di Polandia, Lembaga Kemanusiaan Charter 77 di Cekoslovakia (sekarang Rep. Ceko), dan kontribusi aktif pada suatu partai politik di Uni Soviet yang sangat berpengaruh. Dana dan organisasi dari lembaga Georgia’s Rose Revolution(lembaga ini disebut-sebut sebagai lembaga terbesar dari lembaga yang pernah didirikan) yang didirikannya juga berjalan dengan baik. Di Amerika Serikat ia juga dikenal sebagai penyumbang dana terbesar sejak era Presiden George W. Bush gagal dan terpilih kembali menjadi Presiden AS.
Berawal dari kedekatannya dengan Pangeran William IX  dari Hesse-Hanau, salah seorang anggota kerajaan yang terkaya di Eropa, Mayer Amshel Rothschild mampu membangun kerajaan bisnis yang memegang peran di Amerika Serikat. Dinasti Rothchild yang dikenal sebagai dinasti yahudi tameng merah ini dalam kiprah bisnisnya sebagaimana yang dilakukan oleh para pendahulunya tak lepas dari keterlibatannya dalam dunia politik dan kekuasaan. Selain Soros yang lebih dahulu menancapkan kuku bisnisnya di Indonesia, bisnis yahudi di Indonesia juga diikuti oleh dinasti tameng merah ini. Melihat sejarah sepak terjang bisnis yahudi yang mampu mempengaruhi politik dimanapun mereka berada, bukan tidak mungkin perpolitikan Indonesia mampu dikendalikan oleh kelompok bisnis yahudi ini. Kuatnya lobby yahudi didalam perpolitikan Amerika Serikat memang faktanya Amerika Serikat menjadi negara pelindung Israel  dimana hingga saat ini, setiap negara yang berkonflik dengan Israel  maka akan berhadapan dengan Amerika Serikat.
Bagaimana kelompok yahudi ini memasuki perpolitikan Indonesia ?. Kita lihat sejarah politik luar negeri Indonesia pada era Sukarno yang lebih condong kepada blok Timur pimpinan Uni Soviet yang sedang dalam situasi perang dingin dengan Blok Barat dibawah Amerika Serikat.  Kedekatan Indonesia pada era Sukarno dengan blok Timur ini menjadikan kekuatan militer Indonesia menjadi kekuatan yang besar. Namun politik Sukarno yang dikenal dengan Nasakom menjadikan Partai Komunis Indonesia memiliki tempat didalam kebijakan Sukarno yang merisaukan kelompok militer. Memuncaknya intrik politik antara militer dan PKI ditandai dengan peristiwa pembunuhan para Jenderal Angkatan Darat pada tanggal 30 September 1965 yang sekaligus menjadi tonggak sejarah perubahan politik Indonesia dan sekaligus menjadi awal pergantian kekuasaan dari Sukarno kepada Suharto. Suharto langsung mendapat dukungan politik dari negara2 barat yang memberikan bantuan peralatan militer taktis untuk melakukan pembersihan PKI. Infrastruktur militer dan keterbatasan personel maupun logistik untuk menangani tahanan PKI  diduga sebagai landasan tindakan pembantaian terhadap lebih dari 500.000 jiwa yang dituding sebagai anggota PKI.
Suharto yang dikenal sebagai panglima Mandala dalam pembebasan Irian Barat   tanpa pertempuran berarti berkat dukungan Amerika Serikat di PBB, setelah naik ketampuk kekuasaan langsung merubah kiblat politik luar negerinya menjadi sahabat negara adidaya pimpinan Blok Barat ini.  Salah satu yang paling  fenomenal  menandakan kedekatan dengan Amerika Serikat  adalah pemberian konsesi pertambangan emas dan tembaga kepada Freeport McMoran.  Perusahaan tambang Amerika ini  mendikte dan ikutcampur dalam kebijakan pertambangan di Indonesia. Salah satu buktinya adalah Kontrak Karya PT Freeport Indonesia ditetapkan sebelum diberlakukannya UU Nomor 11/1967 tentang Pertambangan umum. PT Freeport yang berlokasi di Grasberg dan Easberg, Pegunungan Jaya Wijaya ini, menguasai 81,28% saham, sedangkan PT Indocopper Investama sebesar 9,36%, dan pemerintah Indonesia yang notabene adalah pemilik alam hanya mempunyai saham sebesar 9,36%. Tidak tangung-tanggung, luas konsesi yang diberikan kepada Freeport pun luar biasa, 1,9 juta hektar lahan di Grasberg dan 100 km2 di Easberg.
Disisi lain, peralatan militer Indonesia juga beralih menggunakan peralatan buatan Amerika Serikat, walaupun tidak secara resmi, pelatihan pilot pesawat tempur Indonesia  dilakukan di Israel menandakan adanya hubungan dengann Israel. Suharto yang dalam politiknya  sangat  anti PKI, dimanfaatkan pula sebagai garda depan membendung  pengaruh komunis di Asia Tenggara oleh Amerika Serikat.
Apa yang didapat Suharto dari perannya ?. Pinjaman untuk membangun infrastruktur ekonomi dimana disatu sisi ada gerak pembangunan namun disisi lain pendekatan secara represive diterapkan untuk menjaga kestabilan politik. Amerika Serikat yang politik luar negerinya sangat dipengaruhi oleh lobby yahudi adalah pemegang  saham mayoritas WorldBank yang merupakan penyalur pinjaman multilateral maupun bilateral baik dalam forum IGGI maupun forum yang lainnya.   Walaupun pemerintahan dijalankan secara represive, namun adanya supporting dana2 pinjaman luar negeri itu, Suharto mampu mempertahankan kekuasaan selama 32 tahun tanpa rongrongan yag berarti.
Berakhirnya perang dingin blok timur dan barat  dengan ditandai bubarnya Uni Soviet membawa perubahan pula dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Indonesia yang pada awalnya dimanfaatkan sebagai garda depan wilayah asia tenggara untuk membendung pengaruh komunis, peran Indonesia pasca bubarnya Uni Soviet menjadi tidak penting. Berbagai kritik diterima Suharto dalam penggunaan pinjaman luar negeri yang akhirnya Suharto memutuskan keluar dari IGGI yang merupakan kumpulan negara2 pemberi pinjaman kepada Indonesia. Demikian pula dengan penggunaan peralatan militer yang puncaknya pemerintah amerika serikat memberlakukan embargo suku cadang. Namun disisi lain, terutama negara 2 eropa barat makin memberikan peluang pinjaman untuk  pengadaan barang modal sektor swasta dengan garansi perbankan nasional.  Dengan kebijakan pemerintah memberikan penundaan pembayaran pajak import barang modal melalui BKPM ( Badan Koordinasi Penanaman Modal ), permainan mark up harga barang dapat berjalan mulus, masuk ke Indonesia tanpa harus membayar pajak.  Mudahnya negara barat memberikan fasilitas pinjaman kepada sektor swasta  yang diwarnai tindak korupsi seperti kasus  Golden Key yang muncul kepermukaan dan Edi Tanzil sang aktor raib tak tentu rimbanya hingga kini.

 Melengserkan Suharto.
Yang menjadi pertanyaan, mengapa begitu mudahnya pengusaha swasta Indonesia mendapat pinjaman dari luar negeri ?.   Tak lain karena pinjaman2 tersebut digaransi oleh pemerintah melalui perbankan nasional. Bank Bapindo adalah salah satu bank pemerintah yang memberikan garansi kepada pengusaha nasional yang mendapatkan pinjaman luar negeri. Penyebab utama dari bangkrutnya bank pelat merah ini karena penjaminan pinjaman luar negeri itu yang dalam bentuk valas. Ketika rupiah terdevaluasi, seluruh bank devisa mengalami kerugian selisih kurs yang luar biasa yang berlanjut dengan krisis ekonomi. Tindakan pemerintah pada waktu itu  adalah membailout semua perbankan devisa melalui BPPN yang pada dasarnya adalah mengambil alih kewajiban perbankan nasional terkait dengan pinjaman luar negeri.
Pada akhir tahun 80 an adalah masa emas  “pengusaha” nasional  mendapat tawaran pinjaman luar negeri dalam jumlah besar. Dalam prakteknya, pinjaman itu dilakukan lewat perbankan nasional yang dananya berasal dari pinjaman luar negeri dimana untuk jasa penjaminan tersebut perbankan nasional mengenakan tambahan bunga sekitar 4 % p.a. Jika diteliti lebih mendalam, begitu mudahnya syarat pinjaman, cukup dengan hipotik barang modal yang dibeli dengan pinjaman tersebut, pinjaman dapat dicairkan.  Permainan mark up harga barang yang artinya ada selisih  berupa uang tunai yang diterima yang umumnya tidak masuk ke Indonesia karena dimanfaatkan kepentingan lain, maka barang modal yang masuk ke Indonesia sebagai jaminan bank dapat dikatakan sebagai “sampah” yang tidak memiliki nilai sebanding dengan jumlah pinjaman.  Umumnya kredit semacam itu mengalami kemacetan karena tidak didasarkan pada kelayakan bisnis dan yang menanggung resikonya adalah  perbankan nasional yang  bertindak sebagai garantor.
Ketika Bank Indonesia sebagai bank sentral tidak mampu melakukan intervensi untuk menahan tekanan terhadap rupiah akibat permintaan valas yang meningkat guna menutup pinjaman luar negeri, terutama yang jatuh tempo, hal ini menjadi malapetaka bagi perbankan nasional. Jika Soros mampu mengguncang perbankan Inggris pada tahun 1992 dengan memborong dan kemudian menjualnya lagi pounsterling dengan keuntungan besar, maka pinjaman2 luar negeri yang begitu mudahnya didapat oleh penguasaha Indonesia patut dicurigai sebagai bagian dari skenario politik terhadap Indonesia. Sebab, pada saat jatuh tempo, perbankan nasional “dipaksa” membeli valas dalam jumlah besar untuk menutup pinjaman luar negeri  swasta yang digaransinya, tentunya dengan harga yang lebih mahal. Berawal dari kekacauan perbankan inilah yang kemudian merembet kesektor ekonomi lainya serta menimbulkan masalah sosial yang  pada akhirnya menimbulkan masalah pula dalam politik.
Tentunya kita bertanya, apa yang sesungguhnya terjadi di Indonesia pada dekade tahun 1990 an ?. Jika kita melihat dari sudut pandang politik luar negeri Amerika Serikat, posisi Indonesia sudah tidak diperlukan sebagai pembendung pengaruh komunis seiring dengan berakhirnya perang dingin. Sebagai negara berpenduduk penganut  Islam terbesar, tentunya Islam dianggap sebagai kelompok agama yang harus diwaspadai terkait dengan konflik timur tengah yang melibatkan Israel. Bagi negara barat, terutama bagi Amerika Serikat  tidak berharap Indonesia menjadi negara kuat baik dari segi ekonomi maupun militer.  Dari segi militer, dengan berbagai alasan Amerika Serikat memberlakukan embargo  pengadaan peralatan militer dan suku cadangnya terhadap Indonesia.  Tak pelak lagi, embargo yang dikenakan tersebut membuat peralatan militer Indonesia tak berfungsi kecuali dengan melakukan kanibal suku cadang  yang menyebabkan penurunan kemampuan militer Indonesia.  Dari segi ekonomi, penghancuran ekonomi Indonesia  sangat mungkin sebagai bagian dari skenario pergantian kekuasaan di Indonesia.  Jika kita lihat dari waktunya, antara  penerapan embargo yang diberlakukan dan pinjaman perbankan luar negeri  ( kemungkinan dana Soros yang disalurkan ) kepada pengusaha nasional terlihat ada korelasinya yaitu :
  1. Embargo peralatan militer kepada Indonesia adalah sinyal pudarnya dukungan kepada Suharto karena komunis tidak berbahaya  bagi amerika serikat paska bubarnya Uni Soviet.

  2. Gejolak Timor Timur  dibuat makin memanas  untuk menciptakan sangsi lainnya atas pelanggaran HAM sebagai alasan penundaan pinjaman  dan embargo.

  3. Bersamaan dengan tekanan politik, pinjaman2 luar negeri sektor swasta  jatuh tempo yang dibarengi juga gerakan Soros mengacau mata uang asia yang diikuti para spekulan mata uang.

  4. Rupiah terus tertekan yang menyebabkan rush  berbarengan dengan kewajiban bank harus membayar kredit luar negeri yang digaransinya. Ambruknya perbankan nasional inilah yang menjadi penyebab kekacauan ekonomi yang diikuti oleh datangnya IMF sementara politik terus memanas yang berujung kerusuhan.
Masuknya Yahudi Dalam Lingkaran Kekuasan.
Krisis ekonomi yang diawali kehancuran perbankan nasional akibat terdepresiasinya nilai rupiah yang merembet kedalam sektor ekonomi lainnya  pada akhirnyamenimbulkan krisis sosial dan politik.  Setelah berusaha meyakinkan rakyat  dengan  pernyataan  bahwa pondasi ekonomi Indonesia cukup kuat mengatasi krisis ekonomi tidak membawa pengaruh, akhirnya Pak  Harto menyerah dan menanda tangani letter of Intent ( LOI ) dengan IMF. Seperti kita ketahui bahwa IMF merupakan lembaga keuangan yang saham terbesarnya dikuasai oleh Amerika Serikat.   ” Penyehatan Ekonomi ” begitulah istilah yang dipakai untuk keterlibatan IMF dimana kebijakan ekonomi Indonesia harus  mengacu pada ketentuan yang disepakati. Artinya,  kesepakatan tersebut menjadikan Indonesia dibawah kendali IMF karena ketergantungan keuangan. Dilain sisi, krisis sosial politik mulai meningkat,  gerakan massa menentang kekuasaan yang diikuti dengan kerusuhan menjadikan posisi Pak Harto berada pada tekanan. Terlebih setelah Pak Harto merencanakan perubahan kabinet yang tidak direspon.  Tak ada pilihan lain, Pak Harto mengundurkan diri.
Peran IMF sendiri banyak dipertanyakan dan ditentang karena dinilai  mengarahkan ekonomi  Indonesia mengikuti faham neoliberalisme. Neoliberalisme adalah bentuk baru dari paham ekonomi pasar liberal, yang merupakan salah satu bentuk varian dari Kapitalisme, di mana Kapitalisme merupakan suatu ideology atau paham yang percaya bahwa modal merupakan sumber utama untuk dapat menjalankan sistem perekonomian di suatu negara. Disatu sisi , penghapusan monopoli dan tata niaga memang merupakan hal yang menguntungkan rakyat, namun disisi lain perlindungan terhadap modal kuat menjadikan poisisi rakyat hanya sebagai sapi perah. Dalam prakteknya, priatisasi BUMN seperti privatisasi perusahaan telekomunikasi ketangan asing menimbulkan tanda tanya sebab itu artinya pihak asing telah menembus  wilayah privat sebuah bangsa. Tak ada lagi proteksi, siapapun boleh masuk ke Indonesia dan siapapun boleh berkolaborasi dengan pengusaha Indonesia termasuk perusahaan dari Israel.
Seprti kita ketahui,  dinas rahasia Israel Mossad sangat tidak diragukan reputasinya dalam menggarap sebuah pemerintahan. Sebut saja Elie Cohen yang diberikan gelar pahlawan oleh Israel sementara bagi Syria, dia adalah seorang penghianat dan mati ditiang gantungan. Elie Cohen adalah seorang yahudi yang disusupkan kedalam lingkaran kekuasaan Syria dan nyaris menjadi presiden Syria  jika rahasianya tidak terbongkar berkat informasi  intelejen Uni Soviet  seteru Amerika Serikat.  Seperti halnya Gorge Soros dapat saja berperan ganda, disamping sebagai penguasaha juga dapat saja berperan demi kepentingan bangsa yahudi. Jika dikaitkan dengan reputasinya yang mampu menggoncang poundsterling  pada tahun 1992, sangat mungkin dia mampu menggoncang rupiah juga karena gerak soros diikuti pula oleh para spekulan. Sumber dana yang dipakai oleh Gorge Soros untuk mengguncang poudsterling hingga saat ini masih menjadi tanda tanya yang artinya Soros kemungkinan besar memiliki dana politik  yang tidak terbatas untuk kepentingan bangsanya.
Jika kita melihat  dari sisi misi International Monetary Fund  ( IMF ) adalah lembaga sentral dari sistem moneter internasional, yaitu system pembayaran dan nilai tukar internasional diantara mata-mata uang internasional yang dimungkinkan dilaksanakannya kegiatan bisnis diantara Negara-negara di dunia. Pada masa krisis moneter melanda Indonesia 1997, Indonesia tidak bisa keluar dari gejolak moneter yang mengharuskan Indonesia untuk meminta bantuan kepada IMF, dan IMF menyodorkan Paket kebijakan kepada Indonesia berupa paket standard yang juga diberlakukan di berbagai negara lainnya yang mendapatkan  penanganan serupa.  Namun jika kita melihat paket kebijakan tersebut yang salah satunya adalah menghentikan dukungan pemerintah untuk program strategis seperti halnya program pengembangan Industri pesawat terbang ( IPTN ), secara ekonomi memang masuk diakal untuk penghematan keuangan negara. Namun, secara nasional untuk kepentingan yang lebih besar lagi seperti untuk  kepentingan pertahanan nasional memang merugikan Indonesia.  Sebab, pada waktu yang bersamaan Indonesia mendapat embargo peralatan dan suku cadang militer. Dilain segi, secara umum paket kebijakan yang harus diikuti oleh Indonesia yang lebih mengarahkan ekonomi secara liberal menjadikan rakyat harus bersaing dengan kemampuannya sendiri. Artinya, rakyat miskin harus mampu mencari solusi bagi dirinya sendiri oleh karena adanya pengurangan2 subsidy. Pengaruh dari paket kebijakan IMF tersebut, cepat atau lambat,  pada akhirnya kekuatan modal akan menguasai ekonomi dan politik Indonesia.
Keberhasilan Infiltrasi Yahudi.
Walaupun secara resmi Indonesia telah mengakhiri kerjasama degan IMF pada Nopember 2003, namun Indonesia tetap melanjutkan kerja sama dalam bentuk post programme monitoring. Tentang kerjasama dengan IMF ini, sesungguhnya ada hal dirasakan cukup janggal,  yaitu  begitu cepatnya  IMF menyusun point2  LOI yang dikatakan sebagai sebuah langkah penyehatan ekonomi. Kemungkinan besar, krisis moneter di Indonesia adalah hasil sebuah penggarapan yang systematis dimana LOI tersebut   sudah dipersiapkan jauh hari  untuk  kepentingan politik dibaliknya.  Kemungkinan ini diperkuat oleh laporan Independen Evaluation Office (IOE), lembaga  independen yang memonitor aktivitas IMF yang menyatakan bahwa  IMF tidak memberikan nasihat terbaiknya saat membantu Indonesia keluar dari krisis ekonomi terburuknya pada tahun 1997, selain itu  disebutkan, selain kesalahan teknis, IMF juga telah gagal untuk mengerti iklim permasalahan dan membuat kesalahan pada langkah pembuatan kebijakannya IMF telah memberikan paket bantuannya sebesar US$ 43 miliar agar Indonesia bisa keluar dari krisis ekonomi yang terparah pada tahun 1997.
Dalam laporan IEO itu juga dikatakan, isi dari program pinjaman IMF didasarkan pada pandangan bahwa situasi Indonesia pada saat itu tidak serius dan dapat dengan mudah dipulihkan. Diprediksikan GDP Indonesia pada tahun 1997 akan tumbuh 5 persen dengan lebih tinggi lagi pada tahun 1998 meskipun GDP turun 13 persen dan krisis keuangan tak terhindarkan. Laporan itu juga menyebutkan, awal dari kesalahan teknis terjadi sebelum IMF datang ke Indonesia saat pemerintah secara tajam mengurangi jumlah uang beredar dan cadangan devisa yang membuat sistem keuangan kekurangan likuiditas. IMF bagaimanapun dinilai gagal untuk menghilangkan kesalahan yang telah dibuat ini saat datang untuk menolong Indonesia.  Pada  saat krisis, staf IMF membuat kunjungan yang pendek dengan jadwal yang sangat ketat dan harus bertanggng jawab pada laporan yang detail dan terkadang memperoleh intervensi dari seluruh jajaran Dewan IMF di Washington. IMF dinilai IEO telah belajar dari pengalamannya di Indonesia namun pelajaran itu datangnya terlambat untuk menghindari kemerosotan yang cepat pada perekonomian Indonesia.
Jika dilihat dari kebijakan orde baru yang memacu pembangunan dengan dana pinjaman luar negeri, laporan IEO tersebut adalah jawaban adanya alasan sebuah skenario kesengajaan menciptakan krisis moneter Indonesia.  Turunnya IMF ada kemungkinan dilandasi hanya untuk menjaga agar Indonesia tetap dapat membayar kembali pinjaman luar negerinya “walaupun” dalam jumlah yang berlipat ganda oleh karena terdepresiasinya nilai rupiah.  Seperti kita ketahui, beberapa kali pemerintah melakukan kebijakan devaluasi mata uang rupiah dengan alasan klasik agar produk eksport Indonesia dapat bersaing di pasar internasional. Padahal, jika kita mengkaji kebijakan pada waktu itu, percepatan pengembangan industri dengan slogan “tenaga kerja murah” serta  kebijakan tax holiday  untuk menarik  minat investor tidak dibarengi iklim usaha yang sehat.  Dunia  usaha indutri yang dibarengi power kekuasaan menciptakan situasi usaha yang sangat rapuh.  Industri yang terbangun oleh karena ketersediaan baku yang memang ada disekitarnya faktanya memang dapat bertahan  pada masa krisis moneter lalu seperti sektor agro industri dan pengolahan hasil tambang, sementara industri yang berbahan baku import langsung gulung tikar. Industri yang dibangun secara instan yang menggunakan pinjaman luar negeri inilah sebagai triger yang merontokkan perbankan nasional yang bertindak sebagai garantor.
Dari sisi pinjaman pemerintah, masuknya pinjaman luar negeri akan memperkuat nilai tukar rupiah sebab penggunaan pinjaman tersebut harus  dilakukan konversi sebelum dibayarkan. Penguatan rupiah karena gelontoran pinjaman menimbulkan problem lain yaitu menekan pasar export. Inilah problem moneter yang terjadi sehingga beberapa kali pemerintah mendevaluasi rupiah dengan alasan agar produk export Indonesia dapat bersaing dipasar Internasional. Namun, ketika pinjaman luar negeri itu jatuh tempo, maka akan terjadi pengurasan valas. Sayangnya, Badan Penyehatan Perbankan Nasional ( BPPN ) tak mampu melakukan verifikasi kredit macet perbankan nasional yang menjadi garantor pinjaman luar negeri swasta karena data dan agunan yang tidak jelas. Dan juga tidak ada political will untuk  mengungkap kejahatan perbankan ini, baik pemberi pinjaman ( luar negeri ) maupun peminjam ( swasta nasional ).  Sebuah kebijakan  terpaksa diambil pemerintah dalam rangka “peyehatan ekonomi”  yang dikehendaki IMF, semua tanggung jawab kredit macet yang berasal dari pinjaman luar negeri ditanggung APBN yang artinya sebuah konspirasi penghancuran ekonomi Indonesia ditutup dengan rapi. Yang menjadi pertanyaan kita, siapakah penyandang dana pinjaman luar negeri sektor swasta ini ?. Jika  perbankan luar negeri itu bertindak sebagai penyalur dana milik Soros, hal ini adalah sebuah keberhasilan kolaborasi antara Amerika Serikat dan peguasaha Yahudi, menguasai ekonomi Indonesia melalui perputaran uang.
Program pinjaman IMF didasarkan pada pandangan bahwa situasi Indonesia pada saat itu tidak serius dan dapat dengan mudah dipulihkan merupakan pandangan yang bertolak belakang dimana  hampir semua industri yang mengandung bahan baku import berhenti total.  Sementara itu, degan tujuan untuk mencegah spekulan, pemerintah memberlakukan tigh money polecy  yang pada dasarnya   makin memperparah keadaan hingga rupiah terjun bebas mencapai level  Rp. 15.000/ USD. Disadari atau tidak, kebijakan pengetatan uang yang beredar  pada akhirnya  membuat system moneter Indonesia menjadi kekurangan likwiditas dan kesempatan itu dimanfaatkan oleh pemodal asing masuk melakukan akuisisi perusahaan2 nasional.  Masuknya permodalan asing melalui akuisisi atau program divestasi perbankan oleh pemerintah pada dasarnya pertahanan ekonomi Indonesia sudah beralih ketangan asinng.  Ketika pemodal asing sudah memasuki usaha telekomunikasi, maka wilayah privasi itu  telah tertembus dan sebuah keadaan bahwa saat ini Indonesia telah terseret dalam  system neoliberalisme. Tak dapat dielakkan lagi, ketika ekonomi dapat dikendalikan oleh kekuatan asing, secara otomatis akan menyeret dunia politik Indonesia.
Gorge Soros, seorang penguasaha, politikus Yahudi Amerika Serikat ini  menjadi perhatian dunia oleh aksinya  memborong dan menjual kembali poundsterling yang sempat membuat kalangkabut bank sentral Inggris. Bukan hanya di Inggris, dia melakukan aksi yang sama dan oleh aksinya dia mendapat sangsi seperti di pengadilan Perancis.  Tak ada yang dapat membuka asal usul uang soros, namun yang  menonjol adalah namanya  telah menjadi pemuka spekulan mata uang. Setiap terjadi  aksinya akan diikuti oleh para spekulan sehingga mampu menarik para spekulan  mengikuti aksinya yang tentunya uang terkumpul  menjadi tidak terhingga. Dalam aksinya, Soros dapat bertindak sebagai spekulan murni yang mencari keuntungan dari selisih kurs konversi.  Namun jika melihat garis politik Amerika Serikat  pasca  bubarnya Uni Soviet, Indonesia bukanlah sebagai pembendung komunis sebagaimana masa perang dingin.  Artinya, kemungkinan politik luar negeri Amerika Serikat dengan aksi Soros bermain pasar uang di asia  ada relevansinya terutama terhadap Indonesia sebagai negara Islam terbesar didunia.
Sebut saja Landes Bank, bank yang bermarkas di Frankfurt ini merupakan salah  satu bank yang memberikan fasilitas pinjaman untuk pengadaan barang modal  kepada pengusaha Indonesia dengan garansi Bank Bapindo milik pemerintah. Sebagai bank garantor, Bapindo mengenakan tambahan bunga sekitar 4 % dari bunga yang dikenakan oleh Landes Bank. Dari pengenaan bunga ini saja menggambarkan bahwa pinjaman itu itu adalah pinjaman yang luar biasa komersialnya,  wajarnya  sekitar 3 %.  Sehingga total bunga yang harus dibayarkan oleh debitur nasional mencapai 7 %.  Parahnya, jaminan yang diberikan adalah barang modal yang dibeli dari pinjaman itu melalui hypotik.  Bagi penguasaha Indonesia, pinjaman ini tanpa resiko, sebab harga barang modal tersebut telah di mark up dan selisihnya diterima berupa uang yang tentu saja disimpan di luar negeri. Pinjaman yang penggunaannya cara demikian dipastikan macet dan ketika terjadi krisis moneter, pinjaman2 seperti ini diambil alih oleh pemerintah sebagai implementasi kesepakatan dengan IMF.  Sesungguhnya, dari sini sudah terbaca, pinjaman “edan” ini  adalah untuk menguras devisa Indonesia pada saat jatuh tempo dan sekaligus mengambrukkan perbankan nasional.  Ditambah lagi, uang “liar” yang berasal dari pinjaman seperti itu tidak dapat masuk ke Indonesia  mengingat Indonesia harus meratifikasi undang2 money loundering, yang sekaligus arus  devisa negeri ini terkontrol oleh the Fed.
Jika dana yang disediakan oleh Landes Bank tersebut adalah milik Soros, maka dapat diyakini bahwa terdevaluasinya mata uang rupiah adalah sebuah penggarapan yang  sangat rapi dengan memanfaatkan para pengusaha nasional yang  bermental korup seperti Edi Tanzil untuk menghancurkan perbankan nasional. Kekacauan tatanan ekonomi dan system moneter Indonesia menjadi moment penguasaan ekonomi Indonesia melalui penguasaan perbankan dan sektor usaha vital lainnya seperti sektor telekomunikasi dengan  melakukan kolaborasi dengan pengusaha nasional.  Dilain sisi, tekanan politik terhadap Indonesia dengan dalih HAM dan demokrasi , Indonesia harus melaksanakan demokrasi yang dibarengi efori a reformasi telah menciptakan biaya politik yang mahal seperti saat ini. Prilaku pejabat Indonesia yang masih menganggap penguasaha sebagai sumber finansial menjadikan para penguasaha akhirnya merapat pada barisan politik Indonesia.
Gorge Soros sebagai politikus adalah bagian dari lobby yahudi yang dapat mempengaruhi kebijakan luar negeri Amerika Serikat ini suatu saat muncul di Istana Tampak Siring menemui SBY.   Soros  dapat bertemu dengan seorang pimpinan sebuah negara  menunjukkan bahwa bisnisnya dinegara ini mempunyai peran penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Sebuah kenyataan bahwa Soros telah menancapkan kuku bisnisnya di Indonesia  mengingat situasi ekonomi Amerika Serikat dan Eropa makin memburuk.  Bebagai kalangan memprediksi Amerika Serikat akan menjadi  bagian masa lalu sejarah kebesaran.   Amerika Serikat yang ingin menjadi negara polisi dunia harus membiayai pasukannya diseluruh dunia yang pada akhirnya menggerus  perekonomiannya.  Prediksi kebangkrutan ekonomi Amerika Serikat ini tentu saja merisaukan bangsa yahudi dan menjadi sebuah pelajaran yang sangat berharga bahwa dunia tidak dapat ditaklukan dengan kekuatan militer.  Kondisi yang memburuk di negara-negara Barat ini, yang menyebabkan George Soros, yang merupakan tokoh yang sangat berpengaruh di dunia bisnis finansiil, mulai melakukan relokasi usahanya di negara-negara Asia, termasuk Indonesia. Tentu, bukan hanya bisnis semata, tetapi Soros yang Yahudi itu, ingin membangun ‘networking’ dengan berbagai partners strategisnya di Asia, sekaligus menanamkan pengaruhnya dan jaringan dari kalangan pengusaha Yahudi, yang tujuan akhirnya menguasai negara-negara Asia, sesudah Eropa dan AS bangkrut.
Tumbuhnya Radikalisme Islam.
Dari sudut pandang bisnis, apa yang dilakukan oleh Soros adalah hal yang wajar untuk pengembangan  usahanya kemanapun yang diinginkan.  Namun sejarah mencatat bagaimana bangsa  Yahudi ini tercerai berai keseluruh penjuru dunia oleh konflik dengan bangsa arab maupun romawi. Bangsa ini mulai menyatu dengan munculnya gerakan politik kaum yahudi yang tercerai berai itu untuk menyatu kembali lagi ke Zion, sebuah bukit dimana kota Yerusalem berdiri.. Gerakan yang muncul di abad ke-19 ini semula ingin mendirikan sebuah negara Yahudi di Afrika kemudian berubah di tanah Palestina yang kala itu dikuasai Kekaisaran Ottoman (Khalifah Ustmaniah) Turki.. Dr. Theodor Herzl menyusun doktrin Zionisme sejak 1882 yang kemudian disistematisasikan dalam bukunya “Der Judenstaat” (Negara Yahudi) (1896). Doktrin ini dikonkritkan melalui Kongres Zionis Sedunia pertama di Basel, Swiss, tahun 1897. Setelah berdirinya negara Israel pada tanggal 15 Mei 1948, maka tujuan kaum zionis berubah menjadi pembela negara baru ini. Berdirinya negara Israel yang dikatakan mengokupasi tanah Palstina  menimbulkan konflik berkepanjangan hingga saat ini yang pada akhirnya dipandang sebagai perang agama oleh kaum Islam, termasuk kaum Islam Indonesia.
Sebagaimana  umunya masyarakat Islam, ucapan para ulama masih menjadi panutan bahkan dibeberapa negara Islam, fatwa ulama masih dapat mempengaruhi peradilan. Begitu juga dalam masyarakat Islam Indonesia, kotbah keagamaan tak jarang mengungkap keburukan bangsa yahudi, terlebih menyangkut konflik antara Israel dan Palestina. Kebencian terhadap bangsa Yahudi ini yang dibangun melalui faham keagamaan memang faktanya memunculkan golongan Islam radikal yang  melakukan perjuangan menurut kebenaran yang diyakininya.  Sebuah fakta, masyarakat Islam Indonesia meyakini  bangsa Yahudi adalah bangsa yang menjadi musuh agama, namun sebuah fakta pula bahwa bangsa ini melalui kekuatan uangnya mampu masuk menguasai bisnis di Indonesia dengan berkolaborasi dengan pengusaha nasional.  Hal ini menunjukkan bahwa, selain dengan kekuatan militer Amerika Serikat, bangsa ini juga melakukan penguasaan ekonomi dunia melalaui kepiawaian otak yang dimilikinya.
Adalah hal yang sangat lumrah, setiap bangsa atau siapaun yang merasa tertindas akan berusaha keluar dari tindasan itu termasuk bangsa Indonesia yang berjuang memerdekakan diri dari kekuasaan kolonialisme belanda dan jepang. Bangsa Yahudi yang hanya berjumlah tidak sebanding dengan kaum islam ini tentu saja akan mencari jalan agar dapat survive, salah satunya dengan menguasai dunia mlalui kekuatan ekonominya. Satu  orang seperti Gorges Soros saja, paling tidak dia mampu menguasai perekonomian Indonesia yang secara otomatis juga akan mempengaruhi politik Indonesia.  Yang menjadi pertanyaan kita, apakah politik kita sudah dikuasai oleh kaum yahudi ini ?.  Tidak sulit mencirikan pengaruh Yahudi dalam politik Indonesia. Untuk melihat hal ini kita menengok latar belakang sejarah bangsa Indonesia. Selama 350 tahun bangsa ini dapat dijajah, salah satunya karena bangsa  kita mudah diadu domba sehingga banyak bangsa kita yang bersedia dijadikan kaki tangan kolonial untuk menjajah bangsanya sendiri. Republik Indonesia berdiri juga dengan memanfaatkan pegawai2 peninggalan kolonial yang mentalnya sudah terbentuk sebagai mental penghianat. Mental ini akhirya mnjadi budaya yang turunn temurun, jabatan bukan amanat rakyat, tetapi menjadi kekuasaan yang bernilai ekonomis sehingga transaksi jabatan sudah menjadi hal yang biasa. Inilah ciri original warisan kolonial sementara yahudi menguasai sumber hajat hidup untuk mengendalikan bangsa lain. Artinya, selama negeri ini masih penuh koruptor, yakinlah bahwa mereka bukan antek yahudi. Justru yang patut kita curigai berkolaborasi dengan Yahudi  adalah mereka yang tidak korupsi tetapi mampu bertahan dalam kancah politik Indonesia yang membutuhkan biaya tinggi
Radikalisme telah menjadi gejala umum di dunia Islam, termasuk di Indonesia.  Serial insiden bom  yang terjadi  di Indonesia mulai dari bom bali sampai  JW Mariott dan Ritz Carlton  pada dasarnya memiliki sasaran yang sama yaitu kepentingan Amerika Serikat.  Aksi radikalisme  semacam ini dapat merupakan murni aksi perlawanan kepada kelompok yang mengancam eksistensi mereka atau dapat juga hasil sebuah rekayasa intelejen  memancing agar menimbulkan aksi untuk selanjutnya melakukan penumpasan. Dua kemungkinan latar belakang aksi ini dapat menjadi latar belakang gerakan Islam di Indonesia dimana pada gilirannya Indonesia mendapat “batuan” baik tehnis, biaya serta persenjataan untuk mengatasi gerakan Islam radikal itu. Sementara itu,  disisi lain kontrak karya pertambangan dan bisnis lainnya terus berjalan dengan aman, walaupun banyak kontrak karya pertambangan dinilai tidak menguntungkan bangsa kita atau hanya menguntungkan segelintir bangsa kita yang bersedia berkolaborasi untuk dijadikan tameng.  Para kolaborator ini akan berada pada lingkaran kekuasaan sehingga akan terjadi perlindungan terhadap kepentingan dirinya sendiri maupun untuk kepentingan pihak asing yang telah masuk dalam tatanan ekonomi Indonesia.
Menyikapi keadaan Indonesia saat ini, sangat jelas terlihat dua kubu yang saling bertolak belakang  pandangan politiknya. Itu sangat terlihat dalam argumentasi terhadap sebuah keputusan. Elit politik yang berlatar belakang cendikia dan non partisan berpendapat bahwa krisis ekonomi Amerika Serikat akan berdampak pada ekonomi Indonesia.  Pandangan ini didasarkan sebuah  kajian panjang kebijakan ekonomi dan  moneter yang dilakukan oleh pemerintahan orde baru hingga terjadinya krisis moneter di Indonesia serta implikasi oleh kebijakan yang diambil pemerintahan pasca reformasi terutama kebijkan yang terikat oleh adanya kesepakatan dengan IMF pasca orde baru.  Catatan historical sebuah perjalanan ekonomi  dan moneter Indonesia dijadikan landasan keputusan  bailout bank century misalnya ,  telah menjadi peristiwa politik besar  di negeri ini  karena harus berhadapan dengan logika penguasaha. Bagi pengusaha, pinjaman2 luar negeri swasta sudah diganti dengan penanaman modal asing yang artinya para penguasaha asing tentunya akan melindungi kepentingannya di Indonesia. Jaminan perlindungan terhadap ekonomi Indonesia inilah yang mendasari keyakinan bahwa krisis di Amerika Serikat tidak berpengaruh kepada ekonomi Indonesia.  Benturan pandangan antara cendikia dan logika pengusaha ini telah membuat Sri Mulyani  hengkang menjadi Direktur Pelaksana World Bank.  Tentu saja hal ini atas restu Amerika Serikat sebagai pemegang saham terbesar lembaga keuangan ini. Sebuah tindakan strategi “pegamanan”  yang cantik oleh Amerika Serikat yang kemungkinan besar dipengaruhi oleh Lobby yahudi. Sebab,  kebijakan moneter yang dimotori oleh Budiono dan Sri Mulyani lambat laun akan melepaskan diri dari ketergantungan ekonomi Amerika Serikat dengan sendirinya, bukan berdasarkan kepentingan perlindungan investasi sebagaimana pandangan pengusaha.
Pengaruh keagamaan dan politik dari  konflik Timur Tengah ke Indonesia  telah  menjadi pemicu munculnya gerakan anti Yahudi di Indonesia.   Gerakan Islam di Indonesia sesungguhnya telah berubah menjadi gerakan politik  dengan sasaran kepentingan Amerika Serikat yang dinilai sebagai musuh Islam.  Dengan berbagai dalih, Amerika Serikatpun  berupaya mengendalikan negara2 Islam dengan berkedok resolusi PBB.  Menguasai sumber2 ekonomi adalah sebuah cara pengendalian atau penguasaan terhadap Islam.  Semasa perang dingin, negara2 Islam lebih condong berkiblat kepada Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet. yang mensupplay peralatan militer ke negara2 arab semasa konflik memuncak di Timur Tengah. Bubarnya Uni Soviet  membawa pula perubahan pandangan bahwa  yang harus dihadapi adalah Islam.  Indonesia menjadi target penguasaan karena sejak Islam masuk ke Nusantara, hubngan masyarakat Indonesia dengan Timur Tengah sangat kental.  Transmisi itu dimungkinkan karena posisi Timur Tengah sebagai sentrum yang selalu menjadi rujukan umat Islam, baik untuk berhaji, ziarah, maupun belajar.  Dari aktivitas tersebut, lalu muncul berbagai bentuk jaringan, baik jaringan keulamaan, jaringan gerakan dakwah, maupun jaringan gerakan politik. Kini, gerakan radikal Islam telah terfragmentasi dalam beragam organisasi.  Ada sejumlah benang merah yang bisa ditarik dari berbagai kelompok Islam radikal.  Yaitu, pemahaman yang sangat literal terhadap ajaran Islam, keyakinan yang sangat kuat bahwa Islam adalah satu-satunya solusi untuk menyelesaikan berbagai krisis di negeri ini, perjuangan yang tak kenal lelah menegakkan syariat Islam, resistensi terhadap kelompok yang berbeda pemahaman dan keyakinan serta penolakan dan kebencian yang nyaris tanpa cadangan terhadap segala sesuatu yang berbau Barat. Umat Islam tengah mencari jalan, namun Yahudi telah terlanjur datang  mencengkeramkan kkuatan ekonominya , maka yang harus dipikirkan oleh umat islam adalah bagaimana memanfaatkan akal sehat agar bangsa kita lepas dari kendali siapapun, termasuk bangsa Yahudi.

Islam Diantara Politik Dan Keyakinan.
Belakangan, komunitas Yahudi  makin menunjukkan eksistensinya di Indonesa, tak hanya dari kalangan  masyarakat biasa, kalangan artis dan pejabat juga ada yang ikut komunitas ini. Namun demikian, banyak yang masih menututipi indetitasnya karena keberadaan mereka tidak “diterima” oleh kalangan  muslim.  Sikap anti Yahudi masyarakat muslim Indonesia semakin menonjol manakala terjadi serangan2 militer Israel terhadap bangsa Palestina.  Pertikaian antara Negara Palestina dan Israel yang telah berlangsung bertahun2 , yang faktanya adalah memperebutkan wilayah, telah berubah  menjadi perang agama.  Tentunya, ada aksi dan reaksi yang saling berkesinambungan selama masih terjadi konflik antara Israel dan Palestina.  Lambat laun, satu persatu negara pendukung Israel di Wilayah Timur Tengah dapat dikuasai oleh Amerika Serikat baik dengan cara diplomatis maupun kekuatan militer.  Yang terakhir, Moamar Khadafy yang sangat anti Israel tewas terbunuh oleh pasukan pemberontak yang didukung  NATO, pakta pertahanan yang dibentuk  oleh Amerika Serikat yang semula untuk menghadapi perang dingin dengan Uni Soviet.   Bubarnya Uni Soviet menandakan surutnya komunisme yang dipandang sebagai musuh liberalisme  Amerika Serikat dan saat ini pandangan anti liberalisme diarahkan kepada Islam. Namun didalam Islam sendiri terjadi perpecahan, disatu sisi terjadi pemikiran bahwa Islam adalah agama yang universal dan dinamis, namun disisi lain berpikiran pada kemurnian Islam dan kehidupan dijalankan sesuai Syariat Islam.  Bahwa pemikiran Islam dapat berkembang dimana saja dibelahan dunia yang memahami bahwa ajaran agama adalah menyangkut hubungan antara  manusia dengan sang Khaliq, sementara dilain fihak berpendapat bahwa  kehidupan adalah urusan agama.  Pertentangan pendapat seperti ini juga terjadi di Indonesia yang  menyulut aksi2 ditengah masyarakat Islam.
Selama  ini, pandangan  Islam Fundamental diterima umum sebagai Islam yang sesuai dengan situasi dunia hari ini. Padahal,  Semua aliran ini adalah hasil analisis pemikir semata-mata untuk melabel hasil pemikirannya serta kecenderungan melakukan gerakan Islam. Pada  perkembanganya,  Islam di dunia pada hari ini di mana Islam  dilabel sebagai agama pengganas, kemiskinan dan sebagainya atau terorisme. Fenomena pemikiran Islam yang liberal sebenarnya tidak begitu jelas sebagai satu aliran pemikiran yang sekata. Muslim yang memanggil diri mereka sebagai progresif boleh dikatakan mengamalkan Islam yang liberal kerana mereka telah mencetuskan beberapa pemikiran liberal dalam Islam. Sejatinya,  Islam liberal di Indonesia baru marak diperbincangkan ketika ada komunitas yang mengatasnamakan dirinya Jaringan Islam Liberal (JIL), walaupun benih-benih liberalisme Islam sudah lama. Pada tahun 60-an Greg Balton telah membahas gagasan Islam liberal di Indonesia. Berawal dari penelitian Desertasi Greg Balton, bertebarlah buku-buku wacana gerakan pemikiran umat Islam Indonesia.
Pada dasarnya, kebebasan pendapat yang  berkembang saat ini,  tanpa disadari telah menciptakan umat Islam Indonesia menjadi umat Islam liberal yang sesungguhnya.  Disatu sisi meginginkan  Islam dijalankan secara murni, dilain sisi  menginginkan  pemikiran Islam yang baru. Dua pemikiran Islam yang sedemikian rupa pada gilirannya  menempatkan  fatwa para ulama  sebagai “ucapan” yang tidak perlu dipatuhi, terlebih fatwa itu dinilai  bernuansa politis. Tidak jarang terjadi pro kontra ditengah publik menyikapi fatwa ulama. Dalam keadaan seperti ini, friksi dan intrik antara umat islam sering menjadi latar belakang konflik  diantara umat Islam itu sendiri. Berbagai kasus kekerasan diantara umat Islam , bertumbuhan ormas2 Islam yang sering  melakukan aksi atas nama Islam  telah mewarnai kehidupan masyarakat justru pada masa yang disebut reformasi dan demokrasi. Selain itu, pengaruh globalisasi yang tidak mungkin dapat dibendung mengharuskan masyarakat Islam indonesia harus lebih mampu bersaing telah menciptakan keadaan sosial masyarakat lebih sensitif.  Dalam masyarakat yang demikian, sedikit gesekan akan dengan mudah menciptakan kerusuhan besar. Tak dapat dipungkiri, prilaku masyarakat Islam yang sudah terpecah ini  menjadi sangat mudah digerakkan, baik untuk kepentingan politik dan ekonomi.
Berbagai gejolak perburuhan sering berakhir dengan tindakan anarkisme yang dipicu oleh batasan upah yang ditetapkan pemerintah.  Batasan upah yang dimaksudkan untuk menciptakan citra  biaya rendah justru akan berbalik menakutkan  investor. Jika diperhatikan masuknya investasi pengusaha Yahudi ke Indonesia pada masa krisis ekonomi, bukan tidak mungkin akan terjadi lagi gelombang masuknya investasi yahudi pada  masa krisis perburuhan. Situasi seperti ini menjadi lahan subur menanamkan pemahaman liberalisme yang tidak sesuai denga Islam yang dikaitkan dengan dunia barat.
Jika kita lihat fenomena yang berkembang dalam masyarakat  Idonesia paska reformasi, dinamika politik yang terjadi selama ini menggema sikap anti liberalisme yang tidak pernah terdegar sebelumnya. Terlebih setelah terjadi kemunduran ekonomi Amerika Serikat,  banyak analis muslim menggambarkan sebagai kegagalan liberalisme dan kapitalisme dengan berbagai argumentasinya.  Namun jika dilihat dari kemungkinan yang lain, mundurnya ekonomi Amerika Serikat karena kegagalan Amerika Serikat mengatasi krisis akibat melambungnya harga minyak  sementara Anggaran militernya makin meningkat. Pendudukan Iraq dan Afghanistan  yang dianggap sebagai sarang  teroris secara militer telah menyebabkan  defisit anggaran yang ditengarai sebagai biang keladi kemerosotan ekonomi negeri adidaya itu. Pendudukan kedua negara itu, walaupun atas mandat PBB, faktanya kedua negara tersebut berpenduduk mayoritas Islam.  Sebut saja sebagai upaya menundukkan Islam secara militer, maka merupakan sebuah pelajaran yang sangat berharga bahwa untuk menundukkan Islam dapat menghancurkan ekonomi negara itu.  Sehingga, penguasaan ekonomi sebuah negara  yang mayoritas berpenduduk Islam mayoritas seperti Indonesia akan menjadi pilihan yang  paling realistis dari segi pembiayaan.
Munculnya komuitas Yahudi di Indonesia yang didukung oleh Israel dapat merupakan sebuah pengenalan eksistensi Yahudi dan rencana sebuah expansi melalui penguasaan ekonomi mengingat tidak memungkinkan dengan jalan militer. Namun, harus disadari pula, bahwa apa yang dilakukan oleh bangsa Yahudi tersebut merupakan sebuah reaksi imbal balik  sejak  sebelum zaman mesir kuno. Lahirnya Islam, melalui  pendekatan paradigma dan doktrin keagamaan, bangsa Arab mampu membuat bangsa Yahudi ini tercerai berai. Sejarah panjang bangsa ini yang jatuh bangun akhirnya  menjadi tulang punggung ekonomi Amerika Serikat. Masuknya faham Islam yang lahir di Jazirah Arab ke Indonesia juga mempengaruhi pandangan terhadap bangsa Yahudi ini. Sebagai negara yang dengan mayoritas Islam terbesar didunia, menjadi hal yang lumrah apabila Indonesia menjadi target penguasaan Yahudi, bukan secara militer, tetapi secara ekonomi yang pada gilirannya mengendalikan politik dan kekuasaan  di Indonesia.

Islam Dalam Era Globalisasi.
Neoliberalisme kerap dikaitkan dengan globalisasi, yang mengindikasi penguatan dalam arus modal dan perdagangan dunia. Ini mengakibatkan beralihkan perimbangan kekuasaan dari negara kepada pasar. Pemerintah pada titik ini memiliki sedikit pilihan, dan memutuskan untuk mengadopsi kebijakan Neoliberal dalam rangka mencapai daya saing ekonomi. Neoliberal, sebab itu, memberi kepercayaan yang demikian besar kepada perusahan-perusahan untuk berinvestasi dan “memperluas” usaha. Dampak dari kebijakan Neoliberal adalah, negara yang tidak memiliki daya saing ekonomi akan tunduk pada pemodal dari negara lain. Kondisi ini kemudian menciptakan ketergantungan dan kemiskinan di negara tanpa daya saing tersebut. Tak dapat dihindarkan, bahwa mau tidak mau Indonesia harus menghadapi persaingan global, terutama setelah pemberlakuan perdagangan bebas. Indonesia yang merupakan salah  satu anggota  ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan China-Asean Free Trade Area (CAFTA), bagi sebagian besar masyarakatnya, perjanjian yang ditandatangani pada AFTA dan CAFTA tersebut sangat berpengaruh buruk bagi produsen lokal. Peranjian ini menegaskan pentingnya suatu produktifitas diiringi asas persamaan, keadilan, perlindungan hak-hak asasi manusia dan lingkungan hidup. Perdagangan bebas sendiri sebenarnya bentuk penjabaran ekonomi suatu Negara yang mekanisme kebijakan perekonomiannya diserahkan kepada kebijakan pasar. Intinya adalah akumulasi modal dengan keniscayaan memperoleh keuntungan secara maksimal karena pasar mengatur dirinya sendiri.
Secara tidak kita sadari, sesungguhnya perdagangan bebas ini membuat perekonomian meningkat empat kali lipat. Memacu pertumbuhan ekonomi dan nilai ekspor hampir dua sampai tiga kali lipat tiap tahunnya.  Inilah yang mendasari optimisme pemerintah saat ini yang memprediksi nilai eksport Indonesia tidak terpengaruh oleh adanya krisis ekonomi yang melanda Eropa dan Amerika Serikat. Namun, untuk dapat survive dalam gejolak ekonomi dunia  seperti saat ini , pemerintah harus  memiliki strategi2 yang dilakukan melalui regulasi  dalam menciptakan iklim usaha yang sehat.   Salah satunya dengan menerapkan standar untuk produk dalam negeri. Ini merupakan hal mutlak karena perdagangan bebas sangat menitik beratkan transparansi tentang semua program dan peraturan yang berpengaruh langsung terhadap perdagangan internasional. Maka harus ada standar atau kesepakatan internasional yang menjadi tolak ukur transparansi tersebut.  Standarisasi melindungi produk Nasional itu merupakan hal mutlak. Produsen dalam negeri harus mampu bersaing dan mencari jalan keluar sendiri dimana pemerintah sifatnya hanya  melakukan proteksi pada kesepakatan2  antar negara. China, adalah negara yang paling banyak memiliki jaringan distribusi didunia melalui etnis China yang tersebar diseluruh penjuru dunia termasuk di Indonesia dan hampir seluruh sentra distribusi dikuasai oleh etnik ini.
Jika etnik China sudah dapat dikatakan mampu membaur dalam masyarakat Indonesia, namun tidak demikian dengan Yahudi. Sentimen rasial yang berakar dari pemahaman ajaran keyakinan merembet kesegala aspek, termasuk aspek ekonomi dan politik.  Liberalisme  dinilai  tidak sesuai dengan  Islam yang  pada gilirannya dikaitkan dengan dunia politik dan dunia barat.   Etnik China yang sudah masuk ke Indonesia berabad lalu bukan tanpa tantangan, beberapa kali peristiwa sejarah  harus menghadapi perjuangan fisik untuk mempertahankan eksistensinya selama pendudukan kolonial di Indonesia.  Pada masa orde baru, kebebasan etnik ini sangat dibatasi baik dalam budaya maupun politik. Namun, sebaliknya kedekatan dengan penguasa, beberapa dari kalangan mereka mampu menguasai ekonomi Indonesia. Dibatasai dalam budaya dan politik tetapi mendapat tempat dalam  ekonomi Indonesia telah menimbulkan kecemburuan sosial yang meledak pada kerusuhan 1998. Faktanya, kasus2 BLBI  juga melibatkan etnis ini yang hingga saat ini tidak ada penyelesaian. Kedekatan etnik ini negara Singapura, menjadikan negara ini  sebagai tempat perlindungan hukum mengingat tidak adanya perjanjian ekstradisi antara kedua negara.  Belum lupa dari ingatan, ketika Indonesia mengalami kekacauan moneter terparah 1997, kesempatan ini digunakan pula oleh para debitur “nakal” yang mendapat pinjaman luar negeri sebagai alasan usahanya macet.  Padahal, hasil mark up dari pembelian barang modal yang didanai dari pinjaman2 itu dikuasai mereka sementara pengembalian pinjaman telah ditalangi APBN. Hasil kejahatan perbankan  yang parkir diluar negeri ini tertutup kemungkinan untuk masuk ke Indonesia  kecuali jika diketahui asal usul uangnya setcara jelas setelah Indonesia menanda tangani Viena Convension 1988 yaitu  menyetujui keikutsertaannya didalam  undang2 internasional tentang pemberantasan kejahatan pencucian uang ( money loundering )   pada tahun 2001. Dengan terpantaunya arus keluar masuk dana ke Indonesia secara Internasional, salah satu siasat  debitu “nakal ” untuk menghindarkan tindakan hukum adalah memindahkan basis usaha ke Singapura. Berlindung ke Singapura untuk menghindarkan dari jeritan huum bukan hanya dilakukan oleh etnik China teapi juga oleh  bangsa asli Indonesia  juga.
Indonesia adalah negara sekular yang  nasionalis yang tidak membedakan suku bangsa bagi warganegaranya, mempertentangkan SARA adalah tindakan melawan hukum.  Namun faktanya, untuk bangsa Yahudi adalah kekecualian karena masalah keyakinan dari ajaran agama. Sikap yang dibangun yang berakar dari ajaran agama ini tentunya dapat mengundang kemarahan bangsa Yahudi.  Jika bangsa Yahudi ingin menguasai ekonomi Indonesia sebagai reaksi dari sikap bangsa Indonesia adalah menjadi hal yang wajar. Yang harus menjadi pelajaran disini, bahwa bisnis tak mengenal nasionalisme dan agama dan harus mampu belajar dari fakta  bahwa etnis China mampu eksis dan dominan dalam kehidupan ekonomi Indonesia walaupun banyak dibatasi kebebasannya.  Ketakutan pengaruh barat dan liberalisme justru menunjukkan bahwa bangsa ini mengalami kebingungan dalam persaingan bebas seperti saat ini.
Etnis China sendiri sudah masuk ke tanah jawa pada zaman  Kerajaan Majapahit  yang Hindu/Budha dengan mendirikan komunitas2  berbaur dengan komunitas Arab sepanjang pesisir Pulau Jawa.  Hal ini menandakan bahwa  geliat perekonomian  kerajaan Majapahit sudah dikenal keberbagai penjuru dunia.   Keruntuhan kerajaan Majapahit  sebagaimana catatan sejarah oleh karena perebutan kekuasaan diantara keluarga kerajaan.  Terlebih  datangnya invasi bangsa kolonial, pengendalian ekonomi pada akhirya dikuasai oleh bangsa asing. Artinya, bahwa stabilitas politik sangat berperan dalam perkembangan ekonomi sebuah negara. Ketika Indonesia mencapai kemerdekaannya, bahwa kemajuan ekonomi itu sangat bergantung dari stabilitas politik dan karakter dari para penguasa. Sehingga, dapatlah difahami bahwa  maju mundurnya ekonomi Indonesia bukanlah terkait dengan agama ataupun systemnya. Liberalisme akan berkembang jika ekonomiya berkembang, sebaliknya jika syariat Islam dilaksanakab  dapat membuat ekonomi berkembang  maka dengan sendirinya akan menjadi pedoman ekonomi.  Demikian juga dengan etnis China, sesungguhnya kemampuan etnis China untuk menguasai ekonomi Indonesia karena faktor etnisya, tetapi lebih disebabkan karena pola pikirnya.
Tak dapat ditampik lagi bahwa pengaruh bisnis Israel sudah masuk ke Indonesia.  Sebagaimana dikutip dari Kompas.com (16/11/2010), PT Bakrie and Brothers Tbk dan beberapa perusahaan dalam Kelompok Usaha Bakrie menandatangani perjanjian jual beli saham dengan Vallar Plc—perusahaan investasi milik Rothschild, salah satu keluarga bankir terkaya di dunia yang kita tahu  memegang peran penting dalam bisnis keuangan di Amerika serikat. Bisnis Yahudi bukan hanya bekerjasama dengan  Group Bakrie, sebagian sektor telekomunikasi Indonesia juga ditengarai sudah dimasuki kelompok bisnis Yahudi ini.  Bagi Yahudi, bisnis tak semata  mata bisnis untuk mencari keuntungan  namun ada tujuan pokok  dibaliknya yakni mengkooptasi kekuasaan. Mereka berusaha menancapkan kuku kekuasaannya di seluruh dunia untuk memuluskan ide besar mereka membangun tata pemeritahan tunggal dengan mendompleng politik luar negeri adidaya ini. Novus Ordo Seclorum yang berada di bawah Kendali Zionisme Internasional inilah yang bergerak melalui kebijakan luar negeri Amerika Serikat.  Upaya mengkooptasi kekuasaan, bahkan dengan cara makar sekalipun, pernah dilakukan Dinasti Yahudi di negara-negara Eropa dan Amerika. Awalnya lewat pengusaan lewat sektor bisnis strategis, seperti telekomunikasi, sumber daya alam, perbankan, persenjataan, pertaniaan, dan sebagainya, yang berujung pada kooptasi kekuasaan.
Jika kita menengok sejarah Indonesia masa kolonial, Tjarda van Starkenborch Stachouwer adalah Gubernur-Jendral pemerintahan kolonial Hindia Belanda  yang ke 66 dan  yang memerintah dari tahun 1936 – 1942, secara resmi disebut berasal dari keluarga bangsawan Oranye, namun ditengarai memiliki darah Yahudi. Pada masa pemerintahannya banyak berdatangan bangsa Yahudi dari  wilayah Arab ( waktu itu belum berdiri negara Israel ) baik sebagai penguasaha, pedagang maupun bergabung kedalam pasukan KNIL.  Diantara pasukan KNIL yang berasal dari kaum Yahudi ini kemudian bergabung  kedalam pasukan TNI.  Artinya, bahwa nyatanya kaum Yahudi ini telah membaur dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia sebagaimana etnis China sejak berdirinya NKRI.  Kehidupan sosial masyarakat yang terbuka seperti bangsa Indonesia pada dasarnya tidak membedakan asal usul kebangsaan, tidak sebagaimana ajaran Islam yang meyakini bahwa bangsa Yahudi adalah musuh agama.  Antara realitas kehidupan masyarakat dan pandangan ajaran agama memungkinkan bangsa Yahudi ini hidup secara tenang di Indonesia. Dalam pemahaman sosiologi politik dalam pandangan liberal, seseoang berhasil menjadi pemimpin memerlukan syarat bahwa dia harus pandai, kaya, kuat dan licik. Apabila syarat itu dimiliki oleh kaum Yahudi, mereka mampu memimpin di Indonesia menjadi sebuah kewajaran. Artinya, keberhasilan bangsa Yahudi menguasai bangsa Indoesia akan tergantung dari bangsa Indonesia  juga. Jika bangsa ini mampu mempengaruhi kebijakan luar negeri Amerika Serikat, bukan tidak mungkin mereka juga mampu mengendalikan kebijakan pemerintah Indonesia.
Memang sudah sejak lama, banyak analis meyakini bahwa kelompok lobi Zionis sangat berpengaruh di AS dan mampu mengendalikan kebijakan-kebijakan luar negeri AS.  Berbagai tulisan sudah mengungkap tentang hal ini, dan yang terbaru ditulis oleh Henri Astier yang dimuat di BBC. Dalam artikel yang berjudul “US Storm Over Book on Israel Lobby“, Astier menulis bahwa banyak komentator yang membantah kuatnya lobi Zionis di pemerintahan AS, meski banyak fakta yang membuktikan bahwa kalangan Yahudi AS telah memainkan peran yang sangat besar, meski jumlah mereka sedikit hanya sekitar 2 persen dari jumlah populasi AS. Dalam artikelnya Astir juga menulis, “Bagaimana lobi itu dilakukan? Apakah pengaruhnya benar-benar legendaris atau hanya legenda? Dua akademisi AS, John Mearsheimer dari Universitas Chicago dan Stephen Walt dari Universitas Harvard, punya jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu, dan akibatnya memicu kontroversi. “ Dalam bukunya berjudul “The Israel Lobby and US Foreign Policy” kedua penulis AS itu menulis bahwa AS harus menjelaskan alasannya mendukung Israel. AS selama ini memberikan bantuan sebesar 3 milyar dollar per tahun atau sekitar seperenam dari anggaran bantuang langsung AS, untuk keperluan militer Israel. Tapi menurut Mearsheimer dan Walt, AS hanya mendapat keuntungan sedikit dari kebijakannya itu dan mereka menolak pendapat yang mengatakan bahwa Israel adalah sekutu kuat AS dalam “perang melawan teror.” Menurut analisa Mearsheimer dan Walt dalam bukunya, lobi-lobi Israel terutama berpengaruh pada finansial dan keengganan AS untuk mengkritik Israel. Mereka menambahkan, sama seperti kelompok-kelompok kepentingan lainnya, lobi Israel juga mempengaruhi perdebatan di kalangan politisi dan komentator yang mengecam Israel, namun lobi Israel menyebarkan pengaruhnya dengan efektif dan mainstream media  membalikkan opini negative kepada kedua penulis ini.  Sebagaimana seperti yang terjadi selama ini, Amerika Serikat tetap melanjutkan kebijakan luar negerinya terhadap konflik Timur Tengah yang menguntungkan Israel.
Keberhasilan bangsa Yahudi menguasai Indonesia sesungguhnya sangat tergantung dari karakter bangsa Indonesia sendiri. Mental korupsi, kolusi dan nepotisme yang sudah terbentuk sejak zaman pemerintahan kolonial ini menjadi lahan empuk masuknya kekuasaan  bangsa asig termasuk bangsa Yahudi. Terlebih, selama bangsa ini tidak dapat mensejajrkan dengan bangsa lain terutama dalam ekonomi, ketergantungan ekonomi ini menjadikan bangsa Indonesia mempunyai bargaining yang rendah terhadap bangsa lain.  Seperti halnya terhadap Singapura yang menjadi tempat perlindungan para koruptor atau menggadaikan wilayah udara Indonesia kepada malysia dengan alasan bisnis adalah sebagai bukti lemahnya bargaining pemerintah saat ini.  Belum lagi soal wilayah perbatasan yang masih terjadi silang sengketa, semakin menggambarkan bahwa krisis moneter yang dialami oleh Indonesia  telah berimbas pada martabat bangsa.
Pengaruh Politik  Konflik Timur Tengah.
Setelah menumbangkan kekuasaan Shah Mohamad Reza Pahlevi  yang dianggap boneka Inggris  pada  tahun 1979, pemerintahan Iran yang dikuasai oleh para Mullah mulai menunjukkan diri sebagai negara yang anti Israel. Retorika2 politik  penguasa Iran  selama lebih dari 30 tahun sejak terjadinya revolusi memang nyatanya membuat pejabat Israel berang. Bahkan, Iran diyakini sebagai pemasok bantuan untuk  faksi militer  palestina dalam perlawanan terhadap  Israel  yang mendorong terjadinya invasi militer Israel ke Lebanon beberapa waktu silam.  Retorika provokasi yang terus menerus  telah mempengaruhi  pula gerakan rakyat diberbagai negara Arab  yang pro Israel untuk melakukan gerakan perlawanan terhadap  pemerintahan yang berkuasa. Iran yang memiliki kekayaan cadangan minyak  yang besar  ini pada dasarnya  secara ekonomi tidak memiliki ketergantungan kepada Amerika Serikat . Hal  ini  tentunya sangat berbeda dengan Indonesia dimana gerakan anti Amerika Serikat dan Yahudi hanya sebatas “retorika” jalanan yang secara politis tidak mempengaruhi hubungan antar pemerintahan.  Kekhawatiran Amerika Serikat terhadap komflik yang berkepanjangan antara Iran dan Israel memang cukup beralasan  memunculkan dua momentum baru yang penting, yaitu berkobarnya gerakan rakyat di berbagai negara Arab dan yang terkini, ancaman Israel melakukan ofensif militer terhadap fasilitas-fasilitas nuklir Iran. Gelombang protes rakyat di negara-negara Arab menyediakan medan tempur baru bagi mereka. Kedua negara itu sejak awal berupaya memengaruhi jalannya revolusi dan pelembagaan hasil-hasil gerakan pascarevolusi. Seperti di  Tunisia, dan terutama di Mesir, Israel berupaya membantu rezim  yang berkuasa agar bertahan. Negara itu jelas menginginkan status quo sebab perubahan dapat berarti ancaman terhadap hubungan ”dekat” yang selama ini dinikmati. Iran sejak awal revolusi di Mesir menginginkan sebaliknya, yakni tumbangnya rezim Mubarak dan lahirnya Mesir baru yang tidak lagi berorientasi pada AS dan dekat dengan Israel.
Kita bisa membayangkan seandainya Iran mengerahkan kekuatan militernya yang sangat besar dan dilengkapi senjata modern, termasuk mobilisasi kelompok penekan seperti Hamas, Jihad Islami, dan Hizbullah. Hujan roket dan rudal hampir dipastikan akan mengguyur seluruh wilayah Israel. Pada titik itu, pengambil kebijakan Israel, hingga saat ini, tampaknya masih berupaya bersikap rasional sehingga tidak segera melakukan penyerangan. Banyak analis, serangan terhadap Iran akan memicu penggunaan pemusnah massal   yang dapat menyebabkan perang dahsyat dikawasan Timur Tengah. Tak pelak lagi, solidaritas Islam akan memicu perang Islam dan Yahudi yang permusuhan itu berakar dari ajaran agama. Sepanjang sejarah Persia yang dimulai sejak sekitar tahun 250 SM, tak ada catatan sejarah bangsa Perseia berkonflik dengan bangsa Yahudi.  Sebagaimana di negara Islam umumnya,  peran ulama masih dipandang penting dalam kehidupan sosial politik, bahkan seperti di Arab Saudi, fatwa ulama masih menjadi rujukan peradilan. Demikian pula dengan Iran, fatwa ulama masih menjadi panutan masyarakatnya, berawal dari  gerakan agama inilah yang kemudian berubah menjadi gerakan politik dimana Israel adalah representasi Yahudi.
Dapat dipastikan, pandangan politik masyarakat Islam Indonesia akan berpihak pada Iran  yang Islam dalam konflik ini. Pemerintah Indonesia kemungkinan akan bersikap netral sebagaimana garis politik luar negeri yang selama ini dijalankan.  Sikap pemerintah yang netral inilah yang akan mendorong gerakan Islam Fundamentalis  di Indonesia untuk melakukan aksi2 kekaerasan sebagai bentuk “protes” berdasarkan kebenarannya.  Disini sesungguhnya perlu pendekatan oleh pihak keamanan sebagai tindakan antisipatif agar masyarakat dapat membedakan antara gerakan agama yang dipolitisir dengan politik internal sebuah bangsa.   Sikap pemerintah yang netral ini didasarkan pada kepentingan ekonomi yang juga merupakan syarat keutuhan NKRI. Memang sebuah keadaan yang dilematis, disatu sisi Indonesia adalah pemerintahan sekular yang menjamin kehidupan warganegara tanpa memandang ras, dilain sisi kebebasan agama menjamin melindungi keyakinan walaupun didalamnya terjadi pertentangan rasial. Konflik kepentingan inilah yang seharusnya  menjadi perhatian agar tidak berujung pada kekerasan seperti aksi2 peledakan bom.
Haruslah dipahami, selama masih berlangsung konflik di Timur Tengah, selama itu sel2 Islam radikal terus berkembang di Indonesia.  Sebuah pengaruh dari  konflik yang berawal dari perebutan wilayah di zaman modern ini telah berubah menjadi konflik agama. Jika kita melihat sejarah masuknya Islam di Indonesia yang disebarkan oleh bangsa2 dari wilayah arab, maka kita akan melihat pula bahwa  ajaran Hindu/budha telah lebih dahulu menjadi keyakinan masyarakat di Nusantara sebagaimana peninggalan candi2 sebagai bukti sejarah. Artinya,  sebelum masuknya ajaran Islam yang dibawa oleh bangsa Arab, masyarakat Nusantara tak mengenal bangsa Yahudi.  Maka, semua kembali pada masyarakat muslim Indonesia, menjadikan bangsa Yahudi sebagai bangsa yang prilakunya tak patut ditiru  atau menjadi musuh  yang sesungguhnya sebagai landasan kebenaran ikut dalam konflik antara bangsa Arab dan Yahudi.  Siapapun bangsa itu, secara naluri akan memproteksi  diri, melumpuhkan musuh adalah salah satu bentuk perlindungan diri.  Maka, menjadi hal yang wajar jika bangsa Yahudi berusaha melumpuhkan bangsa Indonesia  sebagai sebuah reaksi untuk mempertahankan diri. Paling tidak, secara ekonomi bangsa ini mampu menguasai ekonomi Indonesia dimana dalam era globalisasi  pemerintah tak dapat ikut campur dalam mekanisme pasar. Sikap netral yang diambil adalah sebagai pilihan untuk melindungi kepentingan ekonomi itu.
Jika Israel menggunakan kekuatan militer dan pengaruh loby Yahudi  terhadap kebijakan luar negeri Amerika Serikat dalam menghadapi perebutan  wilayah dengan palestina, maka Hamas salah satu faksi militer palestina juga memiliki strategi  untuk menghadapinya.  Sikap Israel yang menggunakan kekerasan senjata, bagaimanapun bukan  menjadi tandingan gerilyawan  Hamas dan itu mestinya sangat disadari oleh Hamas.  Yang menjadi pertanyaan kita, apakah gerilyawan Hamas ini adalah orang2 yang berani mati demi bangsanya ?.    Bukan. Apa yang mereka lakukan juga merupakan sebuah strategi dalam menghadapi Israel, makin banyak korban makin mengundang simpati umat muslim, juga umat muslim di Indonesia. Korban sipil yang begitu banyak, memang berhasil membangun simpati, terlebih dengan pendekatan persaudaraan umat muslim telah mendorong sikap  kaum Islam yang militan.   Gerakan Islam militan inilah yang umumnya disebut sebagai gerakan terorisme dan gerakan ini juga  terjadi di Indonesia.  Di wilayah yang penuh dengan kemarahan terhadap Israel dan sekutu baratnya, Hamas tidak akan menerima usul apapun yang akan membatasi aksi yang menurut mereka merupakan hak untuk berjuang. Kelompok ini ingin mengirim pesan bahwa mereka tidak terintimidasi dan akan terus berjuang demi seluruh pihak di dunia yang marah dengan aksi Israel. Strategi yang cerdik pimpinan Hamas, untuk sementara waktu berhasil membuat kerumitan  Amerika Serikat yang memancing aksi2 Islam radikal mengganggu kepentingan barat diseluruh dunia.
Keberhasilan Hamas memancing reaksi militer Amerika Serikat, bagi amerika Serikat   tentunya membutuhkan anggaran untuk mendukung aksi militernya. Startegi  Hamas dengan anggaran dan peralatan yang terbatas, target politiknya tercapai  yaitu selain memancing reaksi militer juga mengundang simpati umat Islam seluruh dunia.  Aksi2 teror adalah bagian dari strategi menghadapi kekuatan militer yang besar dan strategi yang dilakukan oleh kelompok Islam ini pada akhirya menyedot anggaran yang besar yang besar  faktanya  saat ini  ekonomi Amerika Serikat dan negara2 mengalami kemunduran.   Kesempatan ini digunakan pula sebagai bahan propaganda  oleh mereka yang menentang faham liberalisme dan kapitalisme dengan mengangkat kemerosotan ekonomi Eropa dan Amerika Serikat sebagai kegagalan liberalisme. Propaganda seperti ini  biasa dijumpai di internet yang saat ini merupakan sarana yang paling efektif untuk penyebaran sebuah faham setelah bubarnya Uni Soviet.  Namun demikian, bayak faktor yang dapat mempengaruhi keadaan ekonomi, perang berkepanjangan bisa jadi sebagai salah satu sebab.  Seperti halnya krisis ekonomi di Indonesia , umumnya dipahami sebagai akibat dari krisis moneter. Namun jika dilihat lebih dalam lagi, krisis moneter Indonesia dapat diakibatkan oleh krisis hutang luar negeri.  Artinya, untuk mengetahui  penyebab kemunduran  ekonomi sebuah negara tidak dapat  langsung tunjuk hidung liberalismelah penyebabnya.  Sebab, memang faktanya, leberaisme dan capitalisme memang telah menciptakan negara2  menjadi maju. Jepang dan Korea misalnya, dua negara ini menjadi pangkalan militer Amerika Serikat mampu memanfaatkan “proteksi” militer Amerika Serikat secara tepat sehingga dua negara ini menjadi negara  yang menguasai tehnologi maju.Demikian pula dengan China yang militernya bersifat defensif kini sudah menjelma menjadi kekuatan ekonomi dunia. Dengan kata lain, faktor kemajuan sebuah bangsa sesungguhnya bukan karena fahanya, tetapi lebih disebabkan oleh mental bangsa itu sendiri.
Korupsi.
Bangsa Indonesia saat ini sesungguhnya sedang menghadapi masalah korupsi yang kronis dan harus diakui bahwa  pemberantasan korupsi  selalu mengalami ganjalan dari waktu kewaktu sejak republik ini berdiri.  Dipandang dari dari sudut sosiologi kemayarakat, bahwa sebuah perbuatan walaupun perbuatan itu sangat merugikan, jika secara sosial dalam kemasyarakatan dapat diterima sebagai  perbuatan yang biasa, maka perbuatan itu tak memiliki sangsi sosial. Sejarah panjang bangsa Indonesia yang diperintah oleh bangsa kolonial, memeras rakyat, membiarkan rakyat miskin, korupsi, merampok kekayaan alam adalah perbuatan yang dilakukan bangsa kolonial.  Dalam pemerintahan kolonial yang berlangsung lama maka terciptalah birokrat kolonnial  bangsa pribumi yang mempunyai mental seperti  “Tuannya”.   Ketika bangsa Indonesia berhasil mencapai cita2 kemerdekaan, tak pilihan lain harus melaksanakan pemerintahan dengan memanfaatkan para birokrat warisan  pemerintahan kolonial.  Menggertak rakyat, membiarkan rakyat miskin, korupsi, merampok kekayaan alam yang  sudah menjadi hal yang biasa didalam pemerintahan kolonial, ternyata mental itu ta dapat hilang ketika bangsa ini telah merdeka dan masih menjadi ciri hingga saat ini. Apapun dalihnya, tidak ada bangsa kolonial yang igin memajukan bangsa yang dijajahnya. Begitu juga dengan bangsa Yahudi, memasuki bisnis di Indonesia pada dasarnya untuk mendapatkan untung  yang sebesar2nya. Ketika keuntungan itu  hanya dinikmati kaki tangannya di Indonesia dan bangsa Yahudi, maka tak tepat harus  menyalahkan bangsa Yahudi. Sebab, masuknya  bangsa Yahudi ke negeri ini karena memang diberi kesempatan. Maksudnya, kita sebagai bangsa Indonesia selama belum mampu bersaing dengan bangsa lain, selama itu bangsa ini akan menjadi taklukan. Sebagaimana nasib TKW bangsa di Indonesia di Arab Saudi, bangsa kita menunjukkan kemarahan ketika bangsa Arab Saudi memperlakukan TKW tidak semestinya.
Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi dan ketidak efisienan yang tinggi, walaupun ada yang menyatakan bahwa korupsi mengurangi ongkos (niaga) dengan mempermudah birokrasi, konsensus yang baru muncul berkesimpulan bahwa ketersediaan sogokan menyebabkan pejabat untuk membuat aturan-aturan baru dan hambatan baru.  Dalam dunia usaha saat ini, sogokan dapat berarti mengamankan usaha sekaligus  kepastian income.  Buka menjadi rahasia lagi, semua  yang berhubungan dengan birokrasi  akan menemui biaya yang tidak jelas, mulai dari perizinan sampai perhitungan pajak.  Terlebih dalam era otonomi daerah, setiap saat terjadi perubahan tariff pungutan yang menyebabkan  usaha tida dapat direnanakan secara baik dan sehat.  Sesungguhnya  korupsi menyebabkan inflasi ongkos usaha, korupsi juga mengacaukan  lapangan usaha.  Persoalan yang sangat krusial bagi bangsa ini justru menjadi lahan baru pejualan tenaga kerja Indonesia keluar negeri yang mendatangkan devisa nomor dua dibawah migas.
Korupsi juga menimbulkan distorsi (kekacauan) di dalam sektor publik dengan mengalihkan investasi publik ke proyek-proyek  yang memang diciptakan untuk dikorupsi.Hanya  “seorang” Nazaruddin saja mampu menguasai proyek senilai Rp 6,037 triliun. Pejabat mungkin menambah kompleksitas proyek masyarakat untuk menyembunyikan praktek korupsi, yang akhirnya menghasilkan lebih banyak kekacauan. Korupsi juga mengurangi pemenuhan syarat-syarat keamanan bangunan, lingkungan hidup, atau aturan-aturan lain. Korupsi juga mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan dan infrastruktur; dan menambahkan tekanan-tekanan terhadap anggaran pemerintah. Dan ketika jembatan  Sungai Mahakam runtuh, baru tergerak untuk menyelidiki kasus korupsinya dan sudah diduga pemborongnya yang harus bertanggung jawab, bukan pemberi keputusan.
Para pakar ekonomi memberikan pendapat bahwa salah satu faktor keterbelakangan pembangunan ekonomi di Afrika dan Asia, terutama di Afrika, adalah korupsi yang berbentuk penagihan sewa yang menyebabkan perpindahan penanaman modal (capital investment) ke luar negeri, bukannya diinvestasikan ke dalam negeri Seperti halnya Soeharto yang sering mengambil satu potongan dari semuanya (meminta sogok) melalui tangan yayasan2nya,  walaupun  lebih memberikan kondisi untuk pembangunan, melalui investasi infrastruktur, ketertiban hukum, dan lain-lain, namun prilaku tersebut ditiru oleh orang2 sekelilingnya untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya.

Kesimpulan.
 Sebagaimana telah saya singgung  pada bagian pendahuluan tulisan ini, tulisan ini  didorong oleh rasa  ingin tahu penyebab krisis moneter Indonesia  yang berujung pada krisis multi dimensional yang harus dialami oleh bangsa ini. Tak hendak mengecilkan arti dari berbagai sumber  pustaka online baik sebagai referensi tulisan ataupun sebagai komparasi pemikiran saya terutama Wikeipedia, AntaraNews, Detik Finance, Inilah.Com, Kompas Com dan berbagai situs Islam bahwa sesungguhnya krisis moneter di Indonesia tidak semata2 disbabkan oleh krisis global , tetapi  lebih disebabkan oleh krisis hutang luar negeri yang mengambrukan perbankan nasional akibat prilaku korupsi bangsa Indonesia sendiri. Tidak ada kaitannya dengan Neoliberalisme ataupun kapitalisme yang hanya merupakan sistem dalam ekonomi yang akan diikuti jika memang dapat memajukan ekonomi. Siappapun dapat mengacaukan ekonomi Indonesia, bukan hanya bangsa Yahudi.  Ketahanan ekonomi Indonesia hanya dapat ditunjukkan manakala prilaku korupsi dapat dihilangkan.  Musuh Umat Islam Indonesia sesungguhnya bukan manusia2 seperti Yahudi, China, Amerika  Serikat dan lainnya,   musuh umat muslim Indonesia sesungguhnya adalah  hawa nafsu, nafsu korupsi !.sumber
Selesai.

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar